Tinta Media - “Kalau ditinjau dari literasi dari para intelektual barat, tidak ada literatur yang mengatakan bahwa khilafah Itu adalah sebuah ideologi,” ungkap Pakar Fikih Kontemporer KH M. Shiddiq al-Jawi, S.Si., M.SI. dalam acara Menyorot Para Pembenci Khilafah, Ahad (5/6/2022) di kanal UIY Official.
Ia mencontohkan, buku karya Prof. Ebenstein yang berjudul Todays Isms. “Di dalamnya tidak ada ideologi khilafah. Padahal dia wawasannya global,” jelasnya.
“Demikian juga dalam buku Political Ideology Today, tulisan Prof., Ian Adams, itu juga tidak ada yang namanya ideologi Khilafah,” imbuhnya.
Kewajiban Syariah
Kyai Shiddiq menjelaskan bahwa khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., lalu dilanjutkan oleh para khalifah setelah beliau yang menerapkan syariat Islam.
Khilafah bukan ideologi tapi kewajiban dalam syariah Islam. “Kalau mau disebut ideologi dalam arti way of life yang komprehensif mengatur seluruh aspek kehidupan, ya Islam bukan khilafah,” tegasnya.
Ia menilai terminologi ideologi khilafah itu sengaja di frame supaya ideologi khilafah bisa dipertentangkan dengan ideologi Pancasila. “Sebenarnya pemilihan diksi ideologi khilafah itu sudah didesain supaya nanti di dalam konstruksi hukum bertentangan dengan ideologi Pancasila. Tujuannya itu ke sana,” jelasnya memberikan analisa.
Tak Ada Bukti
Terkait dengan pernyataan bahwa khilafah itu berbahaya, Kyai Shidiq mengatakan, “Kalau misalnya orang mengatakan bahwa khilafah itu berbahaya, mestinya dia bisa menunjukkan bukti, karena yang namanya analisis mengenai suatu ancaman atau bahaya itu harus ada analisisnya,” katanya.
Jadi kalau misalnya bahaya, lanjutnya, katakanlah bahaya dari segi harta benda, sudah berapa milyar uang yang dikorupsi oleh aktivis-aktivis yang memperjuangkan Khilafah. “Mestinya ada data sekian miliar uang negara yang sudah dicuri oleh aktivis-aktivis khilafah,” tegasnya.
Kebencian Barat
Kyai Shidiq tegaskan bahwa sebenarnya kebencian terhadap khilafah itu tidak muncul dari dunia islam, tapi muncul dari para intelektual muslim yang terpengaruh oleh kebencian Barat terhadap khilafah.
Ia menggambarkan kebencian barat tersebut. Dalam kitab mafahim siyasiyyah karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani diterangkan bahwa sikap permusuhan dari negara-negara barat khususnya kepada khilafah dan jihad bermula pada abad 16. Pada waktu itu pasukan jihad dari khilafah Utsmaniyah melakukan futuhat-futuhat di negara-negara Eropa.
Karena futuhat itu, lanjutnya, terbentuklah perasaan kebencian kepada khilafah dan jihad. “Negara-negara Eropa khususnya Eropa Barat lalu berhimpun dalam suatu komunitas negara-negara Kristen yang tujuannya menolak futuhat dari Usmaniyah pada waktu itu,” bebernya.
Komunitas negara-negara Kristen awalnya hanya negara Kristen Eropa Barat lalu menyebar ke negara-negara Eropa Timur. Kemudian bergabung ke dalamnya berbagai negara non Kristen. “Nah itulah yang kemudian di abad 20 menjadi cikal bakal LBB (Liga Bangsa-Bangsa). Kemudian tahun 1945 menjadi cikal bakal PBB,” jelasnya.
Terakhir Kyai Shidiq menegaskan bahwa kebencian terhadap khilafah itu menyebar karena propaganda khususnya propaganda yang dilahirkan dari tiga pihak, media, negara, sistem pendidikan.
“Tiga faktor ini yang menimbulkan apa yang disebut dengan Islamofobia di barat,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun
Ia mencontohkan, buku karya Prof. Ebenstein yang berjudul Todays Isms. “Di dalamnya tidak ada ideologi khilafah. Padahal dia wawasannya global,” jelasnya.
“Demikian juga dalam buku Political Ideology Today, tulisan Prof., Ian Adams, itu juga tidak ada yang namanya ideologi Khilafah,” imbuhnya.
Kewajiban Syariah
Kyai Shiddiq menjelaskan bahwa khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., lalu dilanjutkan oleh para khalifah setelah beliau yang menerapkan syariat Islam.
Khilafah bukan ideologi tapi kewajiban dalam syariah Islam. “Kalau mau disebut ideologi dalam arti way of life yang komprehensif mengatur seluruh aspek kehidupan, ya Islam bukan khilafah,” tegasnya.
Ia menilai terminologi ideologi khilafah itu sengaja di frame supaya ideologi khilafah bisa dipertentangkan dengan ideologi Pancasila. “Sebenarnya pemilihan diksi ideologi khilafah itu sudah didesain supaya nanti di dalam konstruksi hukum bertentangan dengan ideologi Pancasila. Tujuannya itu ke sana,” jelasnya memberikan analisa.
Tak Ada Bukti
Terkait dengan pernyataan bahwa khilafah itu berbahaya, Kyai Shidiq mengatakan, “Kalau misalnya orang mengatakan bahwa khilafah itu berbahaya, mestinya dia bisa menunjukkan bukti, karena yang namanya analisis mengenai suatu ancaman atau bahaya itu harus ada analisisnya,” katanya.
Jadi kalau misalnya bahaya, lanjutnya, katakanlah bahaya dari segi harta benda, sudah berapa milyar uang yang dikorupsi oleh aktivis-aktivis yang memperjuangkan Khilafah. “Mestinya ada data sekian miliar uang negara yang sudah dicuri oleh aktivis-aktivis khilafah,” tegasnya.
Kebencian Barat
Kyai Shidiq tegaskan bahwa sebenarnya kebencian terhadap khilafah itu tidak muncul dari dunia islam, tapi muncul dari para intelektual muslim yang terpengaruh oleh kebencian Barat terhadap khilafah.
Ia menggambarkan kebencian barat tersebut. Dalam kitab mafahim siyasiyyah karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani diterangkan bahwa sikap permusuhan dari negara-negara barat khususnya kepada khilafah dan jihad bermula pada abad 16. Pada waktu itu pasukan jihad dari khilafah Utsmaniyah melakukan futuhat-futuhat di negara-negara Eropa.
Karena futuhat itu, lanjutnya, terbentuklah perasaan kebencian kepada khilafah dan jihad. “Negara-negara Eropa khususnya Eropa Barat lalu berhimpun dalam suatu komunitas negara-negara Kristen yang tujuannya menolak futuhat dari Usmaniyah pada waktu itu,” bebernya.
Komunitas negara-negara Kristen awalnya hanya negara Kristen Eropa Barat lalu menyebar ke negara-negara Eropa Timur. Kemudian bergabung ke dalamnya berbagai negara non Kristen. “Nah itulah yang kemudian di abad 20 menjadi cikal bakal LBB (Liga Bangsa-Bangsa). Kemudian tahun 1945 menjadi cikal bakal PBB,” jelasnya.
Terakhir Kyai Shidiq menegaskan bahwa kebencian terhadap khilafah itu menyebar karena propaganda khususnya propaganda yang dilahirkan dari tiga pihak, media, negara, sistem pendidikan.
“Tiga faktor ini yang menimbulkan apa yang disebut dengan Islamofobia di barat,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun