MMC: Para Seniman Keramik Islam Tetap Memperhatikan Aspek Syariat - Tinta Media

Jumat, 03 Juni 2022

MMC: Para Seniman Keramik Islam Tetap Memperhatikan Aspek Syariat


Tinta Media - Narator Muslimah Media Center menuturkan bahwa para seniman keramik Islam tetap memperhatikan aspek syariat.

"Dari segi hiasan, para seniman keramik Islam tetap memperhatikan aspek syariat. Maka dari itu hiasan keramik Islam biasanya berupa flora, fauna, atau bentuk geometri yang indah dan penuh makna mendalam," tuturnya dalam History Insight : Porselen yang Menyaingi China, di kanal YouTube Muslimah Media Center, Ahad (29/5/2022).

Narator menerangkan bahwa Islam melarang menggunakan emas dan perak dalam alat makan. Maka seniman muslim berfikir dan berusaha bagaimana membuat tembikar mewah tanpa melanggar syariat. Selain itu lebih murah dari pada emas dan perak.

"Lebih dari ribuan tahun muslim telah memproduksi sejumlah keramik dan porselen terbaik dunia. Sejak lama Cina memang telah memperkenalkan keramik pada kehidupan umat manusia. Maka dari itu Rasulullah Saw memerintahkan kaum muslim untuk berburu ilmu membuat tembikar kesana, disamping untuk mendakwahkan Islam," ungkap narator.

Di abad pertengahan, narator melanjutkan, banyak keramik bagus dan menawan beredar di pasar dunia, tetapi bukanlah buatan Cina. Melainkan buatan kaum muslimin. Umat Islam banyak melakukan inovasi keramik dan porselen untuk berbagai kebutuhan. Ada yang menjadi lantai dan dinding masjid, toilet dan bak mandi, tungku pemasak hiasan di istana sultan, hingga alat-alat makan.

"Proses pembuatannya pun mulai dikembangkan oleh umat Islam, bahkan pada  masa itu umat Islam sudah menggunakan lantai keramik sebagai motif hiasan utama dalam arsitekturnya," jelasnya.

Narator memperkirakan, dahulu tembikar yang digunakan sehari-hari umumnya hanya sekali pakai seperti gelas dan piring karton masa kini. Diperkirakan nilai tembikar yang jauh terbuang setiap hari sekitar 1000 Dinar atau 4,5 kg emas.

"Akhirnya, dengan menggunakan timbal sebagai campuran pelapis, para pengrajin muslim membuat wadah tembikar tahan bocor, dengan penambahan timah oksida ke pelapis timbal. Tak hanya itu, para seniman Islam mulai mengembangkan ide tentang teknik luster. Proses luster akan membuat tanah liat  seolah terbuat dari logam mulia," terangnya.

Sehingga, lanjutnya, muncullah teknik luster ini sebagai solusi. Teknik ini juga digunakan untuk menghiasi keramik bagian luar masjid dan istana agar terlihat berkilau.

"Dalam buku _The Potters of Islam_ dikatakan bahwa para seniman muslim mampu mengembangkan beragam teknik baru pembuatan keramik yang khas Islam. Tembikar Islam paling termahsyur karena lapisannya yang berkilau," ungkap narator.

Prestasi lainnya adalah, lanjut narator, penciptaan tembikar warna putih yang diperoleh dari bahan-bahan baru, yakni pasir kuarsa, lempung putih dan potasium. Jika dibakar bahan-bahan ini baru menghasilkan tembikar semi transparan yang sangat keras, yang di Eropa setelah abad 18 Masehi dikenal sebagai "porselen pasta lunak".

Narator menceritakan, seorang ilmuan dari Universitas Harvard, Peter Lu dibuat takjub dan tercengang saat meneliti keramik yang didesain para seniman muslim di abad ke-12 Masehi. Dia menemukan fakta bahwa para pembuat keramik muslim di era kekhilafahan sudah menguasai teori _quasicrystalline geometry_. Yang padahal teori tersebut merupakan sesuatu  yang baru dipahami para ahli matematika Barat 30 tahun terakhir ini.

"Ini membuktikan bahwa para seniman muslim tak sembarang dalam menciptakan dan mendesain sebuah keramik. Sekaligus membuktikan bahwa peradaban Islam sangat mencintai keindahan dan masyarakatnya sangat berilmu. Sungguh luar biasa peradaban Islam dalam kekhilafahan. Para seniman juga sekaligus ilmuan membuat barang-barang yang dapat memudahkan kehidupan masyarakat. Dengan menggunakan tanah liat, mereka menyulapnya menjadi barang yang tahan lama, indah, bernilai seni tinggi, lagi murah," bebernya.

Narator menilai, tidak seperti saat ini, para seniman banyak yang terpengaruh nilai-nilai barat dalam membuat karya. Tak jarang dari mereka menampilkan sesuatu yang dilarang oleh syariat, seperti hiasan manusia, wanita telanjang, membuat alat makan dari logam mulia, dan lainnya, dengan dalih kebebasan berekspresi dan berkarya. Karya rendahan tanpa makna ruhiyah.

"Parahnya, negara sekuler-kapitalisme hari ini pun membiarkan dan menganggap agama tidak perlu dikaitkan dalam masalah kehidupan, termasuk seni dan karya," tegasnya.

"Hanya dalam peradaban Islam khilafah, karya-karya indah dan barang bermanfaat akan benar-benar diciptakan dan digunakan dengan tepat," pungkasnya.[] Willy Waliah
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :