Tinta Media - Karena peristiwa yang direkonstruksinya dikemas dalam bentuk cerita, maka penyajian karangan khas (𝑓𝑒𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑛𝑒𝑤𝑠/FN) mirip dengan cerita pendek (cerpen) maupun novel. Bahkan ada saja di antara Anda yang mengira FN itu ya cerpen/novel. Padahal sejatinya berbeda.
Perbedaannya adalah semua unsur cerita yang ditulis dalam karangan khas itu nyata (nonfiksi) sedangkan dalam cerpen/novel itu minimal salah satu unsurnya adalah khayalan (fiksi).
Jadi, meski bentuk penyajiannya berupa cerita dan memiliki banyak kesamaan unsur dengan cerpen (cerita pendek) maupun novel namun karangan khas bukanlah khayalan sedangkan cerpen/novel merupakan khayalan.
Maka, semua unsur FN (tokoh; karakter dan kepribadian tokoh; tingkah laku dan perkataan tokoh; lokasi, waktu, dan suasana peristiwa yang diceritakan) itu memang harus benar-benar terjadi. Berbeda dengan cerpen (cerita pendek) dan novel yang ---minimal salah satu dari unsur di atas itu--- hanyalah khayalan belaka.
Oleh karena itu cerpen tidak bisa dikatakan sebagai produk jurnalistik meskipun kerap dimuat di media massa. Begitu juga dengan novel yang ditulis berseri (bersambung) dalam media massa, juga tak bisa disebut produk jurnalistik. Keduanya adalah produk sastra, bukan jurnalistik. Karena produk jurnalistik itu tidak boleh berupaya khayalan.
Perhatikan baik-baik tiga kategori cerita di bawah ini:
1. Cerita khayalan.
2. Cerita khayalan terinspirasi kisah nyata (sebagian nyata sebagian khayalan).
3. Cerita kisah nyata.
Kategori mana ya yang termasuk FN? Benar, hanya kategori tiga saja yang termasuk FN, sisanya sudah termasuk cerpen/novel.
Sekarang sudah paham 𝑘𝑎𝑛 perbedaan antara FN dengan cerpen?[]
Depok, 2 Dzulhijjah 1443 H | 1 Juli 2022 M
Joko Prasetyo
Jurnalis