Tinta Media - Sobat. Ayat-ayat Al Qur'an senantiasa mengingatkan bahwa Allah SWT senantiasa bersama Anda setiap saat. Dan sesungguhnya Anda tidak lepas dari-Nya bahkan meskipun sekerdipan matapun. Dalam Hadits Qudsi disebutkan, bahwasanya Allah SWT berfirman, “Wahai Bani Adam, berkonsentrasilah untuk beribadah kepada-Ku , maka aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan dan menutup kefakiranmu. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka Aku akan memenuhi hadapanmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.”
Allah SWT Berfirman :
Ø¥ِÙ†َّ ٱللَّÙ‡َ Ù…َعَ ٱلَّØ°ِينَ ٱتَّÙ‚َواْ ÙˆَّٱلَّØ°ِينَ Ù‡ُÙ… Ù…ُّØۡسِÙ†ُونَ
(١٢٨)
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS.An-Nahl : 128 )
Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan alasan mengapa Nabi diperintahkan bersabar dan dilarang untuk cemas dan berkecil hati. Allah swt menegaskan bahwa Dia selalu ada bersama orang yang bertakwa dan orang yang berbuat kebaikan sebagai penolong mereka. Allah selalu memenuhi permintaan mereka, memperkuat, dan memenangkan mereka melawan orang-orang kafir.
Sobat. Orang-orang yang takwa selalu bersama Allah swt karena mereka terus menyucikan diri untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan melenyapkan kemasygulan yang ada pada jiwa mereka. Mereka tidak pernah merasa kecewa jika kehilangan kesempatan, tetapi juga tidak merasa senang bila memperoleh kesempatan. Demikian pula Allah selalu menyertai orang yang berbuat kebaikan, melaksanakan kewajiban mereka kepada-Nya, dan selalu menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pernyataan Allah kepada mereka yang takwa dan berbuat ihsan (kebaikan) dalam ayat ini mempunyai pengertian yang sama dengan pernyataan Allah dalam firman-Nya kepada Nabi Musa dan Harun a.s.:
Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46)
Juga mempunyai pengertian yang sama dengan firman Allah kepada malaikat:
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman." (al-Anfal/8: 12)
Sobat. Waspadalah dan kendalikan hawa nafsumu karena hawa nafsu berpotensi menimbulkan empat keburukan kata Ibnu Qayyim al-Jauziyah :
1. Menghalanginya dari kebenaran; karena orang yang menuruti hawa nafsunya akan menolak bukti kebenaran dan hujjah.
2. Hawa nafsu berpotensi merusak akal; karena usaha-usaha dan keptusannya tidak berimbang.
3. Hawa nafsu berpotensi menimbulkan konflik antar saudara, memperlebar jurang perbedaan-perbedaan dalam berbagai sudut hingga menimbulkan perbedaan konflik.
4. Di samping itu hawa nafsu berpotensi menimbulkan perpecahan, bermalas-malasan, dan jauh dari jalan kebenaran.
Allah berfirman :
ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ۡتُ ٱلۡجِÙ†َّ ÙˆَٱلۡØ¥ِنسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعۡبُدُونِ
(٥٦)
Ù…َآ Ø£ُرِيدُ Ù…ِÙ†ۡÙ‡ُÙ… Ù…ِّÙ† رِّزۡÙ‚ٖ ÙˆَÙ…َآ Ø£ُرِيدُ Ø£َÙ† ÙŠُØ·ۡعِÙ…ُونِ
(٥٧)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” ( QS Adh-dhariyat (51) : 56-57 )
Sobat.Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman:
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31)
Sobat. Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.
Sobat. Abu al-A’la berpendapat bahwa ibadah adalah ketundukan dan penghambaan secara total serta kepatuhan secara mutlak. Ibadah merupakan ketundukan kepada Allah SWT dengan sepenuh pengertiannya karena cinta kepada-Nya. Imam Syafi’I dalam syairnya mengatakan, “ Kalaulah cinta Anda itu benar, maka tentulah Anda mentaati-Nya. Sesungguhnya orang yang mencintai senantiasa patuh kepada kekasihnya. Setiap waktu Dia menganugerahkan nikmat-Nya kepadamu, sedangkan kamu tidak mau berterima kasih kepada-Nya atas nikmat itu.”
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach. Penulis Buku Goreskan Tinta Emas. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur