Tinta Media - "Dalam Islam pemimpin adalah teladan bagi rakyatnya. Perkara kepemimpinan menjadi urusan penting, sebab dari sinilah bala dan berkah itu terjadi," tutur narator dalam Sumbangan Peradaban Islam, Pemimpin dalam Islam Beri Teladan dalam Konsumsi, dalam kanal YouTube Muslimah Media Center, Senin (13/7/2022).
Menurutnya, salah satu karakter pemimpin ideal untuk membangun negara besar yang berdaulat dan mandiri adalah takut kepada Allah. Bahkan dalam khilafah, pemimpin (Khalifah) adalah orang yang paling takut kepada Allah. Pemimpin haruslah mereka yang paling merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah.
"Ketika pemimpin memiliki sifat ini, ia akan memimpin berdasarkan ketetapan Allah. Dengan begitu kepemimpinannya tidak akan keluar dari batas syariat Islam. Jangankan yang haram dan subhat, perkara halal yang menjauhkan dari keteladanan saja akan ditinggalkan oleh pemimpin yang takut kepada Allah," jelasnya.
Berbeda dengan sistem demokrasi, tutur narotor, pemimpin tak ayalnya pebisnis yang terus-menerus mencari keuntungan dari rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan yang dzalim. Demokrasi sekuler kapitalistik telah berhasil mengelabui dan mengaburkan umat bagaimana karakter pemimpin dambaan dengan apa sistem kepemimpinan itu berjalan.
"Pemimpin dalam demokrasi menjalankan roda pemerintahan berdasarkan prinsip sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan," sambungnya.
Tanpa khilafah, menurutnya, sosok dan kepemimpinan sangat jauh dari aturan Allah. "Meski ia sahih, sistem yang dijalankan tetaplah demokrasi yang aturannya berasal dari akal manusia. Meski ia baik, sebagai individu belum tentu menjamin bersikap amanah sebagai pemimpin negara dan layak menjadi teladan bagi rakyatnya," ungkapnya.
Ia menilai, sistem ini tentu bukan sistem kehidupan yang diharapkan oleh rakyat sebab sistem ini adalah sistem yang batil. "Tidak diridhai Allah dan hanya akan mencetak pemimpin yang tidak menjadikan syariat sebagai rujukan," pungkasnya.[] Khaeriyah Nasruddin
Menurutnya, salah satu karakter pemimpin ideal untuk membangun negara besar yang berdaulat dan mandiri adalah takut kepada Allah. Bahkan dalam khilafah, pemimpin (Khalifah) adalah orang yang paling takut kepada Allah. Pemimpin haruslah mereka yang paling merasa takut dosa dan paling merasa diawasi Allah.
"Ketika pemimpin memiliki sifat ini, ia akan memimpin berdasarkan ketetapan Allah. Dengan begitu kepemimpinannya tidak akan keluar dari batas syariat Islam. Jangankan yang haram dan subhat, perkara halal yang menjauhkan dari keteladanan saja akan ditinggalkan oleh pemimpin yang takut kepada Allah," jelasnya.
Berbeda dengan sistem demokrasi, tutur narotor, pemimpin tak ayalnya pebisnis yang terus-menerus mencari keuntungan dari rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan yang dzalim. Demokrasi sekuler kapitalistik telah berhasil mengelabui dan mengaburkan umat bagaimana karakter pemimpin dambaan dengan apa sistem kepemimpinan itu berjalan.
"Pemimpin dalam demokrasi menjalankan roda pemerintahan berdasarkan prinsip sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan," sambungnya.
Tanpa khilafah, menurutnya, sosok dan kepemimpinan sangat jauh dari aturan Allah. "Meski ia sahih, sistem yang dijalankan tetaplah demokrasi yang aturannya berasal dari akal manusia. Meski ia baik, sebagai individu belum tentu menjamin bersikap amanah sebagai pemimpin negara dan layak menjadi teladan bagi rakyatnya," ungkapnya.
Ia menilai, sistem ini tentu bukan sistem kehidupan yang diharapkan oleh rakyat sebab sistem ini adalah sistem yang batil. "Tidak diridhai Allah dan hanya akan mencetak pemimpin yang tidak menjadikan syariat sebagai rujukan," pungkasnya.[] Khaeriyah Nasruddin