Tinta Media - Dalam politik, tunggang menunggangi kepentingan itu biasa. Sayangnya, yang diekspose hanya yang terkait dengan Khilafah.
Kalau ada yang pro Khilafah, dianggap ditunggangi HTI. Yang inginkan syariat Islam, dianggap antek HTI. Kibarkan bendera tauhid, dianggap ditunggangi HTI. Dan seterusnya.
Munculnya Nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menjadi paling banyak diusung Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem untuk menjadi calon presiden (capres), juga tidak lepas dari aksi tunggang menunggangi elektabilitas seorang Anies Baswedan. Dikabarkan, Dari 34 DPW Nasdem di seluruh Indonesia, 32 di antaranya mengusung Anies maju Pilpres 2022.
Nasdem sendiri bisa dikatakan sebagai partai gagal, tak mampu mencetak kader yang dapat memenuhi ekspektasi publik untuk ditempatkan pada bursa calon kepemimpinan nasional. Surya Paloh, berulangkali hanya mengulang pidato restorasi yang basa-basi.
Kalau Nasdem mengusung Surya Paloh sebagai Capres, sudah pasti suara Nasdem akan jeblok. Karena publik paham, Surya Paloh bukan figur pemimpin yang diharapkan.
Apa yang dilakukan Nasdem ini juga dicontoh sejumlah partai lain, yang juga berusaha 'menunggangi' eletabilitas Anies Baswedan. PKB dan PPP di beberapa daerah, juga memasang foto Anies Baswedan dalam sejumlah kampanye politiknya.
Walaupun demikian, Nasdem belum tentu mengusung Anies Baswedan. Karena mekanisme untuk mengusung Capres bukan via voting.
"Perlu dicatat bahwa dalam pengambilan keputusan rekomendasi oleh SC (Steering Comittee) tidak dilakukan atas dasar voting, namun mengacu pada tata tertib yang telah disampaikan, yaitu musyawarah untuk mufakat," ujar Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Kamis (16/6/2022).
Namun, dengan menempel Anies Baswedan Nasdem berharap mendapatkan beberapa benefit politik, diantaranya :
*Pertama,* menumpang elektabilitas Anies Baswedan untuk mendongkrak suara Nasdem. Kalau yang dijual nama Surya Paloh, sudah pasti dagangan politik Nasdem tidak laku.
*Kedua,* meletakan posisi sebagai partai pengusung Anies Baswedan. Sehingga, jika terjadi koalisi partai mengusung Anies, Nasdem merasa punya peran pertama dan sentral sebagai pengusung Anies. Sehingga, Nasdem merasa punya hak untuk menuntut bagian sejumlah kursi menteri dan pejabat tinggi nantinya.
*Ketiga,* berusaha segera bermigrasi dari koalisi Jokowi yang banyak dihujat rakyat. Sehingga, jika ada kemarahan rakyat karena kegagalan pemerintahan, menghukum tidak memilih partai yang mendukung Jokowi dakam Pemilu, Nasdem dapat selamat dengan menggunakan sekoci Anies Baswedan.
Begitulah politik, tidak ada kawan sejati yang ada kepentingan pribadi. Politik machiaveli demokrasi, meniscayakan siapapun yang terlibat didalamnya untuk berpolitik culas dan saling menunggangi. [].
.
Follow Us Ahmad Khozinudin Channel
https://heylink.me/AK_Channel/
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik