Ajengan Yuana: Khutbah Haji Wada’ Rasulullah Momen Penting dalam Memberikan Arahan Umat - Tinta Media

Kamis, 07 Juli 2022

Ajengan Yuana: Khutbah Haji Wada’ Rasulullah Momen Penting dalam Memberikan Arahan Umat



Tinta Media - Mudir Ma’had Khadimus Sunnah, Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) menuturkan aspek penting  khutbah Haji Wada’ Rasulullah SAW.
 
“Khutbah Haji Wada’ Rasulullah SAW adalah momen penting dalam memberikan arahan kepada umat Islam. Aspek politik pada khutbah tersebut sangat dominan, karena menyangkut kepentingan bersama umat Islam dan terkait urusan umat Islam di dalam dan luar negeri,” ungkapnya di majalah Al-Wa’ie, edisi Juli 2022.
 
YRT menuturkan, Nabi Muhammad SAW di akhir hayatnya menunaikan ibadah haji yang dikenal dengan nama Haji Wada’. Saat melaksanakan haji tersebut, Nabi berkhutbah di hadapan kaum muslim. Beliau berkhutbah tidak hanya sekali.
 
“Beliau berkhutbah di Hari Arafah, di Hari Nahr, dan di pertengahan Hari Tasyriq. Beliau saw. berwasiat, memberi nasihat, dan memberi pengarahan sehingga ketika beliau meninggalkan umat ini, beliau telah meninggalkan umatnya dalam keadaan terang-benderang, malamnya bagaikan siang, dan tidaklah orang yang berpaling dari apa yang beliau ajarkan kecuali akan binasa,” paparnya.
 
Aspek Politis
 
YRT menegaskan, khutbah Rasulullah pada momen Haji Wada’   mengandung aspek politik yang sangat penting bagi umat Islam baik dulu, sekarang, maupun yang akan datang.
 
Ia menukil awal khutbah yang disampaikan Nabi SAW sebagaimana termaktub dalam hadis riwayat Al-Baihaqi, al-Thabari, Abu Awanah:
 
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ! اسْمَعُوا مَا أَقُولُ لَكُمْ، فَإِنِّي لا أَدْرِي لَعَلِّي لا أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِي هَذَا فِي هَذَا الْمَوْقِفِ.

“Wahai manusia, dengarlah apa yang akan aku katakan. Sebab sungguh, aku tidak tahu, apakah aku bisa berjumpa lagi dengan kalian setelah tahun ini, di tempat ini.”
 
“Khutbah ini telah membuat sedih siapa saja yang mendengarnya, karena khutbah tersebut menyiratkan sebuah perpisahan panjang,” ungkap YRT.
 
Menurutnya, Rasulullah SAW  menyampaikan beberapa wasiat politik. “Pertama, perlindungan darah dan harta. Berkali-kali hal ini beliau sampaikan dalam khutbah Haji Wada’,” paparnya.
 
YRT lalu mengutip hadis yang mengisyaratkan keharusan adanya institusi negara yang menjaga harta dan setiap tetes darah kaum Muslimin.“Sungguh darah dan harta kalian haram seperti sucinya hari  kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini,” tuturnya mengutip hadis riwayat Imam Muslim.
 
“Kedua, ikhlas beramal, mengoreksi penguasa dan bergabung dalam jamaah. Ketiga hal ini hendaknya selalu hadir pada diri seorang muslim. Ketiga hal ini tidaklah terwujud kecuali dengan adanya persatuan dan kesatuan umat,” bebernya.
 
Masalahnya, lanjut YRT, umat tidak akan bersatu kecuali dengan adanya pemimpin, dan tidak ada artinya pemimpin jika tidak ditaati.
 
“Ketiga, kesatuan berdasarkan ideologi  Islam dan ukhuwah Islamiyah. Rasisme hukumnya haram, tidak sesuai fitrah manusia, merendahkan, meremehkan hingga menghina orang lain karena beda suku dan warna kulit,” tandasnya.
 
Keempat, lanjut YRT, wajib mengikuti Sunnah  Khulafaur Rasyidin dalam pemerintahan. “Rasulullah SAW juga berwasiat bahwa sistem pemerintahan yang harus diikuti harus merujuk pada Sunnah Rasulullah saw. dan Khulafaur Rasyidin,” ucapnya.
 
“Kelima, menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai dasar sistem kehidupan. Nilai apa pun yang posisinya menggantikan Al-Qur’an dan As-Sunnah hakikatnya adalah ‘jalan’ selain syariah Allah. Kata Ibnu Katsir, ia adalah jalan menuju kerugian, kehancuran dan kebinasaan,” tegasnya.
 
“Ini merupakan wasiat kepada kita agar membangun sistem hidup berdasar Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :