𝐘𝐔𝐊 𝐁𝐔𝐀𝐓 𝐏𝐄𝐑𝐓𝐀𝐍𝐘𝐀𝐀𝐍 𝐂𝐀𝐂𝐈𝐍𝐆 𝐀𝐆𝐀𝐑 𝐈𝐃𝐄 𝐈𝐍𝐒𝐏𝐈𝐑𝐀𝐓𝐈𝐅 𝐓𝐄𝐑𝐏𝐀𝐍𝐂𝐈𝐍𝐆 (𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐹𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑁𝑒𝑤𝑠) - Tinta Media

Rabu, 13 Juli 2022

𝐘𝐔𝐊 𝐁𝐔𝐀𝐓 𝐏𝐄𝐑𝐓𝐀𝐍𝐘𝐀𝐀𝐍 𝐂𝐀𝐂𝐈𝐍𝐆 𝐀𝐆𝐀𝐑 𝐈𝐃𝐄 𝐈𝐍𝐒𝐏𝐈𝐑𝐀𝐓𝐈𝐅 𝐓𝐄𝐑𝐏𝐀𝐍𝐂𝐈𝐍𝐆 (𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐹𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑁𝑒𝑤𝑠)

Tinta Media - Salah satu kendala dalam membuat karangan khas (𝑓𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑛𝑒𝑤𝑠/FN) adalah merasa bingung atau merasa tak punya ide untuk menulis. Padahal berbagai peristiwa yang dapat direkonstruksi ke dalam bentuk cerita sangat berlimpah di dalam otak. 

Bila memori otak diibaratkan kolam, maka berbagai peristiwa inspiratif itu merupakan ikan yang sangat banyak berenang-renang di dalamnya. Oleh karena itu, Anda haruslah memancing agar terpilih peristiwa tertentu menjadi rancangan yang tersusun di dalam pikiran alias terpancing.

Lantas bagaimana caranya membuat pertanyaan cacing? Banyak sekali. Beberapa di antaranya sebagai berikut.


𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐜𝐢𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐊𝐨𝐥𝐚𝐦 𝐒𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢

Memancing di kolam sendiri artinya menggali ide untuk membuat kisah hidup sendiri. Maka peristiwa yang akan diceritakan kembali tentu saja terkait diri sendiri. Coba ingat-ingat, satu saja peristiwa yang paling berkesan yang Anda alami selama hidup ini. Setelah ingat, fokuskan ingatan Anda pada peristiwa tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan cacing yang mengarah pada rekonstruksi kejadian di dalam benak.

Peristiwa-peristiwa berkesan dimaksud sejatinya ada banyak. Di antaranya sebagai berikut. 

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎, 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐼𝑠𝑙𝑎𝑚𝑛𝑦𝑎 𝐴𝑛𝑑𝑎, 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑑𝑢𝑙𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑀𝑢𝑠𝑙𝑖𝑚. Poin utama yang harus muncul ketika merekonstruksi dalam benak, salah satu caranya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan cacing di bawah ini: 

𝟷. 𝙼𝚎𝚗𝚐𝚊𝚙𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚎𝚐𝚊𝚗/𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚊𝚕𝚊𝚖𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚠𝚊𝚔𝚒𝚕𝚒 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝.

𝟸. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚝𝚒𝚝𝚒𝚔 𝚝𝚘𝚕𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚗𝚘𝚗-𝙼𝚞𝚜𝚕𝚒𝚖 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝙼𝚞𝚜𝚕𝚒𝚖? 𝙹𝚊𝚠𝚊𝚋𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚊𝚙𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚝𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚑 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚢𝚊𝚑𝚊𝚍𝚊𝚝.

𝟹. 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚒𝚔𝚊-𝚕𝚒𝚔𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚗𝚊𝚕 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖? 𝙹𝚊𝚠𝚊𝚋𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚗𝚘𝚖𝚘𝚛 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊.  

𝟺. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚗𝚘𝚗-𝙼𝚞𝚜𝚕𝚒𝚖? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚠𝚊𝚔𝚒𝚕𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝. 

𝟻. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚙𝚊𝚜𝚌𝚊-𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚠𝚊𝚔𝚒𝚕𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝. 

𝐾𝑒𝑑𝑢𝑎, 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎 ℎ𝑖𝑗𝑟𝑎ℎ𝑛𝑦𝑎 𝐴𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑑𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎𝑡 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑡𝑎𝑎𝑡. Poin utama yang harus muncul ketika merekonstruksi dalam benak misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini:

𝟷. 𝙼𝚎𝚗𝚐𝚊𝚙𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚑𝚒𝚓𝚛𝚊𝚑? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚎𝚐𝚊𝚗/𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚊𝚕𝚊𝚖𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚠𝚊𝚔𝚒𝚕𝚒 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝.

𝟸. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚝𝚒𝚝𝚒𝚔 𝚝𝚘𝚕𝚊𝚔 𝚙𝚎𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚞𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚝𝚊𝚊𝚝? 𝙹𝚊𝚠𝚊𝚋𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚊𝚙𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚝𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚑 𝚑𝚒𝚓𝚛𝚊𝚑 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝.

𝟹. 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚒𝚔𝚊-𝚕𝚒𝚔𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚞𝚔𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚜𝚒𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚊𝚝? 𝙹𝚊𝚠𝚊𝚋𝚕𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚗𝚘𝚖𝚘𝚛 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊. 

𝟺. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚠𝚊𝚓𝚒𝚋𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚔𝚊𝚏𝚏𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚑𝚒𝚓𝚛𝚊𝚑? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚠𝚊𝚔𝚒𝚕𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝. 

𝟻. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚙𝚊𝚜𝚌𝚊-𝚜𝚊𝚍𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚘𝚖𝚒𝚝𝚖𝚎𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚔𝚊𝚏𝚏𝚊𝚑? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚠𝚊𝚔𝚒𝚕𝚒 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝. 

𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎, 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑜𝑙𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔. Perhatikan 5 pertanyaan pada poin pertama dan 5 pertanyaan pada poin kedua. Pola pertanyaannya sama persis bukan? Pola tersebut sangat cocok ditanyakan untuk merekonstruksi berubahnya seseorang dari suatu kondisi menjadi kondisi yang bertolak belakang. 

Misalnya: 
- 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚍𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚎𝚛𝚞𝚍𝚞𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚔𝚎𝚛𝚞𝚍𝚞𝚗𝚐; 
- 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚍𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚎𝚛𝚊𝚝 𝚛𝚒𝚋𝚊 𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚝𝚒𝚟𝚒𝚜 𝚊𝚗𝚝𝚒-𝚛𝚒𝚋𝚊; 
- 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚐𝚘𝚗𝚝𝚊-𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚙𝚊𝚌𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚝𝚒𝚟𝚒𝚜 𝚊𝚗𝚝𝚒-𝚙𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊𝚗; 
- 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚍𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑𝚒 𝚍𝚊𝚔𝚠𝚊𝚑 𝚔𝚑𝚒𝚕𝚊𝚏𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚎𝚓𝚞𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚑𝚒𝚕𝚊𝚏𝚊𝚑; 
- 𝚍𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚖𝚒𝚜𝚊𝚕𝚗𝚢𝚊.  

Pola pertanyaan yang sama bisa juga digunakan untuk memancing ide rekonstruksi kejadian dari kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik, dari kondisi yang baik ke kondisi yang lebih baik. Bahkan, 𝑛𝑎𝑢𝑑𝑧𝑢𝑏𝑖𝑙𝑙𝑎ℎ𝑖 𝑚𝑖𝑛 𝑑𝑧𝑎𝑙𝑖𝑘, bisa memancing ide rekonstruksi kejadian dari kondisi yang baik menjadi buruk, dari kondisi yang buruk menjadi lebih buruk. 

𝐾𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡, 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑠𝑡𝑖𝑤𝑎 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝐴𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑢𝑗𝑖 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑖𝑛𝑡𝑎 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 𝐴𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑏𝑎𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑖𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑡𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎𝑡. Pertanyaan pancingannya bisa seperti di bawah ini:

𝟷. 𝚂𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚜𝚘𝚜𝚘𝚔 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝.

𝟸. 𝙰𝚙𝚊 𝚍𝚊𝚖𝚙𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝙰𝚗𝚍𝚊? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚖𝚋𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝/𝚍𝚒𝚕𝚎𝚖𝚊𝚝𝚒𝚜 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝙰𝚗𝚍𝚊.

𝟹. 𝙱𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚜𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚒𝚗𝚒? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚞𝚊𝚝𝚊𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝 𝚍𝚒𝚜𝚒𝚖𝚙𝚞𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙𝚒/𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚜𝚒 𝚔𝚎𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚊𝚔𝚒𝚝.

𝟺. 𝙼𝚎𝚗𝚐𝚊𝚙𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚖𝚞𝚜𝚒𝚋𝚊𝚑 𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚖𝚙𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊? 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚗𝚢𝚊𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒. 

𝟻. 𝚂𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚑 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚑𝚊𝚖𝚙𝚒𝚛 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛? 𝚂𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚑 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚛 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚘𝚋𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚒𝚗𝚒? 𝙱𝚒𝚕𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚒𝚜𝚝𝚒𝚠𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚍𝚊, 𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜 𝚍𝚒𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚔𝚒𝚜𝚊𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙.

Salah satu hasil FN-nya seperti yang ditulis Siti Aisyah ketika merekonstruksi peristiwa dilematis karena orang yang dicintainya ada yang meninggal dunia dan ada yang sakit dalam waktu bersamaan, 𝐷𝑖 𝐴𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐷𝑢𝑎 𝑃𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛, 𝐼𝑏𝑢 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑢𝑎𝑚𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑘𝑘𝑢? https://bit.ly/3AK43tg.

𝐾𝑒𝑙𝑖𝑚𝑎, 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛-𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝐴𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑢𝑗𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑎𝑔𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 𝐴𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑡𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑖𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑗𝑎. Ada banyak kasus sepola yang dapat dipancing dengan lima pertanyaan pada poin keempat tersebut. 

Misalnya:
- 𝙰𝚍𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚙𝚎𝚗𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚠𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚕𝚒𝚗𝚐𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚖𝚙𝚊𝚝 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊𝚕 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚊𝚔𝚠𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚖𝚋𝚞𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝;

- 𝙰𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚎𝚔𝚘𝚗𝚘𝚖𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚛𝚒 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚖𝚋𝚞𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙𝚒 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚍𝚊𝚙𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝;

- 𝙰𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚌𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚙𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊𝚊𝚗 𝚐𝚎𝚐𝚊𝚛𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚔𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚝𝚒𝚟𝚒𝚝𝚊𝚜 𝚊𝚖𝚊𝚛 𝚖𝚊𝚔𝚛𝚞𝚏 𝚗𝚊𝚑𝚒 𝚖𝚞𝚗𝚐𝚔𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚞𝚑𝚊𝚜𝚊𝚋𝚊𝚑 𝚕𝚒𝚕 𝚑𝚞𝚔𝚔𝚊𝚖 (𝚖𝚎𝚗𝚐𝚘𝚛𝚎𝚔𝚜𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚞𝚊𝚜𝚊) 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝;

- 𝙰𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚌𝚊𝚌𝚒𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚙𝚊𝚔𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚛𝚞𝚍𝚞𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚗 𝚓𝚒𝚕𝚋𝚊𝚋 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚝𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚝𝚞𝚙 𝚊𝚞𝚛𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚞𝚛𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚝𝚞𝚗𝚝𝚞𝚝𝚊𝚗 𝚊𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝;

- 𝙰𝚍𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚌𝚊𝚌𝚒𝚖𝚊𝚔𝚒𝚗𝚢𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚜𝚎𝚔𝚞𝚜𝚒/𝚔𝚛𝚒𝚖𝚒𝚗𝚊𝚕𝚒𝚜𝚊𝚜𝚒 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚝𝚞𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚊𝚔𝚠𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗 𝙸𝚜𝚕𝚊𝚖 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝙰 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚉, 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚔𝚒𝚍𝚊𝚑 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚔𝚑𝚒𝚕𝚊𝚏𝚊𝚑, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝙰𝚗𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚝𝚊𝚙 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚋𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚊𝚝 𝚜𝚢𝚊𝚛𝚒𝚊𝚝;

- 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊-𝚊𝚍𝚊 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚙𝚘𝚕𝚊, 𝚑𝚎… 𝚑𝚎…

𝐾𝑒𝑒𝑛𝑎𝑚, 𝑘𝑖𝑠𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 (𝑠𝑢𝑐𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦). Selain berbagai kisah di atas, ada juga kisah keberhasilan dalam upaya Anda meraih sesuatu bukan? Munculkan berbagai pertanyaan cacing, mulai dari mengapa Anda bisa sukses melakukan hal tersebut hingga Anda mensyukurinya. 

Tetapi, tetap jawabannya berupa cerita peristiwa yang mengambarkan usaha Anda yang pantang menyerah ketika meraih cita-cita dimaksud. Dan seterusnya, dan seterusnya, saya percaya Anda bisalah cari pertanyaan cacing sendiri he… he… Tetapi sekali lagi ingat, apa pun pertanyaannya jawabannya harus dalam bentuk cerita. 

Kenapa jawabannya harus berupa cerita? Karena Anda sedang merekonstruksi kejadian yang dikemas dalam bentuk cerita. Kalau jawabannya bukan dalam bentuk cerita, maka jadinya nanti bukan karangan khas, tetapi opini (penyikapan Anda atas suatu peristiwa). 

Terkait menulis opini silakan Anda baca buku Tɪᴘs Tᴀᴋᴛɪs Mᴇɴᴜʟɪs ᴅᴀʀɪ Sᴀɴɢ Jᴜʀɴᴀʟɪs 𝐉𝐢𝐥𝐢𝐝 𝟏: 𝐓𝐞𝐤𝐧𝐢𝐤 𝐌𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐎𝐩𝐢𝐧𝐢 (silakan klik https://bit.ly/3AAWzsK). Ngiklan he… he… Iklan ini penting bagi saya, agar istri senang melihat saya nulis. Selain berbagi ilmu dengan Anda sekalian, saya pun jadi dapat cuan. Aamiin.


𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐜𝐢𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐊𝐨𝐥𝐚𝐦 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠

Memancing di kolam orang artinya menggali ide untuk membuat kisah hidup orang lain. Maka peristiwa yang akan diceritakan kembali tentu saja terkait diri orang tersebut (bukan diri Anda). Pola pertanyaannya juga sama persis, bedanya kali ini Anda yang bertanya (mewawancarai) orang lain. Ubahlah pertanyaan-pertanyaan cacing di atas menjadi pertanyaan yang Anda tujukan kepada orang lain. Hasilnya, tentu saja bisa Anda bikin FN tentang orang tersebut.


𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐜𝐢𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐩𝐮𝐬𝐭𝐚𝐤𝐚𝐚𝐧

Diakui, memang saya agak memaksakan diri menamai subjudul ini dengan istilah memancing di perpustakaan he… he… tapi maksudnya begini 𝑙ℎ𝑜, Anda juga bisa mengangkat kisah hidup orang-orang yang pernah ditulis (dalam berbagai buku, artikel, berita, dan lainnya); maupun dari suara/video (kisah di 𝑌𝑜𝑢𝑇𝑢𝑏𝑒, radio, 𝑝𝑜𝑑𝑐𝑎𝑠𝑡, dan lainnya). 

Jadi dengan membaca atau mendengar/menonton itu semua, Anda bisa memancing dengan berbagai pertanyaan cacing di atas. Tentu saja pertanyaan cacing tersebut diajukan kepada diri Anda sendiri.

Kemudian, Anda jawab pakai bahasa Anda sendiri (kecuali kalimat kutipan langsung dari narasumber dalam kolam perpustakaan), sehingga menjadi karya yang bukan salin tempel (𝑐𝑜𝑝𝑦 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑒/copas). Sumbernya pun bisa satu atau lebih dari satu video/suara/teks, yang penting semua pertanyaan cacing tersebut terjawab.


𝐌𝐚𝐬𝐮𝐤𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞 𝐄𝐦𝐛𝐞𝐫

Jangan lupa, setelah ikannya terpancing segera masukan ke ember tempat penyimpan ikan. Ember tersebut bisa berupa tulisan ataupun rekaman suara jawaban-jawaban pertanyaan cacing tersebut. Ikan-ikan tersebut nantinya diolah menjadi ikan bakar (FN pola kronologis); ikan goreng (FN pola 𝑓𝑙𝑎𝑠ℎ𝑏𝑎𝑐𝑘); atau pecel ikan (FN pola lainnya). 

Sedangkan cara mengolah ikan tersebut, eh, membuat alur cerita FN tersebut dapat Anda pelajari dengan menyimak bab 𝐵𝑢𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑙𝑢𝑟 𝐶𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝐾𝑖𝑠𝑎ℎ 𝑁𝑦𝑎𝑡𝑎 pada pada tautan https://bit.ly/3nRrc5g.


𝐎𝐛𝐬𝐞𝐫𝐯𝐚𝐬𝐢

Ya, subjudul ini enggak mungkin saya paksakan menggunakan diksi memancing lagi, tetapi tetap pakai bahasa aslinya yakni observasi karena saya belum dapat padanan pemisalan yang pas kalau tetap pakai istilah memancing. Tapi yang jelas, observasi itu Anda berada di lokasi peristiwa terjadi. 

Anda amati secara seksama, masukan ke dalam ember ikan hal-hal yang menurut Anda itu penting, menarik dan atau penting dengan cara mencatatnya, merekamnya, dan atau mengingat-ingatnya. Untuk kemudian pada kesempatan yang pas dijadikan bahan tulisan FN. 

Misalnya: ketika Anda melakukan kunjungan ke objek wisata yang bersejarah; melihat suatu peristiwa yang inspiratif, terjebak di dalam suatu peristiwa penting dan atau menarik. Catat saja, insyaAllah kelak diperlukan untuk menulis FN. 

Banyak FN yang saya tulis yang sumbernya adalah observasi. Salah satu di antaranya adalah FN 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝐷𝑖𝑑𝑒𝑠𝑎𝑘 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑖𝑡𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑀𝐵 𝐾𝑒𝑑𝑢𝑏𝑒𝑠 𝐴𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎, 𝐵𝑒𝑔𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑎𝑟𝑎 𝐽𝑜𝑘𝑜𝑤𝑖 𝐵𝑒𝑟𝑘𝑒𝑙𝑖𝑡 https://bit.ly/3wIcDHa. Saya mencatat berbagai pernyataan penting dan menarik dari semua tokoh yang berbicara dalam peristiwa tersebut, untuk kemudian saya pilih yang relevan sehingga jadilah FN di atas. 
.
Bagaimana perasaan Anda melihat gerak-gerik dan pernyataan Presiden, eh, Gubernur Jokowi dalam FN di atas? He… he… Ingat, perasaan Anda itu sama sekali tidak saya tulis bukan? Tapi itulah target yang saya inginkan ketika Anda membacanya.


𝐁𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧

Seperti yang sudah disinggung di atas, ide untuk menulis karangan khas sangatlah melimpah. Namun saya pribadi sering kali memancingnya dengan cara dikaitkan dengan peristiwa politik yang hangat bahkan sedang panas-panasnya. 

Contoh kasus: berulang kalinya pernyataan politis dari para pejabat dan juga kelompok-kelompok latah yang menyebut, 

𝙿𝚊𝚗𝚌𝚊𝚜𝚒𝚕𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚎𝚙𝚊𝚔𝚊𝚝𝚊𝚗 𝑓𝑜𝑢𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑎𝑡ℎ𝑒𝑟𝑠 (𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚜𝚊 𝙸𝚗𝚍𝚘𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊). 

Agar ide muncul, maka saya membuat pertanyaan cacing: 

𝙱𝚎𝚗𝚊𝚛𝚔𝚊𝚑 𝙿𝚊𝚗𝚌𝚊𝚜𝚒𝚕𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚎𝚙𝚊𝚔𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚛𝚒 𝚋𝚊𝚗𝚐𝚜𝚊?

Untuk menjawabnya, siapa saja yang mau menulis karangan khasnya mau tidak mau mesti mendalami sejarah terkait lahirnya Pancasila dan berbagai peristiwa sejarah yang menunjukkan benar atau tidaknya pernyataan tersebut. 

Mendalaminya bisa dengan berbagai cara. Salah satu caranya dengan studi pustaka (memancing di perpustakaan ha… ha… pakai diksi memancing lagi). Di antaranya, membaca risalah sidang BPUPKI dan PPKI, risalah sidang Konstituante, dan referensi lain yang terkait. Misal, buku biografi salah satu peserta sidang BPUPKI, buku biografi salah satu peserta sidang Konstituante, dan buku-buku lain yang terkait pembahasan. 

Fokuskan pada pencarian jawaban terhadap pertanyaan di atas. Tapi dalam praktiknya sangat mungkin menemukan peristiwa lain yang penting dan atau menarik. Jangan mudah tergoda untuk berganti fokus. Hal lain tersebut cukup saja ditandai dan bisa diagendakan untuk bahan tulisan berikutnya.

Maka, akhirnya terbitlah karangan khas yang berjudul 𝐽𝑎𝑛𝑗𝑖 𝐼𝑡𝑢 𝐷𝑖𝑘ℎ𝑖𝑎𝑛𝑎𝑡𝑖 (silakan klik https://bit.ly/3tMuXMK). Karangan khas tersebut sama sekali tidak menyinggung pernyataan yang menyebut, “Pancasila merupakan kesepakatan para pendiri bangsa Indonesia).” Tapi, siapa pun yang membaca FN 𝐽𝑎𝑛𝑗𝑖 𝐼𝑡𝑢 𝐷𝑖𝑘ℎ𝑖𝑎𝑛𝑎𝑡𝑖 normalnya akan berkesimpulan pernyataan para pejabat dan orang-orang yang latah tersebut hanyalah hoaks belaka. Benar enggak?

Oh iya, salah satu ciri FN yang baik itu ketika ingin menyatakan pesan utama bahwa sesuatu itu hoaks, sama sekali tidak mengatakan hal tersebut itu hoaks, tapi cukup saja merekonstruksi suatu peristiwa yang secara umumnya pembaca akan menyimpulkan bahwa sesuatu itu hoaks. 

Itulah salah satu seninya membuat 𝑓𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑛𝑒𝑤𝑠, tidak 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑔ℎ𝑡/𝑡𝑜 𝑡ℎ𝑒 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 (lugas/langsung pada pokok permasalahan) sebagaimana berita lugas (𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑛𝑒𝑤𝑠/SN). 

Jadi, yang disampaikan penulis kepada pembaca itu bukan kesimpulannya sebagaimana SN, tetapi rekonstruksi suatu peristiwa sedemikian rupa sehingga peristiwanya tergambar jelas di benak pembaca agar pembaca menyimpulkan sendiri yang tentu saja kesimpulannya seperti yang penulis maui. Menarik bukan?[]

Depok, 12 Dzulhijjah 1443 H | 11 Juli 2022 M

Joko Prasetyo 
Jurnalis
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :