POLITIK IDENTITAS ISLAM, WAJIB! - Tinta Media

Selasa, 28 Juni 2022

POLITIK IDENTITAS ISLAM, WAJIB!

Tinta Media - Politik identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama, partai, atau yang lainnya untuk tujuan tertentu, misalnya sebagai bentuk perlawanan atau sebagai alat untuk menunjukkan jati diri suatu kelompok tersebut. Dalam berbagai kasus, tidak ada politik tanpa identitas. 

Misalnya, PDIP selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas PDIP. Jargonnya pasti, pilihlah PDIP.

Partai Golkar selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas Golkar Jargonnya pasti, pilihlah Partai Golkar.

Partai Gerindra selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas Gerindra. Jargonnya pasti, pilihlah Partai Gerindra.

Partai NASDEM selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas NASDEM. Jargonnya pasti, pilihlah Partai NASDEM.

Partai Demokrat selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas Demokrat. Jargonnya pasti, pilihlah Partai Demokrat.

PPP selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas PPP. Jargonnya pasti, pilihlah PPP.

PKB selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas PKB. Jargonnya pasti, pilihlah PKB.

PKS selalu membawa identitas partainya, menunjukan ciri atribut partainya, dan dalam kampanye politik selalu meminta masyarakat untuk menjatuhkan preferensi politik pada identitas PKS. Jargonnya pasti, pilihlah PKS.

Semua partai politik pasti menjalankan politik identitas. Mereka memiliki lambang dan simbol partai, sebagai identitas partai yang berbeda-beda. Kalau mau tidak ada politik identitas, seharusnya semua lambang partai sama.

Tidak mungkin juga, politik identitas ini dihilangkan. Misalnya, orang PDIP meminta Pilihlah PKS. orang PKS meminta Pilihlah GOLKAR. orang GOLKAR meminta Pilihlah PKB. Dan seterusnya.

Semua partai punya identitas masing-masing dan pasti akan menerapkan politik identitas dalam Pemilu nanti.

Namun, ketika politik itu mulai membawa identitas Islam, lambang Islam, orientasi Islam yakni ingin menerapkan sistem Islam, syariat Islam kenapa dipersoalkan ? Semenrara Rasulullah Muhammad Saw diutus, berdakwah, berjuang atas identitas Islam.

Coba bayangkan, kalau Rasulullah Saw tidak membawa politik identitas. Pastilah, Rasulullah Saw tidak perlu menyatakan identitas diri sebagai Nabi, tidak pula perlu menyeru kepada Islam dan membiarkan masyarakat arab dengan identitas kejahiliahannya.

Soal ada benturan, selamanya al haq dan al batil berbenturan. Tidak mungkin, haq dan batil berdampingan dengan damai.

Antara pendukung partai saja bisa berbenturan, padahal tidak menyeru kepada Islam. Partai yang hanya menyeru kepada identitas partai juga sering berbenturan antara partai dan memakan korban hanya karena identitas partai.

Saat PDIP Kubu Suryadi dan Megawati bentrok, ini karena politik identitas partai yang berbeda. Makanya, banyak yang menjadi korban, bahkan mati konyol karena membela partai.

Ketika umat Islam membawa identitas Islam, berpolitik atas dasar Islam, kenapa dipersoalkan?

Belum lama ini, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menerima kunjungan Dewan Pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa, membahas kerja sama dan memperkuat kemitraan mencegah politik identitas jelang Pemilu 2024.

“Jadi ini yang tadi kami bahas dan sepakat, ke depan kami harus menjaga ini semua sehingga kami bisa memberikan literasi pendidikan tentang bagaimana bersama-sama menjaga politik yang sehat yang tentunya ini menjadi perhatian kami bersama,” kata Sigit. (21/6).

Jenderal bintang empat itu mengingatkan sejak tahapan Pemilu 2024 dimulai, ke depan menjadi tantangan bagi Polri dan juga media bagaimana menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia, mencegah polarisasi dan penggunaan politik identitas.

Kalau begitu, siapa yang disasar? Umat Islam? Apakah umat Islam nanti akan dipersoalkan jika menolak pemimpin kafir seperti saat menolak Ahok, dengan dalih menganut politik identitas? 

Kalau konsisten politik identitas dilarang, lebih baik bubarkan seluruh partai politik. Agar tidak ada lagi friksi politik. Selama ini, segala kegaduhan politik saat Pemilu bersumber dari partai politik.

Sementara kami umat Islam akan konsisten berpolitik dengan identitas Islam. Berpolitik berdasarkan Islam dan memiliki orientasi politik untuk menerapkan hukum Islam, menegakkan hukum Allah SWT. Itulah, politik identitas Islam yang dahulu juga diemban tauladan kami, Rasulullah Muhammad Saw. []

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik


Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :