Tinta Media - Pendapat yang mengatakan bahwa maraknya kasus tawuran remaja karena mereka sedang pencarian identitas diri hingga ingin eksis, dinilai oleh Aktivis Muslimah Ustazah Reta Fajriah tidak tepat karena identitas seorang anak, terutama muslim, sudah jelas dari kecil.
“Sesungguhnya dalam Islam tidak ada yang seperti itu. Karena identitas seorang anak apalagi seorang muslim dari kecil sudah jelas. Kita adalah hamba Allah SWT sejak kecil. Jadi, sebenarnya tidak ada fase remaja yang galau mencari identitas diri,” tuturnya dalam segmen Kultum Khaira Ummah M4Rak T4wur@n Pelajar : Kr1s1s Identitas yang T3raba1kan di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (4/6/2022).
Ustazah Reta menjelaskan, identitas seorang muslim sudah jelas sebagai hamba Allah. Dalam Islam, menurutnya, hanya terdapat dua fase anak yaitu fase kanak-kanak dan fase dewasa. “Jadi, tidak ada fase pertengahan remaja yang dikatakan ditoleransi adanya kegalauan atau bahkan ingin coba-coba tindakan begini dan begitu,” katanya.
Lebih jauh lagi, menurutnya, perilaku remaja yang suka tawuran dan suka coba-coba merupakan bentukan lingkungan. “Kalau bentukan lingkungan Islam tidak akan seperti itu. Seorang anak itu sudah punya identitas sebagai hamba Allah. Sejak masa kanak-kanak sudah diarahkan bagaimana dia memahami kewajibannya sebagai hamba Allah,” imbuhnya.
Munculnya fase pencarian jati diri pada remaja, menurutnya, dilatarbelakangi oleh fenomena remaja yang terjadi pada masa revolusi industri di Eropa.
“Pendapat yang seperti itu sesungguhnya muncul dari ilmu psikologi yang lahir dari pengamatan terhadap fenomena yang terjadi. Kebetulan yang diamati pada waktu itu adalah gejala di Eropa dimana setelah revolusi industri banyak anak-anak yang tadinya membantu orang tua di pertanian pada akhirnya tidak punya pekerjaan. Artinya, karena sudah terjadi industrialisasi dan sudah banyak yang bekerja di pabrik jadi akhirnya banyak (anak) yang menganggur. Kondisi seperti itulah dikatakan ada fase mencari identitas diri,” ungkapnya.
Ia menambahkan, tahapan pertama pendidikan anak dalam Islam lebih diutamakan penanaman akidah. Keyakinan kepada Allah SWT, kepada Nabi, Al-Qur’an serta hari akhir sebagai rangkaian dari rukun iman. “Hal itu (akidah) akan menjadi arah bagi anak nantinya. Bahwa sebagai hamba Allah, memang hidup ini jelas untuk beribadah kepada allah,” tambahnya.
Ustazah Reta pun membacakan Ayat Al Qur’an Surat Ad-Dzariyat yang artinya, ‘Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT’. Jadi, menurutnya, menjadi anak muslim seharusnya sudah tahu hal tersebut. Disamping itu, fase kanak-kanan dan dewasa memiliki tanda. Fase kanak-kanan ditandai sebelum baligh. Sementara setelah baligh, sudah memasuki masa dewasa.
“Dalam pandangan syariat Islam, ketika masa kanak-kanak memang belum dihisab setiap amal perbuatannya. Tetapi, setelah dia dewasa, dia akan dihisab seluruh amal perbuatannya. Jadi, tidak ada masa coba-coba. Coba-coba tawuran, misalnya, itu akan dihisab setiap perbuatannya. Apalagi beresiko sampai menghilangkan nyawa,” tegasnya.
Oleh karena itu, menurutnya, tidak ada toleransi melakukan tawuran ataupun amal buruk lainnya dengan dalih memang masanya mencoba-coba. Ia kembali mencohtohkan, mencoba narkoba. Sementara pandangan Islam terkait narkoba jelas, sebagai barang haram yang merusak, membawa mudharat dan tidak boleh dikonsumsi.
“Jadi, kalau ada pendapat para pakar yang mengatakan, masa remaja sebagai masa mencari identitas diri, sesungguhnya dalam Islam tidak seperti itu,” pungkasnya. [] Ikhty