Tinta Media - Penghapusan tenaga kerja honorer dari instansi-instansi pemerintah dinilai tidak tepat oleh Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam Gus Uwik.
“Menurut saya, jelas kebijakan penghapusan tenaga honorer tidak tepat. Kelihatan ada something wrong, sesuatu yang salah,” tuturnya dalam Kabar Petang: Honorer Dihapus, Harapan Pupus? Selasa (7/6/2022) di kanal Youtube Khilafah News.
Ia berpendapat reasoning yang tepat tidak muncul atas keputusan menghapus tenaga honorer. “Sangat tidak tepat dalam konteks saat ini. Pasca pandemi di mana kebutuhan ekonomi sangat luar biasa, banyak orang mencari kerja. Tapi yang sudah bekerja tiba-tiba diresignkan sehingga menimbulkan pertanyaan,” ucapnya.
Gus Uwik meyakini kebijakan ini tidak tepat dan kontradiksi karena kebijakannya bergulir di saat pemerintah membuka lowongan pekerjaan untuk ASN tetapi tenaga honorer akan dihapuskan.
“Di satu sisi pemerintah ini membuka lowongan pekerjaan, ada pendaftaran ASN tapi di sisi lain justru tenaga yang sudah ada walaupun dalam konteks honorer mau dihapuskan, kan ini jadi kontradiksi,” bebernya.
Seorang tenaga honorer pastinya sudah memiliki tolok ukur, kriteria yang bagus dan sudah bekerja on the track.
“Ketika sudah on the track, sudah punya pengalaman bekerja, tentu dia akan lebih ahli, kenapa tenaga honorer ini yang dihapuskan,” ujarnya.
Selain kebijakan kontradiksi, Gus Uwik menyatakan tidak tepatnya karena meyakini tenaga-tenaga honorer ini memiliki potensi setelah sekian lama bekerja. Padahal pemerintah membutuhkan pegawai berpotensi.
“Ketika potensi telah ada, kemudian kompetensi bagus dan secara kinerja juga bagus. Apa alasannya kemudian diputuskan, toh kemudian pemerintah membutuhkan itu,” katanya.
Ia mempertanyakan secara reasoning, alasan yang logis memberhentikan tenaga honorer itu. Sehingga akhirnya timbul perlawanan dalam tanda kutip dari para tenaga honorer yang selama ini telah bekerja.
“Apa alasan yang logis itu untuk kemudian memberhentikan mereka, apakah negara tidak punya uang, bangkrut? Ya sudahlah sepakat, apakah itu alasannya? Subhanallah tenaga honorer ini dilihat dari gajinya jauh sekali dari standar. Oleh karena itulah saya tidak setuju,” ungkapnya.
Dampak
Gus Uwik menjelaskan dampak dari penghapusan tenaga honorer adalah pertama, penambahan pengangguran. Menurutnya, ini akan berdampak luar biasa dari sisi penambahan pengangguran.
“Mereka bukan hanya satu persen, banyak yang sudah berkeluarga. Artinya nanti dampaknya ke arah sana. Dampak sosial dari sisi keluarga, bukan satu keluarga saja tapi banyak keluarga,” bebernya.
“Kedua adalah muncul dampak multiplayer karena bukan hanya berdampak pada satu persen yang akan dinonaktifkan tapi berdampak di sisi lingkungan keluarga dan lingkungan yang lainnya,” tuturnya.
Menurutnya apabila pemutusan ini terjadi secara bersamaan, tidak ada saluran-saluran pekerjaan yang lain maka akan menimbulkan hal-hal yang lain, bisa positif, dan bisa negatif. “Ketika terjadi pemutusan bersamaan tentu akan membawa efek syok yang sangat luar biasa,” ujarnya.
“Oleh karena itulah saya memandang akan muncul banyak hal yang berefek ke sesuatu yang tidak baik, baik dari sisi sosial, masyarakatnya, dan yang lainnya,” pungkasnya. [] Ageng Kartika