Tinta Media - "Kapan saya ambil yang namanya Ganjar? Kapan saya pekerjakan Ganjar? NasDem baru tahapan mengapresiasi seorang yang bernama Ganjar, anak muda Indonesia yang dianggap punya pembobotan baik,"
[Surya Paloh, Senin, 4/7]
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh membantah tudingan membajak Ganjar Pranowo dari PDIP. Paloh menyatakan partainya hanya merekomendasikan Ganjar sebagai salah satu bakal calon presiden.
NasDem, menurutnya, tidak berniat mengambil alih Ganjar dari PDIP. NasDem membuat rekomendasi bakal calon presiden dengan niat baik membangun bangsa. Nasdem memasukkan Ganjar dalam daftar rekomendasi Capres 2024 karena kualitas kepemimpinan selama ini.
Walah, kok Nasdem malah jadi Baper begini ya? Semestinya, kalau tidak merasa membajak ya tidak perlu mengklarifikasi. Lagipula, ungkapan 'membajak' yang disampaikan justru mengkonfirmasi Surya Paloh memang membajak Ganjar?
Memang benar Hasto sempat mengeluarkan sejumlah sindiran, dari soal PDIP bukan parpol yang mencabut akar, tidak menyalip di tikungan, hingga tradisi politik tak bajak kader. Namun tak ada yang ditujukan secara eksplisit kepada Nasdem. Walaupun, semua juga paham sindiran itu ditujukan kepada Nasdem yang mendahului PDIP mengusung Ganjar dalam Pilpres 2024.
Niat tidak membajak, semestinya dikonfirmasi dengan tidak mengusung Ganjar sebagai Capres, atau baru turut mengusung Ganjar setelah PDIP mengumumkan keputusan mengusung Ganjar maju Pilpres 2024, sebagai etika politik karena Ganjar kader PDIP bukan kader Nasdem. Di internal PDIP sendiri, sosok Capres yang akan diusung masih dinamis, muaranya semua menunggu keputusan Ketua Umum.
Tindakan Nasdem yang mendahului PDIP dalam konteks mengusung Ganjar maju Pilpres 2024, tidak dapat disalahkan jika ditafsirkan membajak Ganjar dari PDIP. Akibat manuvet Nasdem ini, PDIP terkunci secara politik:
Pertama, PDIP tidak dapat secara independen menetapkan siapa kader yang diusung pada Pilpres 2024. Tindakan Nasdem yang mengusung Ganjar, juga suara sejumlah lembaga survei, telah merampas otoritas Megawati Soekarno Putri sebagai Ketum PDIP yang punya wewenang menentukan Capres PDIP.
Suara dukungan kepada Ganjar ini akan mempengaruhi kader PDIP dan buntutnya bisa merongrong wibawa dan independensi Ketum PDIP, sehingga tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan kader dan suara lembaga survei, dengan menetapkan Ganjar sebagai Capres PDIP. Sejumlah nama potensial lain di internal PDIP (termasuk nama Puan) berpotensi tergusur akibat Manuver politik Nasdem ini.
*Kedua,* saat PDIP jika akhirnya mengusung Ganjar maka PDIP seolah 'dipaksa' berkoalisi dengan Nasdem. Nasdem akan ngotot mengusung Ganjar dengan dalih amanah Rakernas Nasdem yang sebelumnya memang telah mengusung Ganjar sebagai Capres.
Kondisi ini tidak mengenakan PDIP. Dua periode Pemilu, PDIP merasa rugi berkoalisi dengan Nasdem karena Nasdem lebih mendapatkan benefit kue kekuasaan lebih legit ketimbang PDIP. Pilpres 2024 sejatinya adalah momentum bagi PDIP untuk memutus tangan Nasdem dari lingkaran kekuasaan.
Demikianlah realitas politik yang ada. Maka wajar, PDIP berulangkali mengeluarkan sindiran yang dapat dipahami ditujukan kepada Nasdem. Dari soal PDIP bukan parpol yang mencabut akar, tidak menyalip di tikungan, hingga tradisi politik tak bajak kader. [].
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
https://heylink.me/AK_Channel/