Tinta Media - Khadim Ma’had Wakaf Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman, M.A. mengatakan, “Kita sering melihat orang yang hidupnya susah, sudah susah, malas beribadah, sehingga semakin susah,” tuturnya di akun telegramnya, Ahad (24/7/2022)
Menurut Kiai Hafidz, kesalahan orang tersebut terletak pada salah nalarnya. Ia lalu mengisahkan nasihat luar biasa dari Uwais al-Qarni, seorang yang dipuji Nabi.
“Andai seseorang berjalan di jalanan bertemu musuhnya, tapi karena keberatan memakai baju besi, lalu dia lepas baju besinya. Berat membawa senjata, lalu senjatanya ditinggalkan, berat makan dan minum, lalu dia pun tidak makan dan minum,” kisahnya menirukan perkataan Uwais.
Setelah itu, lanjutnya, orang tersebut benar-benar bertemu dengan musuhnya, tanpa perisai, tanpa senjata, dan dalam keadaan lemes, karena lapar. “Lalu, bagaimana mungkin orang itu bisa menang?” tanyanya.
“Begitu juga, ketika seseorang merasa berat untuk dzikir dan wirid, lalu dia tinggalkan. Berat melakukan perkara sunah dan rawatib, lalu dia tinggalkan. Berat menunaikan shalat fardhu tepat pada waktunya, lalu dia tangguhkan. Perintah-perintah syariah pun berat baginya, lalu dia abaikan,” analognya.
Setelah itu, lanjutnya, orang itu mengeluhkan keadaan dan kehidupannya yang buruk, gelisah, tidak tenang, serba khawatir, karena setan menguasai hatinya.
“Kasihan, orang seperti ini sudah kalah berperang melawan dirinya sendiri, sebelum berperang melawan musuhnya,” simpulnya.
Karena itu, nasehatnya, jadikanlah ketaatan kepada Allah sebagai kemuliaan dan kehormatan, bukan beban. Kita bisa membaca al-Qur’an, dzikir, wirid, shalat sunah, tahajud, dhuha, puasa sunah, shalat fardhu, dakwah dan sebagainya. “Semua itu adalah kemuliaan, bukan beban,” tandasnya.
“Karena semua itu adalah jalan kita meraih kemuliaan, dan cara Allah menjaga dan mengangkat diri kita,” pungkasnya menyudahi nasehat. [] Irianti Aminatun
