Aktivis Muslimah: Inilah Penyebab Remaja Muslim Kehilangan Identitas - Tinta Media

Kamis, 04 Agustus 2022

Aktivis Muslimah: Inilah Penyebab Remaja Muslim Kehilangan Identitas

Tinta Media - Aktivis Muslimah Ustazah Dedeh Wahidah mengungkap penyebab para remaja kehilangan identitas sebagai seorang muslim dan muslimah.

"Kalau saya melihat, kenapa mereka kehilangan identitas sebagai muslim dan muslimah?" tuturnya dalam acara Tsaqafah Islam : Melindungi keluarga dari Tasyabuh Bil Kuffar, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (30/7/2022).

Menurutnya, hal ini karena mereka tidak tahu sebagai seorang Muslim itu harusnya seperti apa. "Sekarang itu banyak yang hanya sekedar merasa bangga ketika di KTP-nya dituliskan agama Islam, tetapi agama Islam itu tidak diikuti. Bagaimana seharusnya sebagai seorang muslim?," tanyanya.

"Yang pertama, karena memang dari internal, pribadi muslim, keluarga muslim juga hanya mencukupkan diri bahwa Islam itu hanya sebagai keyakinan semata, minim keterikatan kepada syari'at islam," ungkapnya.

Ia menambahkan, kemudian yang kedua, terlihat juga adanya skenario, adanya sesuatu yang diaruskan secara masif, tersistem. Bagaimana menggerus identitas karakter generasi muslim itu. "Ini ada upaya-upaya Ghazwul Fikri, perang pemikiran, perang kebudayaan dimana budaya muslim, pemikiran muslim, ingin diganti dengan budaya sekuler tanpa agama, budaya liberal tanpa aturan, budaya kapitalis. Yaitu yang penting saya suka, yang penting saya enak, saya senang," tambahnya.

"Nah, ini yang sekarang terjadi, sahabat. Karena itu, ini tidak boleh kita biarkan. Kita harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan masa depan umat. Jangan sampai mereka mengaku muslim, tapi tidak mencerminkan sebagai karakter muslim," ujarnya.

Ia pun menceritakan, mencermati fenomena sekarang. "Masya Allah luar biasa banyak sekali kejadian-kejadian yang yang sangat mengiris hati kita sebagai orang tua, sebagai keluarga muslim. Bagaimana tidak, kejadian-kejadian yang menurut kita itu tidak mencerminkan identitas sebagai seorang muslim, namun ternyata menjadi panutan, bahkan menjadi idola dan menjadi viral khalayak umum," ungkapnya.

"Contoh yang akan saya angkat misalkan fenomena kemarin viral itu adalah Citayam Fashion Week . Kalau kita lihat disitu mereka melakukan sesuatu yang diluar dari identitas seorang muslim. Mereka berpakaian mengumbar aurat, sekalipun ada yang memakai kerudung mungkin, tapi kebanyakan mereka bergaya seperti artis-artis. Terbuka auratnya, kemudian mereka laki-laki dan perempuan bercampur baur," jelasnya.

Disitu tidak ada lagi batas-batas mahram, atau kemudian mungkin makanan mereka ada yang halal dan haram. Kemudian pergaulan berikutnya, mereka campur sampai tidur di jalanan, mereka mengganggu, dan lain sebagainya. "Bahkan akhir-akhir ini kita mendapatkan berita tidak sedikit disitu diramaikan oleh para pelaku LGBT. Bahkan mereka eksis, memiliki keberanian memviralkan pilihan dari gaya hidupnya. Kalau dulu LGBT dianggap sesuatu yang namanya menakutkan, membahayakan, tapi sekarang itu sesuatu yang biasa," bebernya.

Inilah yang Rasulullah Saw wanti-wanti kepada kita. Banyak haditsnya, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, yang artinya, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." (HR. abu Daud)

"Kalau yang diikuti gaya kafir, maka mereka termasuk orang kafir. Kalau yang diikuti gaya orang liberal, maka termasuk orang liberal. Na'udzubillah himindzalik," jelasnya. 

Ia pun menambahkan, bahkan di dalam riwayat Imam Tirmidhi, dikatakan Rasullullah, "Barangsiapa yang mengikuti bukan dari kami, maka bukan dari golongan kami." Berarti dicoret dari kaum muslimin. Na'udzubillah himindzalik. 

"Karena itu sahabat, karena kita fokus pada faktor yang kedua tadi, mereka kehilangan identitas karena tidak paham bagaimana identitas muslim. Berarti yang harus kita lakukan, bagaimana mendidik mengajarkan anak kita, keluarga kita. Mereka harus paham bagaimana identitas sebagai seorang muslim itu. Syakhsiyah Islamiyah itu seperti apa, berkepribadian Islam itu seperti apa. Bukan hanya sebagai agama, tapi Islam itu harus menjadi standar ketika berfikir, ketika berperilaku, nafsiyahnya. Maka standar untuk melakukan atau tidak melakukan itu, adalah standar hukum syara," bebernya.

Ia menyimpulkan, berarti bagaimana menghadirkan Syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) ini pada anak-anak kita, pada generasi kita, menghadirkan idolanya. Yang menjadi rujukan sosoknya itu bukan sosok K-Pop, sosok artis, sosok siapapun yang sedang viral. Tapi sosok siapa? Yaitu Rasulullah Saw, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya, "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (Al-Ahzab :21).

"Nah ini yang harus kita pahami bagi diri kita, juga anak-anak kita, keluarga kita, generasi muslim kita, bahwa contoh ideal panutan yang akan membahagiakan di dunia juga menyelamatkan nanti di akhirat, siapa Uswatun Hasanah kita? Rasulullah Saw," tegasnya.

Ia pun menegaskan, karena itu berarti kita juga harus mengenalkan kepada mereka, siapa Rasulullah itu? Jangan sampai hanya kenal namanya, tapi harus tahu karakter Rasulullah seperti apa, kehidupan Rasulullah itu seperti apa. Bahwa beliau itu hari-harinya penuh dengan ibadah, penuh dengan perjuangan. Rasulullah itu bukan hanya fokus ibadah untuk dirinya sendiri. Tapi dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali, Rasulullah memikirkan umat Islam. Rasulullah melakukan dakwah, bagaimana menyebarkan Islam ke tengah-tengah masyarakat yang pada saat itu sedang didominasi oleh jahiliyah. Rasulullah melakukan perubahan di masyarakat. 

"Nah anak-anak kita harus kenal bahwa rakyat Rasulullah itu bukan hanya rajin shalat, rajin ngaji, rajin shaum saja. Tapi Rasulullah melakukan ibadah mahdhoh, juga aktif berdakwah. Hari-harinya tidak lepas dari belajar Islam. Mengajarkan Islam, memperjuangkan Islam. Nantinya akan menjadikan karakter anak-anak kita itu secara pribadi rajin beribadah, secara sosial mereka pun berani, tangguh untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar, melanjutkan perjuangan Rasulullah. Meninggikan ajaran Allah, meninggikan kalimat Allah," jelasnya.

"Dari mana tahu karakter Rasulullah? Tentu saja kita juga harus tahu Sirah Rasulullah Saw," tambahnya.

Ia bersyukur, Alhamdulillah sekarang sudah banyak sekalian bertebaran kitab-kitab, dan ini sudah diterjemahkan, baik secara tertulis dalam kitab-kitab fisik, maupun di Maktabah syamilah dan lain sebagainya. Kita banyak mendapatkan asupan bacaan yang berkualitas untuk lebih mengenal karakter dan kepribadian Rasulullah Saw. 

"Nah kemudian, tadi Allah SWT menyebutkan bahwa bisa mengikuti Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah (idola) itu syaratnya apa?," tanyanya lagi.

"Bagi mereka yang berharap kepada ridho Allah, ini juga masalah akidah. Nah Bagi mereka yang tidak mengharap ridho Allah, bagi mereka yang tidak percaya kepada Allah, tentu akan sulit. Karena itu memang kita harus menghadirkan bagaimana keimanan yang kuat pada generasi kita. Bahwa ketika kita mengatakan, "Allah tujuan kami, Al-Qur'an pedoman kami." Harus menjadi realita sesuai dengan wujudnya. Dibuktikan bahwa kita berharap Ridha Allah sehingga semua amal kita itu memang semata-mata ikhlas karena Allah," tegasnya.

"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, matiku, hidupku, semata karena Allah. Inilah yang harus kita ajarkan kepada keluarga kita, juga generasi umat. Yang kemudian, akan bisa menjadikan Rasulullah sebagai idola," pungkasnya.*[]Willy Waliah*
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :