Nasib Tragis Pancasila, Sastrawan Politik: Nilai-Nilainya Omong Kosong, Hari Lahirnya Diperdebatkan - Tinta Media

Kamis, 02 Juni 2022

Nasib Tragis Pancasila, Sastrawan Politik: Nilai-Nilainya Omong Kosong, Hari Lahirnya Diperdebatkan



Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin mengungkap nasib tragis Pancasila mulai dari nilai-nilainya yang omong kosong hingga tanggal lahirnya yang diperdebatkan.

"Setiap yang lahir pasti mati. Namun, tragis nasib pancasila ini memang, selain nilai-nilainya hanya omong kosong yang tak ada realitasnya, hari lahirnya sendiri diperdebatkan," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (1/6/2022).

Menurutnya, tidak ada kata sepakat, tentang kapan lahirnya Pancasila. "1 Juni yang ditetapkan sebagai hari lahir, juga bukan atas dasar kesepakatan. Melainkan paksaan sepihak dari penguasa. Kalau rezim berganti, bisa saja Ultah Pancasila berganti," ungkapnya.

Ahmad mengatakan, dari yang meyakini ada pancasila senantiasa berdebat tentang hari lahirnya. "Mereka, terbagi atas tiga sekte utama," ujarnya.

Pertama, sekte Pancasila yang meyakini hari lahir Pancasila 1 Juni. Alasannya, semua ide Pancasila sumber utamanya pemikiran Soekarno yang menelurkan ide ini pada tanggal 1 Juni 1945. "Sekte ini didukung penuh oleh penguasa. Dengan gaya diktator, penguasa memaksa menetapkan 1 juni sebagai hari kultus pancasila," jelasnya.

Kedua, sekte kesepakatan 22 Juni melalui piagam jakarta. Sekte ini meyakini kewajiban penerapan syariat Islam bagi pemeluknya. "Padahal, syariat Islam berlaku bagi semesta alam. Non muslim selaku ahludz dzimmah juga wajib diterapkan Islam, diatur dengan syariat Islam", lanjutnya.

Ketiga, sekte yang meyakini 1 Juni baru cikal bakal, baru ovum yang kemudian dibuahi pada tanggal 22 Juni. Deklarasi kelahiran Pancasila adalah 18 Agustus, pasca pengumuman kemerdekaan. "Sekte ini melegitimasi kudeta syariat Islam. Jika sebelumnya pada tanggal 22 Juni masih ada syariat Islam, Pancasila 18 Agustus telah mengkudeta pancasila 22 Juni dengan menghilangkan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya," bebernya.

Ia melihat, penganut Pancasila itu selalu ribut soal hari kelahiran. Juga ribut soal tafsir lima pasal pancasila. "Sementara realitasnya? Yang diterapkan dan berkuasa di negeri ini adalah sekulerisme kapitalisme. Omong kosong itu Pancasila," tegasnya.

"L68T, riba, penguasaan SDA oleh asing dan aseng, perzinahan, korupsi, tiga periode, tunda pemilu, kemerosotan moral, itu semua Pancasila ? Kalau ada yang bilang negeri ini  menerapkan Pancasila, itulah Pancasila. Kalau tidak mau disebut Pancasila, faktanya kapitalisme liberal yang berkuasa," ujarnya.

Ia geram dengan para penganut Pancasila yang bungkam terhadap L68T, riba, penguasaan SDA oleh asing dan aseng, perzinahan, korupsi, tiga periode, tunda pemilu dan kemerosotan moral. Tapi begitu umat Islam menyuarakan Syariat Islam, Khilafah, buru-buru latah tereak-tereak anti pancasila.

"Sudahlah tidak usah teriak-teriak pancasila. Toh Pancasila tak ada. Pancasila mati dan tak pernah lahir dan hidup, tak perlu juga diratapi kematiannya," sindirnya.

Menurut Ahmad, Pancasila tak pernah ada baik di Era Soekarno, Soeharto, Megawati ataupun Jokowi. "Pancasila faktanya hanya jargon kosong tak ada realitanya. Hanya digunakan sebagai alat politik untuk membungkam ghiroh perjuangan umat Islam," pungkasnya. [] Willy Waliah



Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :