Waspadalah terhadap Frustasi! - Tinta Media

Senin, 20 Juni 2022

Waspadalah terhadap Frustasi!


Tinta Media - Sobat. Frustasi adalah sikap kecewa dan tidak puas atas ketentuan Allah SWT, tidak menerima keputusan, tidak merasa ridha akan rezeki yang diperoleh, berpaling dari perintah, dan merasa bosan dengan pemberian Allah SWT.

Sobat. Berikut ini jika kamu berkehendak untuk mendeteksi diri apakah terjangkit penyakit frustasi atau tidak, tanyakanlah kepada dirimu pertanyaan-pertanyaan berikut:

• Apakah kamu selalu mengeluh setiap cobaan dari Allah SWT yang menimpamu?

• Apakah kamu sering bertanya-tanya, “ Mengapa demikian, wahai Tuhan?” sebagai bentuk ketidakridhaan atas ketentuan dan takdir yang kamu tidak harapkan?

• Apakah kehidupan kamu terasa rumit, sempit, dan penuh dengan permasalahan karena kamu menyaksikan kehidupan orang lain dan meratapi diri karena kehidupanmu tidak seperti kehidupan mereka?

• Saat tertimpa suatu cobaan atau musibah, apakah kamu merasa kecewa, mengeluh, merasa marah, tidak mampu menahan kesabaran, dan menyerah, serta tidak menerima keputusan orang lain?

Sobat. Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah ya, itu adalah pertanda bahwa kamu membutuhkan suatu penyelesaian masalah yang tepat.

Ada banyak solusi untuk mengatasi frustasi diantaranya adalah : Menghindari tiga sikap kecewa dilarang dalam agama sebagai berikut ; Sikap kecewa yang pertama adalah kekecewaan yang ada dalam hatimu, yaitu kamu selalu merasakan kesempitan hati dan berprasangka dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT sedang mendzalimimu dengan ketentuan-Nya.

Sikap kecewa yang kedua adalah ketidakpuasan dengan lisan atau verbal, yaitu dengan menyebutkan kata-kata umpatan, “ celakalah, binasalah…” dan kata-kata lain yang menunjukkan kekecewaanmu serta berpaling dari ketentuan Allah SWT.

Sikap kecewa yang ketiga adalah mengekspresikan kekecewaan dengan anggota badan, seperti manampar pipi sendiri, merobek-robek baju sendiri, dan perilaku-perilaku lain yang dilarang dalam agama.

Ingatlah firman Allah SWT :
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ 
 (١١)

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj (22) : 11)

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa ada pula sebagian manusia yang menyatakan beriman dan menyembah Allah dalam keadaan bimbang dan ragu-ragu; mereka berada dalam kekhawatiran dan kecemasan; apakah agama Islam yang telah mereka anut itu benar-benar dapat memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan di akhirat. Mereka seperti keadaan orang yang ikut pergi perang, sedang hati mereka ragu-ragu untuk ikut itu. Jika nampak bagi mereka tanda-tanda pasukan mereka akan memperoleh kemenangan dan akan memeroleh harta rampasan yang banyak, maka mereka melakukan tugas dengan bersungguh-sungguh, seperti orang-orang yang benar-benar beriman. Sebaliknya jika nampak bagi mereka tanda-tanda bahwa pasukannya akan menderita kekalahan dan musuh akan menang, mereka cepat-cepat menghindarkan diri, bahkan kalau ada kesempatan mereka berusaha untuk menggabungkan diri dengan pihak musuh.

Sobat. Keadaan mereka itu dilukiskan Allah dalam ayat ini. Jika mereka memperoleh kebahagiaan hidup, rezeki yang banyak, kekuasaan atau kedudukan, mereka gembira memeluk agama Islam, mereka beribadat sekhusyu-khusyunya, mengerjakan perbuatan baik dan sebagainya. Tetapi jika mereka memperoleh kesengsaraan, kesusahan hidup, cobaan atau musibah, mereka menyatakan bahwa semuanya itu mereka alami karena mereka menganut agama Islam. Mereka masuk Islam bukanlah karena keyakinan bahwa agama Islam itulah satu-satunya agama yang benar, agama yang diridai Allah, tetapi mereka masuk Islam dengan maksud mencari kebahagiaan duniawi, mencari harta yang banyak, mencari pangkat dan kedudukan atau untuk memperoleh kekuasaan yang besar. Karena itulah mereka kembali menjadi kafir, jika tujuan yang mereka inginkan itu tidak tercapai. Pada ayat-ayat yang lain Allah menerangkan perilaku mereka:

(yaitu) orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah mereka berkata, "Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?" Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman. (an-Nisa`/4: 141)

Tujuan mereka melakukan tindakan-tindakan yang demikian itu dijelaskan Allah dengan ayat berikut:

Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk salat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali. (an-Nisa`/4: 142)

Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang telah menyia-nyiakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri baik di dunia, apalagi di akhirat. Akibatnya di dunia mereka mendapat bencana, kesengsaraan dan penderitaan lahir dan batin, dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh siksa yang amat berat dengan dimasukkan ke dalam api neraka. Karena ketidaksabaran dan tidak tabah itu mereka akan memperoleh kerugian yang besar dan menimbulkan penyesalan selama-lamanya.

Sobat. Berbicaralah pada diri sendiri bahwa kamu adalah hamba Allah SWT. Jika Allah menakdirkan suatu kebaikan untukmu, memujilah dan bersyukurlah. Jika Allah SWT tidak menakdirkan demikian, kamu harus bersabar, bersikap ridha, dan menjadikan ini sebagai suatu pahala tersendiri bagimu. 

Sobat. Dalam penerimaan qadha dan qadar, ada tiga pola. Pola pertama, ridha yang disertai dengan qana’ah dan bersyukur. Pola kedua, sabar dan pasrah dengan menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Dan pola ketiga, frustasi, kecewa dan tidak merasa puas. 

Pola pertama adalah untuk golongan orang-orang yang sholeh dan bertakwa. Sedangkan pola yang kedua adalah untuk orang-orang yang berproses menuju kepada Allah SWT, sedangkan pola ketiga adalah untuk orang-orang dzalim dan merugi. Oleh karena itu pastikanlah dirimu berada pada derajat paling tinggi dengan ridha, qana’ah dan bersyukur kepada Allah SWT.

Sobat. Jika kamu menghendaki kehidupan yang tenang, nyaman, bahagia dan sejahtera, kamu harus ridha karena ridha adalah pintu tanda diterima amal dan surga Allah SWT di dunia. Sementara itu, kekecewaan adalah pintu penyesalan, penderitaan, kesmpitan, kesulitan, dan keraguan hati, serta penyebab murka Allah SWT. Oleh karena itu ridhalah atas apa yang telah Allah SWT berikan untuk memperbaiki kehidupan, keadaan dan urusanmu.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Goreskan Tinta Emas dan Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :