Sastrawan Politik: Dimana Suara Capres dan Pendukungnya dalam Masalah Krisis Pangan dan Energi? - Tinta Media

Jumat, 01 Juli 2022

Sastrawan Politik: Dimana Suara Capres dan Pendukungnya dalam Masalah Krisis Pangan dan Energi?


Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin, mempertanyakan suara Capres dan pendukungnya dalam masalah krisis pangan dan energi. "Dimana suara Capres dan pendukungnya dalam masalah krisis pangan dan energi?" tanyanya kepada Tinta Media, Rabu (29/6/2022).

Khozinudin menyebutkan nama seperti Cak Imin yang hanya sibuk ngotot dirinya ingin menjadi Capres. "Tapi tak jelas, programnya apa. Sama seperti Prabowo, piikiran apa untuk mengantisipasi krisis pangan dan energi ini? Tidak ada," bebernya.

Erick Thohir, Khofifah, Zulkifli Hasan, Airlangga Hartarto hingga Giring PSI, lanjutnya tak ada yang bicara solusi atas potensi krisis pangan dan energi ini. "Semua bungkam, karena memang dangkal dan tak punya pikiran dan narasi dalam memberikan solusi atas problem yang menimpa negeri," ungkapnya.

Ia pun menambahkan pendukung Anies juga hanya sibuk bicara sambil membagikan foto Saudara Anies Baswedan kunjungan di sejumlah tempat, di dalam dan luar Negeri. "Atau hanya menyampaikan pesan citra politik via hadirnya tukang bakso di Balai Kota," imbuhnya.

Khozinudin melanjutkan seperti juga Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, hanya sibuk mempertanyakan kenapa tukang Bakso baru hadir di Balai Kota hari ini, padahal Anies sudah menjabat Gubernur sejak lima tahun lalu. "Hasto hanya sibuk menyerang Anies dengan kasus tukang bakso, setelah sebelumnya Ketua Umum PDIP Megawati mempersoalkan calon mantu seperti tukang bakso," jelasnya.

Ia pun menyatakan kalau Pilpres 2024 itu solusi, capres yang muncul hari ini -atau paling tidak pendukungnya- semestinya sudah punya tawaran solusi atas adanya potensi krisis pangan dan energi ini. "Bukan hanya sibuk bermain citra, kampanye berbusa namun tak memberikan solusi terhadap akar masalah," geramnya.

Khozinudin menjelaskan bahwa resesi ekonomi yang dapat berdampak pada krisis ekonomi, krisis politik hingga krisis sosial tidak pernah mendapatkan perhatian serius dari elit politik di negeri ini. "Krisis Politik hingga Krisis Sosial Tidak Pernah Mendapatkan Perhatian Serius dari Elit Politik Negeri ini," terangnya.

Ia pun memberi alasan beberapa point yang memperkuat pernyataannya. "Tidak ada yang bicara tentang program swasembada pangan, agar pangan kita tidak tergantung pada import," tuturnya.

Khozinudin melanjutkan tidak ada yang bicara kemandirian energi hingga nasionalisasi sektor pertambangan dan energi. "Agar negara berdaulat dan terbebas dari cengkeraman oligarki," tambahnya.

Tidak ada yang bicara soal proteksionisme lanjutnya, agar market negeri ini dimanfaatkan oleh pengusaha sendiri. "Tidak ada yang berfikir untuk meninggalkan fiat money, melepas ketergantungan terhadap dolar dan beralih pada sistem moneter berbasis dinar dirham (emas dan perak) agar krisis dan resesi ekonomi Amerika dan dunia tidak di eksport ke Indonesia," tegasnya.

Menurutnya, tidak ada yang bicara melakukan restrukturisasi kebijakan fiskal dengan meninggalkan sumber pendapatan ABNK kuno yang berbasis pada pajak dan utang.

Ia menyesalkan tidak ada program untuk menggenjot sektor riel yang tahan banting akan krisis dan segera menghapus ekonomi non riel (bursa saham dan komoditi berjangka), dan seterusnya. "Tidak ada pikiran untuk mengoptimalisasi SDM negeri ini, yakni putera putera terbaik bangsa Indonesia," sesalnya.

Ia menuturkan, hal itu untuk mengelola kekayaan alam negeri ini agar memberikan kesejahteraan bagi segenap rakyat. "Yang ada kekayaan di negeri ini hanya untuk menyejahterakan perusahaan Amerika, perusahaan China, TKA Cina, Luhut Binsar Panjaitan, Erick Thohir, dan sejumlah pemilik korporasi swasta lainnya," pungkasnya.[] Nita Savitri


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :