Tinta Media - Kafir penjajah itu radikal (memegang teguh sampai ke akarnya) terhadap akidah sekuler (memisahkan kehidupan ruang publik/bernegara dari agama). Sedangkan Islam mewajibkan menegakkan khilafah (sistem pemerintahan yang menerapkan syariat Islam secara kaffah) dan jihad (berperang melawan kafir penjajah).
Oleh karena itu kafir penjajah meracuni umat Islam dengan ide kufur moderat/moderasi agama (jalan tengah/mengaku Islam tetapi menuruti maunya kafir penjajah) dan membangga-banggakannya seolah sebagai kebaikan.
Dalam waktu bersamaan, kafir penjajah mencap umat Islam yang berpegang teguh pada akidah dan syariat Islam sebagai radikal (tentu saja karena memegang teguh Islam sampai ke akarnya) dan menghinadinakan dengan berbagai fitnah buruk.
Untuk apa mereka melakukan itu? Tujuannya hanya satu, agar kaum Muslim tak memegang teguh akidah dan syariat Islam sehingga dengan mudah kafir penjajah merampok SDA dan memperbudak SDM negeri-negeri Islam. Sialnya, para penguasa negeri Islam malah bangga jadi antek penyebar ide kufur jebakan kafir penjajah tersebut.
Itulah makna sesungguhnya di balik kata radikal dan moderat, tak ada hubungannya sama sekali dengan toleransi. Istilah toleransi hanyalah kedok untuk menutupi kebusukan ide kufur moderat/moderasi.
Lagian, kaum Muslim yang taat syariat Islam paham betul apa itu toleransi (tidak memaksa orang kafir masuk Islam, tidak mengganggu orang kafir beribadah, hidup bertetangga dengan baik dengan orang kafir) tak perlu lagi diajari oleh kafir penjajah dan anteknya yang kerap kali mempersekusi dan mengkriminalisasi Islam dan pengembannya.[]
Depok, 20 Safar 1443 H | 27 September 2021 M
Joko Prasetyo
Jurnalis