Abad ke-4 Hijriah, Cordova Jadi Kota Metropolitan Islam - Tinta Media

Selasa, 26 Juli 2022

Abad ke-4 Hijriah, Cordova Jadi Kota Metropolitan Islam

Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menceritakan ketika Cordova menjadi kota Metropolitan Islam yang menandingi kota-kota di dunia.

“Bukan berlebihan jika Cordova pada pertengahan  abad ke-4  hijriyah  atau 10 Masehi, seakan menjadi kota metropolitan yang menandingi kota-kota dunia di waktu yang sama,” ucapnya di History Insight: Cordova, Kota Metropolitan Islam, Senin (25/7/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.

Menurut Narator, hal itu tercermin dari sistem pendidikannya, sekolah-sekolah tumbuh subur untuk mendidik manusia.

“Cordova menjadi kota yang memiliki koleksi buku terbanyak serta menjadi pusat kebudayaan dan berbagai macam ilmu pengetahuan.  Hal ini tampak dari tersebarnya perpustakaan-perpustakaan khusus maupun umum di mana-mana,” ungkapnya.

 Ia menambahkan, orang-orang fakir Cordova bisa mengenyam pendidikan di berbagai sekolah secara gratis, karena dibiayai oleh negara.
 
“Maka tidak aneh jika setiap penduduk Cordova mampu membaca dan menulis. Di saat yang sama kaum elit Eropa justru masih buta baca dan tulis kecuali tokoh agama,” ucapnya membandingkan.

Kebangkitan di Cordova juga disertai dengan majunya sistem administrasi dan perkantoran, lanjutnya,  hal ini tercermin dari beberapa lembaga dan sistem-sistem hukum yang berlaku, seperti kepemimpinan dan kementerian.

“Saat Eropa berkutat dengan ketidakadilan para raja, Cordova sebagaimana wilayah Daulah Khilafah yang lainnya telah menerapkan sistem peradilan ,kepolisian, hisbah, atau polisi syariah dan lainnya,”kisahnya.

Industri Pesat

Narator menuturkan, bidang perindustrian juga mengalami perkembangan pesat. “Pada saat itu kaum Muslim Cordova sudah berputar dengan industri yang masyhur, seperti industri kulit, perkapalan, alat-alat pertanian, obat-obatan, logam perhiasan dan lain-lain,” jelasnya.

Kota Cordova seperti terbagi menjadi 5 kawasan besar.  Al-Muqri mengatakan, “Diantara satu kawasan dengan kawasan lain terdapat pagar yang besar dan kokoh laksana benteng. Setiap kawasan berdiri sendiri dan memiliki pemandian umum, pasar, industri dan sebagainya yang mencukupi penduduknya,” Ucap Narator menirukan Al-Muqri.

“Imam Al Muqri juga menguraikan data-data pembangunan di kota Cordova.  Masjid-masjid kota Cordova pada masa Abdurrahman Ad-Dahil  mencapai 490 masjid, kemudian setelah itu bertambah menjadi 3.837 masjid, rumah rakyat mencapai 213.077, rumah kaum ningrat mencapai 60.300 buah,  pertokoan dan sejenisnya mencapai 80.455 buah,  pemandian umum mencapai 904 dan lapangan umum mencapai 28 buah,” imbuhnya.

Dr. Raghib Sirjani, kata Narator, menuliskan bahwa jumlah penduduk Cordova pada masa Daulah Islam mencapai sekitar 500.000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Cordova sekarang sekitar 325.000 jiwa. 

“Semua ini menunjukkan betapa banyak penduduk Cordova.  Mereka hidup dalam kesejahteraan luar biasa dan diliputi suasana keimanan hingga mampu menjadi mercusuar pendidikan di Benua Eropa bahkan dunia,” ucap Narator bangga.

Narator menilai,  itu adalah  gambaran tata kelola sebuah negara yang menggunakan sistem Allah, Khilafah Islam.  “Rakyat terjamin kesejahteraannya,  populasi terus bertambah.  Bukan hanya dari sisi kuantitas namun kualitas generasinya diperhatikan,” tegasnya.

Menurutnya, banyak dilahirkan sosok pemimpin, ulama, ilmuwan,  bahkan menjadi salah satu kota metropolitan Daulah Khilafah yang sangat tidak mungkin untuk disaingi  oleh kota metropolitan mana pun sepanjang sejarah dalam sistem kapitalisme.

Bergidik

Kata Narator, kota metropolitan dalam sistem kapitalisme sungguh membuat kita bergidik. “Di samping kemegahan gedung-gedung pencakar langitnya,  ketimpangan di masyarakat terus meningkat. Kemiskinan,  kebodohan,  kriminalitas,  dekadensi moral  generasi, rusaknya kehidupan sosial,  tak lagi mampu dihitung dengan jari,” ungkapnya ngeri.

Dapat ditemukan  dengan mudah anak-anak jalanan  di jalan-jalan besarnya, tambahnya,  dapat ditemukan dengan mudah gelandangan di kolong-kolong jembatan bahkan di pinggir kotanya.

“Betapa banyak generasi muda yang berpendidikan tinggi namun amoral atau hanya berujung menjadi budak korporasi,” tukasnya.

Narator menilai, kota metropolitan  hari ini hanya dihias agar terlihat cantik namun masyarakatnya sungguh sakit.

“Hanya dengan kembali menggunakan sistem Khilafah,  pengelolaan suatu negara akan benar-benar maju dan melahirkan sosok-sosok berkepribadian Islam,” yakinnya memungkasi penuturan. [] Irianti Aminatun
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :