Tinta Media - Al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali, dalam Lathaif al-Ma'arif berkata, "Ahli Dzikir itu ada dua.
Pertama, ada yang kembali kepada hawa nafsunya, setelah meninggalkan majlis dzikir.
Kedua, ada yang mendapatkan manfaat dari majlis dzikir.
Ini ada banyak macamnya
Dalam Shahih Muslim, ada kisah yang masyhur, seorang sahabat Nabi, yang bernama Handzalah, yang diberi gelar al-Ghasil (orang yang dimandikan Malaikat).
Dia berkata jujur kepada Nabi, bahwa setelah meninggalkan majlis Nabi, banyak yang lupa karena kesibukan dunia.
Jawab Nabi, "Jika hatimu tetap seperti saat kamu dzikir, maka para Malaikat akan menyalamimu, bahkan ketika kalian di jalan-jalan."
Yang menarik, kata al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali, ada orang yang hatinya terus menghadirkan dzikir sepanjang harinya.
Ini ada dua:
Pertama, orang yang sibuk dengan dzikir, sehingga meninggalkan urusan dunia yang mubah. Dia terasing dari makhluk.
Kedua, orang yang hatinya dipenuhi dzikir kepada Allah, tetapi fisiknya berinteraksi dengan dunia dan makhluk. Mereka ini seperti orang yang mengajar ilmu agama, berjihad, beramar makruf dan nahi munkar, berdakwah, mereka ini adalah orang yang paling mulia di antara dua kategori di atas.
Mereka inilah yang disebut Sayyidina Ali Radhiya-Llahu anhu:
صØبوا الدنيا بأبدان وأرواØها معلقة بالمØÙ„ الأعلى
Mereka membersamai dunia dengan fisik (raga) mereka, sementara ruh-ruh mereka diikat dengan posisi yang tertinggi.
Begitulah karomah dan kedudukan pengemban dakwah. Al-Hafidz Ibn Rajab menyebut mereka sebagai para pengganti Rasul (khulafa' ar-Rasul), karena tugas mengemban risalah itu mereka emban.
Tak hanya itu, semua penghuni langit, bumi hingga ikan paus di dalam lautan mendoakan dan memintakan ampunan untuk mereka.[]
Oleh: KH. Hafidz Abdurrahman
Khadim Ma'had Syaraful Haramain