Kajian Kitab Nashaihul Ibad, Yuk Ngaji Sidoarjo: Allah Haramkan Kezaliman - Tinta Media

Sabtu, 11 Juni 2022

Kajian Kitab Nashaihul Ibad, Yuk Ngaji Sidoarjo: Allah Haramkan Kezaliman


Tinta Media - Melanjutkan kajian Kitab Nashaihul Ibad karya Syeikh Nawawi Al-Bantani, Pengasuh MT Nurul Iman Tanggulangin, Sidoarjo KH Khozin Mubarak menuturkan sebuah hadits qudsi, bahwasanya Allah SWT telah mengharamkan kezaliman.

"Berbuat zalim atau menzalimi satu dengan yang lain, enggak boleh, diharamkan" tegasnya dalam Kajian Kitab Nashaihul Ibad, pertemuan kedua bersama Teman Yuk Ngaji Sidoarjo, Kamis (8/6/2022) di Mushalla Baburrayan.

"Kriteria zalim itu sesuatu yang sebenarnya menyalahi aturan Allah" sambungnya, seraya menyampaikan hadits qudsi yang diijazahkan oleh Al-'Alamah Syeikh Muhammad Al-Khatib, Ibnu Utsman bin Abbas bin Utsman, dari gurunya bersambung kepada Abu Dzar Al-Ghifari, dari Rasulullah SAW, yang artinya,

'Sungguh Aku telah mengharamkan berbuat zalim atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman di antara kamu sesuatu yang diharamkan, maka janganlah kamu saling menzalimi.'

Dengan kata lain, apabila suatu hukum memiliki sifat zalim, berarti menurutnya, salah satu faktor penyebabnya cenderung dikarenakan tidak berhukum dengan syariat Allah. 

"Kalau kita sudah tidak berhukum atau tidak memakai syariat Allah, sudah pasti termasuk di dalamnya itu kezaliman" terangnya dalam kajian bulanan, di hari Kamis pekan kedua tersebut.

Sebagaimana pula diterangkan Allah SWT di dalam firman yang artinya, 'Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.' QS. Al-Maidah: 45.

Sehingga ia menegaskan, keadilan adalah bagian dari syari'at Allah SWT. "Bagaimana bisa adil, wong sudah enggak mau ngikuti perintah Allah. Pasti di sana ada ketidakadilan," ucapnya menyinggung hukum yang diterapkan saat ini.

Dan yang terpenting menurutnya, khitab atau dalil yang disampaikan kepada Rasulullah tersebut, sebenarnya berlaku umum. "Karena (dalam bentuk) jamak. Yaa 'ibadii, bukan yaa 'abdi," jelasnya.

Kesesatan

Berikutnya, lanjut Kiai Khozin, hadits tersebut juga memuat tentang kesesatan makhluk. "Kamu semua sesat kecuali yang telah Aku beri petunjuk padanya. Maka mintalah kamu petunjuk kepada-Ku, Aku akan berikan petunjuk kalian," kutipnya.

Begitu pula dengan rasa lapar dan yang hidup tanpa berpakaian (ketika lahir). Atas dasar itu umat diperintahkan untuk senantiasa meminta rizki hanya kepada Allah SWT. 

"Ketika lahir, pada hakikatnya orang tua menyusui itu juga karena Ar-Rahim Allah saja," tukasnya.

"Kalau tidak karena sifat welas Allah yang diberikan kepada orang tua, mungkin ditinggal bayinya," sambungnya sedikit berseloroh.

Pun demikian dengan rasa bersalah dan dosa. Pasalnya, manusia yang notabene tempatnya salah dan dosa memiliki kecenderungan nafsu yang menurut Kiai Khazin, berpotensi berbuat kesalahan. 

"Maka itu Allah memberikan ampunan apabila manusia meminta dan bertobat kepada-Nya," timpalnya, sembari mengimbau apabila sudah berniat tidak mengulangi kesalahan, seorang Muslim jangan pernah sekalipun ingin mengulangi.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri," ucapnya menukil QS. Al-Baqarah: 222.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.," tambahnya yang juga mengutip Al-Qur'an tepatnya Surat Ali Imran ayat 133.

Lantaran itu, ia pun mengajak kaum Muslimin untuk tidak bersikap sombong, hanya karena tidak bersedia bertobat mengakui segala kesalahan dan dosanya.

Maka itu juga, sambung Kiai Khozin, salah satu dari tujuh golongan yang kelak di Yaumul Akhir diberikan naungan, sementara tidak ada perlindungan kecuali dari Allah SWT, adalah seorang laki-laki yang menangis ketika sendiri mengingat dosa-dosanya.

"Namun yang pertama sebenarnya adalah kepada imam (pemimpin/penguasa) yang adil," tegasnya.

Sama halnya terkait ketakwaan maupun kemungkaran penduduk bumi, mulai dari Nabi Adam hingga manusia terakhir, atau juga dari kalangan jin, sejatinya tidak akan menambah atau mengurangi kekuasaan dan kemuliaan Allah SWT sedikitpun.

"Ini menunjukkan Allah enggak butuh kita, justru kita semua yang butuh Allah," ujarnya.

Kemudian masih dalam hadits tersebut, dikatakan, 'Barang siapa yang menemukan kebaikan hendaknya memuji Allah SWT. Barang siapa menemukan kejelekan, janganlah sekali-kali mencela kecuali terhadap dirinya sendiri.'

Hadits Kedua

Terakhir, berkenaan dengan hadits kedua. Dari Abdullah bin Amru bin Ash, Nabi SAW bersabda tentang sebab memperoleh Husnul Khatimah, yang artinya, 

'Orang-orang yang pengasih akan dikasihani (Tuhan) yang Maha Pengasih, Maha Suci dan Maha Tinggi (Allah), sayangilah orang yang ada di muka bumi, niscaya orang yang ada di langit (para Malaikat) akan mengasihimu.' (HR.Muslim)

Tak hanya manusia, sambung Kiai Khozin menyampaikan, tetapi meliputi binatang yang kita tidak disuruh membunuhnya. 

Adapun binatang-binatang yang dianjurkan dibunuh adalah binatang fasik yang haram untuk dimakan yakni ular, gagak, tikus, anjing galak, burung elang.

Dengan demikian, manusia harus berkasih sayang terhadap sesama dan makhluk hidup pada umumnya. Yaitu, dengan mencintainya dan berdoa bagi mereka agar mendapatkan rahmat Allah serta magfirah-Nya. 

"Dengan begitu, niscaya malaikat yang ada di langit, yang jumlahnya melebihi penduduk bumi akan mengasihi kita," pungkasnya. []Zainul Krian
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :