Tinta Media - Pakar Hukum dan Masyarakat Prof. Suteki mengungkapkan, jika ingin syariat Islam diterapkan secara kaffah, maka mestinya tiap muslim tidak akan ragu menolong agama Allah.
"Jika ingin syariat Islam diterapkan secara kaffah, maka mestinya tiap muslim tidak akan ragu menolong agama Allah," tuturnya kepada Tinta Media, Rabu (22/6/2022).
Menurutnya, hal itu bisa dilakukan dengan cara mendukung gerakan dakwah, bukan malah sebaliknya, memusuhi dakwahnya. "Dakwah menuju Islam sebagai rahmatan lil 'alamiin, yakni menjadikan syariat Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan ciptaan Allah di dunia. Maukah?" ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa umat Islam sudah sangat mafhum bahwa Allah berfirman dalam QS. Muhammad [47]:
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ø¥ِÙ†ْ تَÙ†ْصُرُوا اللَّÙ‡َ ÙŠَÙ†ْصُرْÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتْ Ø£َÙ‚ْدَامَÙƒُÙ…ْ
“Wahai orang-orang yang beriman jika kalian menolong (Dien) Allah, maka Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.”
Oleh karena Allah Maha Kuasa, maka Allah tidak mungkin membutuhkan pertolongan makhluk-Nya sedikit pun, maka konotasi sebenarnya yakni pertama, menolong dien Allah dan jalan-Nya, kedua, menolong hizbullâh (kelompok pembela Dienullah), dan ketiga, menolong Rasul-Nya.
"Dengan cara apa? Jawabnya adalah dengan cara dakwah tentang the truth and justice berlandaskan syariat Islam tentunya. Harus melakukan "speak up", bicara, bicara dan bicara. Speak up harus dilakukan dengan beberapa alasan yakni, agar kita tidak diremehkan, mengurangi kesalahpahaman, diam tidak mengubah apa pun, dan dapat membantu orang lain," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa sejarah telah membuktikan sejak awal perubahan akan terjadi di mana pun hanya dengan cara diawali "speak up". Tentu semua dijalankan sesuai kapasitasnya! Speak up bahkan dikatakan sebagai "Afdhollu jihad".
"Ulama, akademisi (mahasiswa, dosen, rektor, profesor), pengusaha, penguasa (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) mesti melakukan speak up. Diam dan bungkam terhadap kedzaliman dan penyimpangan tidak akan mengubah apa pun. Katakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah, meskipun itu pahit," pungkasnya.[] Yanyan Supiyanti