MMC: Setiap Muslim Dilarang Mengikuti Pola Konsumtif yang Buruk - Tinta Media

Kamis, 07 Juli 2022

MMC: Setiap Muslim Dilarang Mengikuti Pola Konsumtif yang Buruk

 
Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) mengatakan, setiap muslim dilarang mengikuti pola konsumtif yang buruk.
 
“Di dalam Fikih Ekonomi Umar r.a. terdapat konsep larangan mengikuti dan meniru.  Maksudnya, setiap muslim dilarang mengikuti pola konsumtif yang buruk baik pola tersebut bagi kaum muslimin maupun bagi orang-orang kafir,” tuturnya dalam video, Sumbangan Peradaban Islam:Larangan Mengikuti dan Meniru dalam Pola Konsumsi Islam, Rabu (29/6/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.
 
Narator mengatakan, perilaku konsumsi di masyarakat sangat dipengaruhi oleh bidang promosi dan iklan, yang  menghasilkan dorongan mengikuti dan meniru orang lain.
 
Seorang ekonom barat, lanjutnya, telah melakukan kajian tentang hal ini dan didapatkan bahwa konsumsi individu di era sekarang tidak berkaitan pada seleranya, akan tetapi pengambilan ketetapan-ketetapan pola konsumsinya berada di bawah pengaruh selera yang beragam. “Inilah yang dinamakan konsep intervensi antar selera,” ucapnya.
 
“Perbandingan tingkat selera inilah yang mengakibatkan tersebarnya kebiasaan mengikuti dan meniru dalam masyarakat, seperti fenomena peniruan orang-orang miskin terhadap orang-orang kaya dan mengikuti pola-pola konsumtif yang buruk sehingga mengakibatkan dampak-dampak ekonomi yang berbahaya,” paparnya.
 
Menurut Narator, Umar r.a. memahami pengaruh pola taklid dan meniru dalam pola konsumsi ini.  “Karena itu beliau berupaya dengan kuat untuk mencegah keterpengaruhan kaum muslimin dengan pola-pola konsumtif yang buruk. Salah satunya adalah mengikuti dan meniru pola-pola konsumsi dalam masyarakat Islam,” ungkapnya.
 
Narator mengatakan, terdapat pola konsumsi yang buruk pada sebagian individu di dalam masyarakat muslim yang seringkali pola buruk ini berpindah ke orang lain melalui proses peniruan.
 
“Umar r.a. mengkhawatirkan kaum muslimin terpengaruh dengan pola-pola konsumtif  yang buruk, karena itu beliau mengambil beberapa cara yang dapat menghindarkan kaum muslimin dari hal tersebut,” ucapnya sambil memberikan contoh,
 
Ia melarang kaum Muslimin melintasi para pemilik jamuan makanan. Beliau berkata: “Wahai manusia janganlah kamu melintasi para pemilik jamuan makanan. Sesungguhnya seleramu adalah daging, tapi hendaklah sesekali  dengan daging,  sesekali dengan keju,  sesekali dengan zaitun, sesekali dengan garam.”
 
 Narator menjelaskan, yang dimaksudkan larangan ini adalah agar mereka tidak terpengaruh ketika melihat apa yang terdapat di meja makan berupa aneka jenis makanan sehingga hal itu mendorong mereka untuk mengikuti dan meniru pola tersebut.
 
Narator juga memberikan contoh lain, dengan mengisahkan, “Hurmuzan meminta izin Umar r.a. untuk membuatkan makanan bagi kaum muslimin seraya berkata, “Sesungguhnya aku khawatir bila kamu tidak bisa,”  “Tidak,” jawab Umar.  Ia berkata,  “Kalau begitu untuk selain kamu!” Lalu ia membuat makanan untuk kaum muslimin dari yang manis dan yang asam,” kisahnya.
 
Kemudian, lanjutnya, dia datang kepada Umar r.a. seraya  mengatakan, “Aku telah rampung” kemudian ia berjalan sedangkan Umar r.a. berdiri di tengah-tengah masjid seraya berkata, “Wahai kaum muslimin! aku adalah utusan Hurmuzan  kepadamu,”  maka kaum muslimin mengikutinya. Ketika sampai dipintu, Umar berkata kepada kaum muslimin, “Tetap di tempat kalian.”
 
Kemudian beliau masuk dan berkata kepada Hurmuzan, “Tunjukkan kepadaku apa yang telah kamu buat?”  lalu Beliau menyerukan untuk diambilkan hamparan dari kulit dan berkata,  “Tuangkanlah semua ini padanya.” Dan mereka mencampurkan sebagian makanan kepada sebagian yang lain.  Maka Hurmuzan  berkata, “Sungguh kamu merusakkannya!  ini manis dan itu asam!. Umar r.a. berkata, “Kamu ingin merusak kaum muslimin,” Kemudian beliau mengizinkan kaum muslimin, maka mereka pun masuk lalu makan.
 
“Larangan mengikuti pola konsumsi yang buruk meski datang dari kaum muslimin sendiri semata-mata untuk menghindarkan kaum muslimin dari dosa dan menjaga kaum muslimin tetap berada di koridor syariah,” tandasnya.
 
Berbeda dengan kondisi dalam sistem kapitalisme hari ini, lanjutnya,  yang memberikan kebebasan mengambil pola konsumsi apa pun dan meniru pola konsumsi umat lain meski itu membahayakan. Bahkan pola konsumsi masyarakat kapitalis cenderung hedon dan jauh dari keberkahan.  
 
“Bukankah ini salah satu indikasi bahwa sistem kapitalisme tidak layak dipertahankan,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
 


 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :