Tinta Media - Momentum hari anak nasional tahun ini yang mengusung tema, "Anak Terlindungi Indonesia Maju" sebagaimana tahun kemarin, dinilai Muslimah Media Center (MMC) gagal akibat diterapkannya sistem kapitalisme.
"Tentu banyak faktor yang menjadi penyebab anak Indonesia belum terlindungi, anak putus sekolah misalnya, terjadi diantaranya karena menikah, menunggak SPP, atau kerja. Hal ini dapat dipahami karena kehidupan kapitalisme yang diterapkan hari ini memberikan dampak meningkatnya angka kemiskinan," tuturnya dalam Serba Serbi MMC: Sistem Kapitalisme Gagal Wujudkan, "Anak Terlindungi, Indonesia Maju"," di kanal YouTube MMC, Sabtu (23/7/2022).
Menurutnya, kemiskinan memang menjadi sebab mendasar berbagai persoalan, termasuk kurangnya perlindungan terhadap anak. "Sistem ekonomi kapitalisme berpihak pada orang yang kaya dan memiskinkan rakyat yang lemah. Prinsip pasar bebas membuat rakyat yang lemah tidak berdaya dan memberikan berbagai dampak buruk pada anak," jelasnya.
Ia melanjutkan, putus sekolah, anak terpaksa bekerja, dinikahkan paksa, adalah kenyataan pahit yang terjadi hari ini. "Beban berat orang tua dan kerasnya persaingan hidup berakibat terjadinya kekerasan terhadap anak," ungkap narator.
Di sisi lain, lanjutnya, kebebasan perilaku membuat manusia bisa berbuat apa saja untuk memenuhi hawa nafsunya, termasuk kekerasan pada anak yang seharusnya dilindunginya.
Sementara, menurut narator, kasus pembulian pada anak tidak lepas dari pendidikan sekuler yang telah menjauhkan individu masyarakat dari rasa kemanusiaan, membentuk individu liberal, dan hedonis, serta tidak takut akan dosa apalagi Tuhan.
"Semua ini menunjukkan bahwa sistem kapitalisme gagal memberikan perlindungan terhadap anak," tegasnya.
Tak heran, ungkapnya, dalam negara yang menerapkan kapitalisme, peringatan hari anak hanyalah seremoni perhatian. Sebab, kebijakan yang ada justru secara masif menghapus perlindungan total terhadap anak.
"Anak menjadi korban langsung maupun tidak langsung sistem sekuler kapitalis. Anak menjadi korban kemiskinan sistemik, korban bullying, korban kekerasan seksual, dan lain-lain," pungkasnya.[] Wafi