Tinta Media - Aksi massa atasnamakan FP1 Reborn, Senin 6 Juni lalu, di Patung Kuda, Monas, yang nyatakan dukungan pada Anies, pastinya terkait hawa panas politik jelang pilpres 2024.
Ada dua hal yang perlu disoroti. Pertama, menjatuhkan citra Anies Baswedan yang namanya masuk bursa kandidat capres-cawapres. Ada ulah elit politik yang ingin mendeskreditkan Anies dengan dikaitkan dapat dukungan dari ‘FP1’. Karena tidak lama setelah itu para buzzer yang ada di circle rezim langsung menggoreng berita dengan menyudutkan Anies didukung kelompok radikal. Dengan mengaitkan nama Anies dengan FP1 mereka menargetkan Anies dijadikan common enemy karena dekat dengan kelompok Islam radikal.
Kedua, dimunculkannya FPI Reborn juga untuk membangun kembali isu radikalisme. Ada kelompok elit politik yang merasa perlu memainkan isu radikalisme, yaitu kelompok penganut Islamofobia. Di mata mereka HTI dan FPI adalah ikon kelompok radikal dan dilabeli berbahaya bagi negara. Dengan aksi ini, mereka juga ingin memberi warning kalau Indonesia tidak aman dari kelompok Islam radikal.
Siapa mereka? Kaum liberalis dan oligarki. Dua kelompok ini paling terusik dengan bangkitnya Islam dan kaum muslimin. Selama kelompok Islam seperti HTI dan FPI masih eksis gerakan dan pemikirannya, mereka tidak tenang karena tidak bisa mengembangkan ideologi kapitalisme-liberalisme seperti dukungan pada kaum LGBT, pluralisme dan sinkretisme ataupun liberalisasi budaya dan pergaulan bebas.
Kaum oligarki mereka juga terusik karena kepentingan politik dan ekonomi mereka terus menerus diusik dengan dakwah kelompok Islam politik. Berbagai produk undang-undang yang menguntungkan kaum oligarki seperti UU Omnibus Law, UU Migas, UU Minerba, terus dikritisi oleh kelompok-kelompok Islam. Konspirasi elit eksekutif dan legislatif dengan para pengusaha terus dibongkar. Bagaimanapun mereka merasa takut dengan dakwah kelompok Islam model begini.
Maka cara-cara kotor dan keji seperti membuat ormas FPI Reborn itu dimainkan. Patut diduga ormas model begitu disokong kekuasaan. Buktinya dapat izin, padahal kalau riil FPI pasti dilarang dan ditangkapi pelakunya. Lha wong aksi kemanusiaan FPI di beberapa tempat dilarang aparat. Ini demo di Jakarta bawa atribut FPI diizinkan. Umat sudah pinter membaca langkah politik begini.
Ustaz Iwan Januar
Direktur Siyasah Institute