Tinta Media - Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin menanggapi narasi jahat BNPT yang mendiskreditkan khilafah akan mengganti ideologi pancasila.
"Khilafah dipojokkan begitu rupa, seolah bangsa ini rusak karena Khilafah. Menuduh Khilafah akan mengganti ideologi pancasila, sementara tanpa disadari pancasila telah diganti oleh ideologi kapitalisme liberal," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (17/6/2022).
Ia meminta BNPT untuk mengecek penguasa tambang di negeri ini. "Coba cek tambang di Indonesia ini dikuasai siapa? Keuntungannya diboyong ke mana? Agar tidak sibuk nyinyir pada ajaran Islam Khilafah," ungkapnya.
"Di Papua yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, terkandung berton-ton emas murni yang akhirnya dikeruk ke permukaan. Sejak tahun 60-an hingga 50 tahun lebih, Freeport terus mengambil keuntungan yang tak ada habisnya sementara Indonesia hanya bisa melongo," lanjutnya.
Ia menuturkan bahwa Indonesia juga memiliki potensi besar dalam bidang geothermal atau panas bumi. Salah satu yang terbesar di Indonesia berada di Gunung Salak, Jawa Barat. Perusahaan yang mengelola tambang ini adalah PT Chevron. "Indonesia dapat apa?" tanyanya kembali.
"Indonesia dikenal sebagai negara yang menghasilkan banyak sekali tambang batu bara. Sayangnya hampir semua tambang batu bara justru dikuasai oleh asing. Meski perusahaan dibentuk di Indonesia, tapi hampir semua orang di dalamnya adalah dari luar negeri, korporasinya tunduk pada sistem kapitalis," lanjutnya.
Ia menuturkan, meski telah memiliki Pertamina, Indonesia masih belum bisa mengelola semua tambang minyaknya. Bahkan tambang-tambang dengan potensi besar justru dilempar ke perusahaan asing seperti Shell atau Chevron. Semuanya adalah perusahaan asing yang datang dan menguasai tambang di Indonesia.
"Masih banyak lagi kekayaan alam yang dijarah asing, diberikan secara sukarela, karena Indonesia secara tidak sadar telah menerapkan ideologi kapitalisme liberal. Ideologi inilah, yang telah menghalalkan kekayaan alam indonesia dijarah asing," tegasnya.
Ia menyayangkan, justru yang diteriaki Khilafah. Sementara kapitalisme liberal, tidak dipersoalkan. Para penguasa justru ikut berkolaborasi membentuk oligarki jahat yang menindas rakyat.
"BNPT cuma sibuk memusuhi umat Islam, sibuk teriak radikal radikul tapi bungkam pada ancaman nyata OPM. Bungkam atas tindakan radikal kapal nelayan China yang mengacak-acak kedaulatan Laut Natuna Utara. Masih percaya narasi jahat BNPT yang mendiskreditkan Khilafah?" pungkasnya.[] Yanyan Supiyanti
"Khilafah dipojokkan begitu rupa, seolah bangsa ini rusak karena Khilafah. Menuduh Khilafah akan mengganti ideologi pancasila, sementara tanpa disadari pancasila telah diganti oleh ideologi kapitalisme liberal," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (17/6/2022).
Ia meminta BNPT untuk mengecek penguasa tambang di negeri ini. "Coba cek tambang di Indonesia ini dikuasai siapa? Keuntungannya diboyong ke mana? Agar tidak sibuk nyinyir pada ajaran Islam Khilafah," ungkapnya.
"Di Papua yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, terkandung berton-ton emas murni yang akhirnya dikeruk ke permukaan. Sejak tahun 60-an hingga 50 tahun lebih, Freeport terus mengambil keuntungan yang tak ada habisnya sementara Indonesia hanya bisa melongo," lanjutnya.
Ia menuturkan bahwa Indonesia juga memiliki potensi besar dalam bidang geothermal atau panas bumi. Salah satu yang terbesar di Indonesia berada di Gunung Salak, Jawa Barat. Perusahaan yang mengelola tambang ini adalah PT Chevron. "Indonesia dapat apa?" tanyanya kembali.
"Indonesia dikenal sebagai negara yang menghasilkan banyak sekali tambang batu bara. Sayangnya hampir semua tambang batu bara justru dikuasai oleh asing. Meski perusahaan dibentuk di Indonesia, tapi hampir semua orang di dalamnya adalah dari luar negeri, korporasinya tunduk pada sistem kapitalis," lanjutnya.
Ia menuturkan, meski telah memiliki Pertamina, Indonesia masih belum bisa mengelola semua tambang minyaknya. Bahkan tambang-tambang dengan potensi besar justru dilempar ke perusahaan asing seperti Shell atau Chevron. Semuanya adalah perusahaan asing yang datang dan menguasai tambang di Indonesia.
"Masih banyak lagi kekayaan alam yang dijarah asing, diberikan secara sukarela, karena Indonesia secara tidak sadar telah menerapkan ideologi kapitalisme liberal. Ideologi inilah, yang telah menghalalkan kekayaan alam indonesia dijarah asing," tegasnya.
Ia menyayangkan, justru yang diteriaki Khilafah. Sementara kapitalisme liberal, tidak dipersoalkan. Para penguasa justru ikut berkolaborasi membentuk oligarki jahat yang menindas rakyat.
"BNPT cuma sibuk memusuhi umat Islam, sibuk teriak radikal radikul tapi bungkam pada ancaman nyata OPM. Bungkam atas tindakan radikal kapal nelayan China yang mengacak-acak kedaulatan Laut Natuna Utara. Masih percaya narasi jahat BNPT yang mendiskreditkan Khilafah?" pungkasnya.[] Yanyan Supiyanti