Tinta Media - Terkait kenaikan tarif listrik untuk 3.500 VA ke atas yang telah disetujui oleh Presiden Jokowi dengan disertai narasi bahwa sudah saatnya orang kaya dibebani biaya operasional yang mahal sedang yang miskin harus tetap disubsidi, Koordinator Invest Ahmad Daryoko mengatakan, narasi tersebut menggambarkan semangat pertentangan kelas yang dijadikan strategi perjuangan PKI (komunis).
"Narasi tersebut menggambarkan semangat pertentangan kelas kaya/borjuis vs miskin/proleter yang biasa dijadikan strategi perjuangan PKI," ungkapnya kepada Tinta Media, Senin (14/6/2022).
Menurutnya, kalimat di atas memang diperlukan guna mendapat dukungan dari rakyat. Jika rakyat terprovokasi dengan strategi di atas, berarti secara sadar atau tidak Rakyat Indonesia telah kerasukan ideologi komunis," lanjutnya.
Ahmad mengingatkan, beberapa waktu yang lalu ada ide menghapus daya 450 VA menjadi 1.300 VA (yang merupakan batas bawah tarip listrik tanpa subsidi). Modus penghapusan daya 450 VA tersebut adalah kriteria bahwa bila pemakaian lebih dari 500 jam maka mau tidak mau daya harus dinaikkan menjadi 1.300 VA. "Hitung-hitungan tersebut didominasi oleh pihak yang mengatasnamakan PLN distribusi. Artinya, hal semacam ini merupakan strategi 'merangkak' yang biasa dilakukan oleh kelompok kapitalis," tandasnya.
Ia menyimpulkan bahwa roda kehidupan negara saat ini sudah dijiwai oleh semangat komunis yang "berkedok" kapitalis dan bertentangan dengan Pancasila serta UUD 1945. "Memang, per Juli nanti hanya tarif listrik kelas 3.500 VA ke atas yang akan naik. Tapi ingat, dengan kebiasaan 'strategi merangkak' dan penuh tipu-tipu (sebagaimana kebiasaan grup kapitalis), semua golongan tarip juga akan menyusul," pungkasnya.[] Yupi UN
"Narasi tersebut menggambarkan semangat pertentangan kelas kaya/borjuis vs miskin/proleter yang biasa dijadikan strategi perjuangan PKI," ungkapnya kepada Tinta Media, Senin (14/6/2022).
Menurutnya, kalimat di atas memang diperlukan guna mendapat dukungan dari rakyat. Jika rakyat terprovokasi dengan strategi di atas, berarti secara sadar atau tidak Rakyat Indonesia telah kerasukan ideologi komunis," lanjutnya.
Ahmad mengingatkan, beberapa waktu yang lalu ada ide menghapus daya 450 VA menjadi 1.300 VA (yang merupakan batas bawah tarip listrik tanpa subsidi). Modus penghapusan daya 450 VA tersebut adalah kriteria bahwa bila pemakaian lebih dari 500 jam maka mau tidak mau daya harus dinaikkan menjadi 1.300 VA. "Hitung-hitungan tersebut didominasi oleh pihak yang mengatasnamakan PLN distribusi. Artinya, hal semacam ini merupakan strategi 'merangkak' yang biasa dilakukan oleh kelompok kapitalis," tandasnya.
Ia menyimpulkan bahwa roda kehidupan negara saat ini sudah dijiwai oleh semangat komunis yang "berkedok" kapitalis dan bertentangan dengan Pancasila serta UUD 1945. "Memang, per Juli nanti hanya tarif listrik kelas 3.500 VA ke atas yang akan naik. Tapi ingat, dengan kebiasaan 'strategi merangkak' dan penuh tipu-tipu (sebagaimana kebiasaan grup kapitalis), semua golongan tarip juga akan menyusul," pungkasnya.[] Yupi UN