Prof. Suteki: Perlu Mendudukkan Radikalisme dan Terorisme Secara Proporsional - Tinta Media

Jumat, 03 Juni 2022

Prof. Suteki: Perlu Mendudukkan Radikalisme dan Terorisme Secara Proporsional


Tinta Media - Menanggapi adanya modus baru radikalisme di kampus, Pakar Hukum dan Masyarakat Prof. Suteki, S.H., M.Hum. menilai perlu mendudukkan radikalisme dan terorisme secara proporsional.

"Agar soal radikalisme tidak menjadi hantu, kita kiranya perlu mendudukkan radikalisme dan terorisme secara proporsional," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/5/2022).

Menurutnya, mengingat terorisme faktanya juga ada. Yang harus dikerjakan sekarang adalah merumuskan dulu tentang radikalisme dan terorisme yang selama ini terkesan dimaknai secara obscure dan lentur. "Meskipun kita sudah mempunyai UU Terorisme, masih juga ada banyak yang menilai perumusan delik terorisme juga masih terlalu kabur, obscure dan lentur sehingga menyasar seluruh tindakan-tindakan yang dianggap mengarah saja telah dianggap sebagai tindakan yang masuk dalam jaring delik terorisme," ujarnya.

Ia melihat bahwa tindakan ini gegabah, tidak cermat dan selalu berpotensi membuat kegaduhan di tengah masyarakat. Mestinya BNPT dan BIN tidak terus memproduksi narasi-narasi yang justru menimbulkan kegaduhan dan ketakutan dalam masyarakat. Kerjanya itu senyap tetapi benar-benar mampu menciptakan order (ketertiban dan keamanan) dan menanggulangi terorisme atau tindakan makar terhadap ideologi, dan atau pemerintah. "Bukan teriak radikal radikul terhadap semua pihak yang dianggap mengkritisi dan berseberangan dengan rezim yang berkuasa," terangnya.

Ia menyatakan bahwa sebagai dosen kampus, ada hal yang perlu disampaikan kepada mahasiswa. Diantara bahwa semua muslim diminta tetap istiqamah terhadap ajaran Islam yang sudah pasti sebagai perintah Allah dan rasul-nya serta ijtihad para ulama bukan umala. "Termasuk mahasiswa muslim tidak boleh gentar menghadapi segala rintangan untuk menjalankan ajaran Islam dan mendakwahkannya. Itu semua perintah Allah SWT," bebernya.

"Hanya yang perlu dicatat adalah strategi yang tepat untuk berdakwah dan menjalankan syariat tersebut dengan mengenal medan dakwah dan batas demarkasi dakwah," paparnya.

Prof. Suteki menyampaikan bahwa semua perjuangan mempunyai resiko itu benar, namun strategi dakwah mana yang sesuai? "Tentu kita harus meniru strategi dakwah Rasulullah, yakni menyampaikan kebenaran (speak up) walaupun pahit. Qulil Haq walau kanaa muron!" tukasnya.

Kemudian, lanjutnya, yang perlu dilakukan mahasiswa adalah harus mampu mendeteksi secara dini atas gerakan yang terindikasi terorisme. "Semua mahasiswa muslim harus antiterorisme karena Islam tidak mengajarkan umat untuk melakukan kegiatan teror," jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa mahasiswa tetap harus menjalin dengan pihak kampus tanpa harus alergi dengan organisasi ekstra kampus. "Yang penting mengetahui secara persis jenis kelamin organisasi tersebut. Jangan mudah terprovokasi dengan kegiatan terorisme," ulasnya.

"Akhirnya perlu saya sampaikan bahwa sebagai komunitas ilmuwan, mahasiswa menjadi radikal itu wajib namun menjadi teroris itu jangan," simpulnya.

"Radikalisme (peyoratif) di kampus itu hanya sebuah propaganda yang patut diduga bertujuan untuk memberangus kemerdekaan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat civitas akademika dan bukanlah sebuah realita. Tetaplah RADIKAL: Ramah Terdidik dan Berakal," pungkasnya.[] Ajirah
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :