Bunga Cempaka - Tinta Media

Sabtu, 18 Juni 2022

Bunga Cempaka


Tinta Media - ‘Bungong jeumpa meugah di Aceh, bungong teuleubeh teuleubeh indah lagoe na.’

Lagu daerah yang berasal dari Aceh ini sangat terkenal, bahkan banyak orang dari luar Aceh yang hafal liriknya. Arti dari potongan lirik tersebut kurang lebihnya adalah "Bunga cempaka terkenal di daerah Aceh, bunga yang indah sekali".

Berbicara tentang bunga Cempaka, ada sebuah negeri yang terletak di sekitar Vietnam Selatan, yaitu negeri Champa. Negeri ini memiliki hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara. Tercatat bahwa kerajaan Singasari, Majapahit, maupun Sriwijaya memiliki hubungan dengan kerajaan Champa sebagai kesatuan kepulauan yang disebut dengan Jawi, baik secara diplomatis maupun. perdagangan.

Nenek moyang bangsa Champa dulunya merupakan bagian dari kekaisaran Tiongkok di Asia selatan. Namun, mereka memutuskan untuk memisahkan diri dan membentuk pemerintahan yang mandiri. Musuh mereka adalah bangsa-bangsa yang juga berada di wilayah itu, yaitu Khmer, Kamboja dan Vietnam. 

Kerajaan Champa yang berdiri sejak abad ke 2 M, dulunya memiliki orientasi keagamaan Hindu dan Budha. Namun, sejak abad ke 14 M, berubah menjadi kerajaan Islam yang didirikan oleh Che Bong Nga atau Raja Zainal Abidin. Sejak itulah Champa menjadi kerajaan besar dengan kultur Islam.

Dari Champa inilah ajaran Islam disebarluaskan ke seluruh Asia Tenggara. Ini karena sejak dahulu kala, muara sungai Mekong menjadi jalur perdagangan yang ramai dari Cina ke India dan sebaliknya. Meskipun demikian, untuk membuktikan keberadaan sebuah kerajaan Islam yang besar lewat peninggalan sejarah cukup sulit untuk dilakukan.

Peperangan dengan negara tetangganya telah menyebabkan bangsa Champa pada pertengahan abad ke 15 M luluh lantak, rata dengan tanah. Rakyatnya mengungsi ke berbagai negeri di Asia Tenggara, berbaur dan kemudian menjadi bagian dari penduduknya termasuk juga di Kesultanan Aceh. 

Seperti halnya bunga Cempaka, Putri Champa terkenal dengan kulitnya yang putih, kecantikan yang memesona, serta kelembutan yang diyakini bisa membahagiakan keluarga. Oleh karena itu, bisa kita pahami bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara pada masa itu banyak yang masuk melalui jalur pernikahan, termasuk juga di Tanah Jawa. 

Melalui asimilasi perkawinan inilah raja-raja yang berkuasa kemudian mengenal Islam yang dibawa oleh putri-putri Champa. Di antaranya adalah Raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabumi atau Brawijaya V yang memiliki Istri dari kerajaan Champa yang bernama Putri  Dwarawati. 

Untuk menyebarkan Islam di Tanah Jawa, Putri Dwarawati memberi usul pada suaminya agar mengudang iparnya, yaitu Syaikh Ibrahim As-Samarqandi untuk membimbing penduduk Majapahit dengan Islam.
.
Dakwah Ibrahim Asmorokandi ini kemudian diteruskan oleh kedua anaknya, Ali Rahmatullah dan Ali Murtadlo. Ali Rahmatullah inilah yang kemudian diangkat menjadi imam di Ampel, Surabaya dan dikenal dengan nama Sunan Ampel.

Melalui jalur nasab keluarga inilah kelompok dakwah Islam yang dikirim oleh Kekhilafahan Turki Utsmani di Istambul mendapatkan banyak sekali kemudahan. Jema'ah dakwah yang lebih dikenal dengan Walisongo ini kemudian meneruskan kejayaan Kerajaan Majapahit dengan mendirikan Kesultanan Islam Demak Bintoro di Jawa Tengah.

Tahukah Anda, bahwa bunga Kantil yang mempunyai nama latin Michelia alba dan masih berkerabat dekat dengan bunga jeumpa (Michelia champaca)? ini merupakan tanaman khas (fauna identitas) provinsi Jawa Tengah? Sungguh suatu kebetulan yang indah, bukan? Wallahu a'lam bishshawwab

Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :