Tinta Media - Founder X Bank Indonesia Elchandra menuturkan bahwa ia memutuskan keluar dari pekerjaannya di bank yang penuh dengan transaksi riba karena teringat pesan terakhir ibunya sebelum meninggal.
"Ibu saya bilang, aku nggak tahu apa yang kamu kerjakan? Hanya tolong titip pesan satu sama kamu. Jangan kamu gadaikan akhiratmu hanya karena duniamu," tuturnya dalam acara Inspirasi Pengusaha Muslim Sidoarjo: Booster Energi Pengusaha Muslim, Kamis (26/5/2022) di Candi, Sidoarjo.
Dua bulan setelah pertemuan itu, kata Chandra, ibunya meninggal dunia. "Ini saya menganggap bahwa itu sebetulnya pesan terakhir beliau ke saya. Jangan kamu gadaikan akhiratmu hanyakarena duniamu!" ujarnya.
Namun pesan tersebut justru ia lupakan lama sampai terakhir tahun 2010, ia berkesempatan naik haji ke tanah suci.
"Hari pertama saya mendarat di Jeddah terus langsung ke Madinah berlangsung mengikuti shalat Arbain di masjid Nabawi. Saya pulang dari hotel itu bawa Alquran baru. Saya waktu itu rombongannya AA Gym. Jadi ikut Darul Tauhid. Kita semua dibekali Alquran baru masih dalam plastik. Saya akhirnya sambil berjalan dari hotel ke masjid waktu itu mau sholat zuhur saya buka saja. Setelah selesai sholat, saya iseng-iseng gini. Kalau saya buka acak Qur'an, ini kira-kira surat apa sih? Saya buka Al-Qur'an, oh surat al-baqarah. Saya cuma mau main-main aja karena saya memang mau membaca Qur'annya dari awal. Besoknya saya ulangi lagi itu. Eh, ternyata halaman yang sama yang terbuka. Mungkin karena sudah dibuka kemarin ya? Itu lagi yang terbuka. Mulailah saya tertarik. Ini ayat apa sih? Nah, begitu saya baca itu ternyata al-baqarah 275. Tertarik saya untuk membaca karena Qur'an itu sebelahnya ada terjemahannya. Saya baca terjemahannya. Ini surat apa sih? Baru saya paham, oh ini ayat tentang riba," paparnya.
Sejak itu, ia teringat pesan ibunya, jangan kamu gadaikan akhiratmu hanya karena duniamu itu kayak bunyi terus. "Jadi saya itu jadi resah," ungkapnya.
Ia mengaku pesan ibunya itu bunyi terus nggak bisa hilang. "Dan saya baru tahu kenapa kok tahun 2004 itu Ibu saya memanggil saya, padahal kan dia udah tahu saya dari 1993 kerja di bank ternyata pada tahun 2004 itu keluar fatwa MUI mengenai riba bunga bank. Beliau itu kan udah nggak bisa apa-apa, kerjanya cuma nonton TV. Ternyata nonton itu. Makanya dia panggil saya. Begitu sudah keluar fatwa MUI itu, saya sangat hafal karena memang ada kejadian itu," jelasnya.
Jadi waktu itu, setelah kejadian itu, kata Chandra, kayak mengiang-ngiang. "Itu yang membuat saya resah. Terus akhirnya saya meniatkan, ini saya harus ketemu sama AA Gym. Saya mau nanya, apa yang saya mau tanya? Yang saya mau tanya sebenarnya riba apa itu? Saya belum paham waktu. Saya nggak ngerti. Saya kalau ditanyain, eh pekerjaanmu riba, saya bilang nggak, kalau yang riba itu rentenir. Itu jawaban saya selalu gitu. Saya nggak paham," ungkapnya.
Akhirnya ia berniat habis sholat isya mau diskusi sama AA Gym. "Itu sama Allah langsung itu diijabah. Saya niatin subuh itu begitu saya mau salat, keluar kamar, AA Gym juga keluar kamar dan kami bertemu di lift berdua. Saya bilang, AA mohon maaf AA, saya mau minta waktu sama AA. Untuk apa minta waktu, kata AA Gym. Mau diskusi AA, kata saya. Ya ngapain pakai waktu-waktu, sekarang aja kita diskusi sambil jalan ke masjid kata AA. Akhirnya saya cerita semua sama beliau. AA, saya ini pegawai bank, terus saya cerita ibu saya panggil, terus cerita kejadian yang dua hari," bebernya.
Ia berharap mendapatkan penjelasan riba itu apa? Tapi ternyata jawabannya tidak membahas riba. AA GYM bilang, "Itu artinya Bapak harus hijrah".
Dan Chandra benar-benar denger jawaban itu. Tapi kan gak gampang. Chandra bilang, maksud AA apa? AA Gym bilang, "Hijrah cari pekerjaan lain. Pak Chandra mohon maaf ya, ibunya bapak itu sudah bilang seperti itu, bapak tunggu siapa lagi yang mengingatkan kayak gini? Ibu itu udah paling tinggilah kalau di dunia. Bapak mau tunggu siapa lagi yang mau mengingatkan ini? Ini sudah Ibu yang ngomong".
Sampai tiga kali ia menanyakan ke AA Gym namun jawaban AA Gym sama sehingga ia merasa galau selama di Madinah.
Sampai akhirnya hari terakhir di Madinah, ia memutuskan setelah sholat maghrib dia tidak pulang ke hotel dan tetap di masjid Nabawi untuk sekedar tidur-tiduran sambil baca Alquran selama 10 menit.
Kemudian datang tiga orang menghampirinya. Satu tua dan dua masih muda. Mereka menghampiri Chandra sambil berkata, boleh saya duduk di sebelah kamu? (pakai bahasa Inggris). Dan Chandra tidak bisa menolaknya. Setelah membaca Al-Qur'an selama kira-kira 10 menit. Orang yang lebih tua bertanya kepadanya, "Kamu kerja dimana? Menurut Chandra ini pertanyaan yang tidak wajar. Harusnya kan nanya nama dulu, pikir Chandra. Lalu Chandra menjawab,"I am banker (Saya pegawai bank).
Kemudian orang tua tersebut bilang, "Maaf Saudaraku, kamu bekerja di tempat yang salah".
"Beberapa hari ini kan galau, sudah nggak jelas. Itu hanya tinggal nangisnya saya. Dalam hati saya, ini apalagi? Begitu yang tua ini ngomong kalau kamu bekerja di tempat yang salah, yang muda itu langsung berdiri berdua. Orang muda ini tidak ada adabnya. Terus dia bilang kamu bekerja di tempat yang salah, lalu dibuka Alqurannya surat al-baqarah ayat 275 dan dia membacakan itu ke saya sambil menterjemahkan pakai bahasa Inggris. Ini artinya ini. Saya, bilang, ini kan maksud kam? saya bilang gitu bahasa Indonesianya. Dia bilang, ini bahasamu kan? Iya Ini bahasa saya. Terus dia bilang gini, "Alasan apalagi kamu nggak tahu? saya tuh ya heran sama kamu. Untuk apa kamu jauh-jauh datang dari Indonesia ke sini, untuk apa? Saya yakin kamu datang jauh-jauh kamu percaya Allah. Kalau kamu enggak percaya sama Allah, kamu enggak akan hadir di tempat ini. Tapi, saya heran sama kamu, Kamu percaya sama Allah, tapi kamu tidak percaya kalimat Allah".
"Wah, selesai sudah itu urusan saya. Yang ada itu cuman nangis dan nangis. Yang membuat saya semakin sedih, orang tua yang duduk di sebelah saya itu bilang, kamu harus kuat, Saudaraku," ungkapnya.
Yang jadi masalah, Chandra belum bisa menerima itu katena belum siap. "Dia peluk saya dan dia ikut nangis juga karena baju saya basah. Prosesnya itu sekitar 45 menit. Habis itu azan isya. Orang sudah mulai berdiri dan orang udah mulai masuk. Akhirnya, kita nggak ketemu lagi. Jadi, kalau ditanya momen itu. Itu momen. Saya harus keluar. Sampai di Indonesia, saya harus keluar. Namun, saya butuh waktu tiga tahun baru keluar karena saya sibuk cari pembenaran," pungkasnya.[] Achmad Mu'it