Inilah Sosok Budak Wanita yang Jadi Ulama Terpercaya - Tinta Media

Kamis, 23 Juni 2022

Inilah Sosok Budak Wanita yang Jadi Ulama Terpercaya


Tinta Media - "Derajat keilmuan seorang hamba telah berhasil mengantarkan seorang budak wanita menjadi ulama terpercaya. Dia adalah Abidah Al-Madaniyyah," ungkap narator dalam History Insight: Kisah Abidah Al-Madaniyyah, Seorang Budak Wanita yang Menjadi Ulama, Selasa (14/6/2022) melalui kanal Youtube Muslimah Media Center.


Narator menuturkan, ketika masih kecil, Abidah menjadi budak Muhammad bin Yazid di Madinah. Status hamba sahaya tak menghalanginya untuk menuntut ilmu. "Dia aktif belajar dari ulama hadits di Madinah. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dia pergi ke majelis ilmu. Aktivitas itu terus dilakukan hingga bisa menghafal hampir 10.000 hadist dari guru-gurunya," ujarnya.

"Suatu ketika Muhammad bin Yazid bertemu dengan ulama hadits dari Andalusia bernama Habib Dahhun. Saat menunaikan ibadah haji, Muhammad bin Yazid menceritakan sosok Abidah yang sangat cerdas dan menguasai banyak jalur periwayatan. Habib Dahhun tertarik dan meminta agar Abidah mengikuti majelis ilmu yang digelar Habib Dahhun selama menunaikan ibadah haji. Mengetahui bakat dan kecerdasan budaknya, Muhammad bin Yazid merasa sosok Habib Dahhun tepat menjadi gurunya. Ia pun memerdekakan Abidah," narator menerangkan.

Setelah merdeka, kata narator, Habib Dahhun menikahi Abidah. Sepasang suami istri ahli hadits ini pun kembali ke Andalusia, Spanyol. Abidah meninggalkan tempat kelahirannya untuk mengembangkan ilmu bersama suaminya. Berkat bimbingan Habib Dahhun keilmuan Abidah di bidang hadits semakin diakui.

"Doktor Muhammad Akram Nadwi dalam bukunya Al-Muhaddithat: The Women Colours in Islam, menempatkan sosok Abidah sebagai wanita dari kalangan Atba' Tabi'in keempat yang paling banyak meriwayatkan hadits setelah Rubiyya Mu'awidh, Ummu Darda dan 'Amrah binti Abdurrahman. Dalam kitab Tarikh Baghdad, Imam Khatib al-Baghdadi menyebutkan bahwa Abidah adalah salah satu dari tiga perawi hadits wanita pada era 200-300 Hijriah. Dia adalah sosok perawi yang terpercaya," bebernya.

"Pada masanya, banyak sosok perempuan yang mengukir prestasi sebagai ulama hadits seperti, Abdah bin Bisyir, Ummu Umar atau Khotijah Ummu Muhammad, Abdah binti Abdurrahman dan lainnya. Mereka berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Hal ini membuktikan bahwa Ilmu Islam bisa dipelajari siapa saja," lanjut narator.

Narator menerangkan, pada masa keemasan peradaban Islam, perempuan memainkan peran penting sebagai pembawa tongkat ilmu pengetahuan agama, khususnya hadist dari satu generasi ke generasi berikutnya. Apapun profesinya, miskin atau kaya, latar belakang budak sekalipun tak menghalangi untuk menimba ilmu dan mengajarkan kepada masyarakat. Negara turut andil dalam khazanah Islam dan sangat menghargai serta memulyakan para pengajar, ahli hadits dan ulama.

"Berbeda dengan sekarang, harta dan kedudukan menjadi hal yang terpenting dibandingkan ilmu Islam. Kekayaan dan jabatan dianggap menjadikan seseorang berkedudukan mulia dan mampu menaikkan status sosial. Namun, sejatinya bukan materi yang bisa menaikkan derajat seorang hamba akan tetapi ilmu agama lah yang bisa mengubah kedudukan orang menjadi mulia dimata manusia dan dihadapan Allah ta'ala," pungkasnya.[] Yupi UN
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :