Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin menyatakan, ungkapan ‘ada glorifikasi ideologi Khilafah' oleh Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) jelas punya tendensi negatif terhadap ajaran Islam Khilafah.
“Ungkapan ada glorifikasi ideologi Khilafah oleh BNPT jelas punya tendensi negatif terhadap ajaran Islam Khilafah,” tuturnya kepada Tinta Media, Senin (20/6/2022).
Ahmad mengungkap, BNPT baru saja mengabarkan mendeteksi 650 konten propaganda anti-NKRI sepanjang Januari-Desember 2021. Dan menurutnya, BNPT telah menilai konten-konten tersebut ada glorifikasi ideologi Khilafah.
“Menurut BNPT, ada glorifikasi ideologi Khilafah dalam konten-konten itu,” ujarnya.
Ia mengkritisi sikap BNPT yang lebih perhatian terhadap konten sosmed dibandingkan pada temuan senjata yang mematikan.
“Entahlah, sejak kapan konten sosmed lebih berbahaya dan berkorelasi dengan aksi terorisme ketimbang senjata AK-47, bahan peledak, dan ratusan amunisi yang belum lama ini ditemukan polisi di Bandung,” kritiknya.
“Mungkinkah meneror dengan senjata AK 47, dan bahan peledak sudah dianggap lucu dan tidak menakutkan sehingga tak ada tanggapan yang memadai dari BNPT atas temuan sejumlah senjata, bahan peledak, dan amunisi di Bandung?” tanyanya.
Ia mengungkapkan, telah berulang kali ditegaskan Khilafah adalah ajaran Islam bukan ideologi. Menyebutnya sebagai ideologi adalah bentuk kebohongan dan dapat dijerat dengan pasal menyebar hoax dan menerbitkan keonaran.
“Berulang kali ditegaskan Khilafah adalah ajaran Islam. Menyebut Khilafah sebagai ideologi adalah bentuk kebohongan, yang tentu saja dapat dijerat dengan pasal menyebar hoax dan menerbitkan keonaran sebagaimana diatur dalam pasal 14 UU No. 1/1946,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menilai penyematan kata ideologi pada ungkapan ideologi Khilafah jelas memiliki niat jahat. “Khilafah seolah ingin disamakan dengan ideologi komunisme, marxisme-leninisme yang sudah dinyatakan terlarang berdasarkan TAP MPRS No. XXV/MPRS/1946,” ucapnya.
Baginya, glorifikasi Khilafah adalah bentuk kecintaan terhadap ajaran Islam Khilafah.
“Secara historis, Khilafah pernah eksis selama kurun 13 abad. Tidak ada kekuasaan yang mampu berkuasa selama itu, selain kekuasaan Khilafah,” tuturnya.
Kehebatan Khilafah
Ia memaparkan pada era Kekhilafahan Bani Umayah (661 M hingga tahun 750 M), kekuasaan Khilafah yang berpusat di Damaskus memiliki wilayah yang meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syifa, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
“Selanjutnya era Kekhilafahan Bani Abasyiah (750 M hingga tahun 1517 M), kekuasaan Khilafah berpusat di Kufah (Baghdad). Pada era ini imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abasiyah pertama, Imam Abu Hanifah Rahimahullah (700-767 M) lahir di era ini. Muridnya dan sekaligus pelanjutnta, Abu Yusuf menjadi Qadhi al-Qudhat pada zaman Harun Ar-Rasyid,” paparnya.
Ia pun menambahkan ulama masyhur dalam khasanah fiqh Islam yang lahir dan hidup di era Kekhilafahan Bani Abasyiah. Imam Malik Rahimahullah (714-795 M), Imam Syafii Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah.
“Banyak pula ilmuwan-ilmuwan yang lahir dan hidup pada era ini. Ada Al Dasar dan Al Faraqnus (ahli astronomi), ar Razi dan Ibnu Sina (kedokteran), Abu Ali al Hasan bin Al Haitsami (bidang optikal), Kabar bun Yayan (ahli kimia). Di bidang matematika terkenal nama Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah,” tuturnya.
Selanjutnya ia mengungkapkan era Kekhilafahan Utsmaniyah (1517-1924), yang berpusat di Turki. Sepanjang abad ke-16 dan 17, tepatnya pada puncak kekuasaannya di bawah pemerintahan Suleiman Al-Qanuni, Kesultanan Utsmaniyah adalah salah satu negara terkuat di dunia.
“Kesultanan Utsmaniyah adalah salah satu negara terkuat didunia, imperium multinasional, dan multibahasa yang mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat/Kaukasus, Afrika Utara, dan Tanduk Afrika,” ungkapnya.
Ia mengatakan, khilafah itu hebat, negara adidaya, super power, dan faktanya terekam dalam catatan sejarah.
“Sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah telah terbukti ratusan bahkan ribuan tahun menyatukan dunia dengan berbagai latar, suku, bangsa, agama, dengan wilayah kekuasaan sangat luas,” katanya.
Baginya, tidak ada kekuasaan nation state hari ini yang mampu menyamai apalagi melebihi kehebatan Daulah Khilafah.
“Amerika Serikat yang dinobatkan sebagai adidaya sebagai adidaya pasca perang dunia dua, usia kepemimpinannya atas dunia belum ada satu abad, dan dunia dibuat rusak oleh Amerika,” bebernya.
“Maka wajar jika umat Islam mencintai Khilafah dan bangga akan Khilafah, rindu ingin Khilafah tegak kembali karena Khilafah memang hebat,” tuturnya.
Ia menyoroti negara yang mengklaim Pancasila tapi tidak jelas penerapannya dan kekuasaannya.
“Bukan negara yang mengklaim negara Pancasila tapi tidak jelas pada era siapa Pancasila pernah diterapkan dan kekuasaannya dalam sejarah dicatat sebagai apa,” ujarnya.
Menurutnya, BNPT sebaiknya fokus membantu TNI POLRI untuk menangkap Teroris OPM ketimbang mengurusi konten sosmed. "Atau kalau mau ikut aktif di sosmed, BNPT diubah saja menjadi lembaga konten kreator,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
“Ungkapan ada glorifikasi ideologi Khilafah oleh BNPT jelas punya tendensi negatif terhadap ajaran Islam Khilafah,” tuturnya kepada Tinta Media, Senin (20/6/2022).
Ahmad mengungkap, BNPT baru saja mengabarkan mendeteksi 650 konten propaganda anti-NKRI sepanjang Januari-Desember 2021. Dan menurutnya, BNPT telah menilai konten-konten tersebut ada glorifikasi ideologi Khilafah.
“Menurut BNPT, ada glorifikasi ideologi Khilafah dalam konten-konten itu,” ujarnya.
Ia mengkritisi sikap BNPT yang lebih perhatian terhadap konten sosmed dibandingkan pada temuan senjata yang mematikan.
“Entahlah, sejak kapan konten sosmed lebih berbahaya dan berkorelasi dengan aksi terorisme ketimbang senjata AK-47, bahan peledak, dan ratusan amunisi yang belum lama ini ditemukan polisi di Bandung,” kritiknya.
“Mungkinkah meneror dengan senjata AK 47, dan bahan peledak sudah dianggap lucu dan tidak menakutkan sehingga tak ada tanggapan yang memadai dari BNPT atas temuan sejumlah senjata, bahan peledak, dan amunisi di Bandung?” tanyanya.
Ia mengungkapkan, telah berulang kali ditegaskan Khilafah adalah ajaran Islam bukan ideologi. Menyebutnya sebagai ideologi adalah bentuk kebohongan dan dapat dijerat dengan pasal menyebar hoax dan menerbitkan keonaran.
“Berulang kali ditegaskan Khilafah adalah ajaran Islam. Menyebut Khilafah sebagai ideologi adalah bentuk kebohongan, yang tentu saja dapat dijerat dengan pasal menyebar hoax dan menerbitkan keonaran sebagaimana diatur dalam pasal 14 UU No. 1/1946,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menilai penyematan kata ideologi pada ungkapan ideologi Khilafah jelas memiliki niat jahat. “Khilafah seolah ingin disamakan dengan ideologi komunisme, marxisme-leninisme yang sudah dinyatakan terlarang berdasarkan TAP MPRS No. XXV/MPRS/1946,” ucapnya.
Baginya, glorifikasi Khilafah adalah bentuk kecintaan terhadap ajaran Islam Khilafah.
“Secara historis, Khilafah pernah eksis selama kurun 13 abad. Tidak ada kekuasaan yang mampu berkuasa selama itu, selain kekuasaan Khilafah,” tuturnya.
Kehebatan Khilafah
Ia memaparkan pada era Kekhilafahan Bani Umayah (661 M hingga tahun 750 M), kekuasaan Khilafah yang berpusat di Damaskus memiliki wilayah yang meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syifa, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.
“Selanjutnya era Kekhilafahan Bani Abasyiah (750 M hingga tahun 1517 M), kekuasaan Khilafah berpusat di Kufah (Baghdad). Pada era ini imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abasiyah pertama, Imam Abu Hanifah Rahimahullah (700-767 M) lahir di era ini. Muridnya dan sekaligus pelanjutnta, Abu Yusuf menjadi Qadhi al-Qudhat pada zaman Harun Ar-Rasyid,” paparnya.
Ia pun menambahkan ulama masyhur dalam khasanah fiqh Islam yang lahir dan hidup di era Kekhilafahan Bani Abasyiah. Imam Malik Rahimahullah (714-795 M), Imam Syafii Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah.
“Banyak pula ilmuwan-ilmuwan yang lahir dan hidup pada era ini. Ada Al Dasar dan Al Faraqnus (ahli astronomi), ar Razi dan Ibnu Sina (kedokteran), Abu Ali al Hasan bin Al Haitsami (bidang optikal), Kabar bun Yayan (ahli kimia). Di bidang matematika terkenal nama Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah,” tuturnya.
Selanjutnya ia mengungkapkan era Kekhilafahan Utsmaniyah (1517-1924), yang berpusat di Turki. Sepanjang abad ke-16 dan 17, tepatnya pada puncak kekuasaannya di bawah pemerintahan Suleiman Al-Qanuni, Kesultanan Utsmaniyah adalah salah satu negara terkuat di dunia.
“Kesultanan Utsmaniyah adalah salah satu negara terkuat didunia, imperium multinasional, dan multibahasa yang mengendalikan sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat/Kaukasus, Afrika Utara, dan Tanduk Afrika,” ungkapnya.
Ia mengatakan, khilafah itu hebat, negara adidaya, super power, dan faktanya terekam dalam catatan sejarah.
“Sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah telah terbukti ratusan bahkan ribuan tahun menyatukan dunia dengan berbagai latar, suku, bangsa, agama, dengan wilayah kekuasaan sangat luas,” katanya.
Baginya, tidak ada kekuasaan nation state hari ini yang mampu menyamai apalagi melebihi kehebatan Daulah Khilafah.
“Amerika Serikat yang dinobatkan sebagai adidaya sebagai adidaya pasca perang dunia dua, usia kepemimpinannya atas dunia belum ada satu abad, dan dunia dibuat rusak oleh Amerika,” bebernya.
“Maka wajar jika umat Islam mencintai Khilafah dan bangga akan Khilafah, rindu ingin Khilafah tegak kembali karena Khilafah memang hebat,” tuturnya.
Ia menyoroti negara yang mengklaim Pancasila tapi tidak jelas penerapannya dan kekuasaannya.
“Bukan negara yang mengklaim negara Pancasila tapi tidak jelas pada era siapa Pancasila pernah diterapkan dan kekuasaannya dalam sejarah dicatat sebagai apa,” ujarnya.
Menurutnya, BNPT sebaiknya fokus membantu TNI POLRI untuk menangkap Teroris OPM ketimbang mengurusi konten sosmed. "Atau kalau mau ikut aktif di sosmed, BNPT diubah saja menjadi lembaga konten kreator,” pungkasnya. [] Ageng Kartika