Tinta Media - "Takwa individu ternyata sulit terwujud jika takwa masyarakat tidak terwujud," tutur Aktivis Muslimah Ustazah Siti Nafidah kepada Tinta Media, Rabu (11/5/2022).
Menurutnya, umat hari ini hidup dalam sistem yang membuat mereka sulit menjadi pribadi yang benar-benar bertakwa.
"Sistem politik yang diterapkan masih demokrasi yang tak kenal Tuhan dan halal haram. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem kapitalisme liberalisme dengan riba dan transaksi derivatif sebagai jantungnya. Sistem sosialnya juga serba permisif, sehingga masyarakat menjadi rusak, dan kemaksiatan merajalela," paparnya.
Maka, lanjutnya, ada kebutuhan bagi kita untuk terjun dalam kancah perjuangan untuk melakukan amar makruf dan nahi munkar. Agar kondisi rusak dan merusak ini, bisa berubah ke arah kebaikan yakni ke arah Islam.
"Maka, hemat saya, aktivitas inilah (amar makruf nahi munkar) yang menjadi aktivitas utama yang harus dilakukan untuk mewujudkan takwa sebenarnya. Bukan hanya takwa di level individu saja, tapi juga di level masyarakat," tandasnya.
Ibadah Makin Masif
Jika menilik kehidupan Rasulullah dan para sahabat, Ramadhan sungguh-sungguh menjadi bulan perjuangan. Dakwah dan jihad justru massif dilakukan saat Ramadhan, lalu terefleksi dalam kehidupan pasca Ramadhan.
Ia memandang, memelihara ibadah sebagaimana Ramadhan, tentu bukan hal yang mudah, pasti banyak tantangannya. Namun, ia memberikan kiat-kiat untuk membantu menghadapi tantangan tersebut
Pertama, Selalu ingat bahwa tujuan ibadah shaum adalah mendidik kita agar menjadi pribadi yang takwa. Yakni pribadi yang siap tunduk dan patuh pada seluruh syariat Allah SWT kapan dan di mana pun. "Maka, lekatnya kesadaran ini insyaa Allah akan menjadi energi pendorong bagi kita untuk terus berusaha istiqomah menjalankan ketaatan sebagaimana di bulan Ramadhan," harapnya.
"Tak lain, karena kita ingin agar Ramadhan yang kita lewati kemarin, benar-benar sukses menjadikan kita pribadi bertakwa, bukan sekadar mendapat haus dan dahaga," imbuhnya.
Kedua, Selalu ingat akan hakekat dan visi hidup, juga terhadap kematian. "Kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput. Apakah kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan atau tidak. Maka, kesadaran ini in syaa Allah akan mendorong kita untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, serius berbekal untuk kehidupan di akhirat sana," urainya.
Ketiga, berusaha dekat dengan lingkungan yang menguatkan. "Karena, tak dimungkiri, bahwa suasana iman kita yaziid wa yankutsu (kadang bertambah kuat, kadang melemah). Artinya kita mudah lalai dan tergoda dengan keadaan, hingga semangat taat kita kendor bahkan bisa hilang. Maka kita butuh suasana yang kondusif dan orang-orang yang selalu siap mengingatkan dan menguatkan," ujarnya.
Keempat, terus menambah ilmu dan terlibat dalam pembinaan yang intensif. Sehingga, akal dan jiwa kita senantiasa terjaga dalam fitrah kehanifan. Selalu cenderung pada kebaikan dan kebenaran.
Kelima, tentu saja jangan lupa berdoa meminta kepada Allah. "Agar senantiasa memberi kita taufik hidayah. Terlebih kita hidup di masa-masa yang penuh fitnah, dimana hak dan batil sudah tercampur-campur dan kemaksiatan pun merajalela krn umat tak berpenjaga," terangnya.
Terakhir, Ustazah Siti Nafidah berpesan,
"Semoga kita bisa mengimplementasikan spirit Ramadhan sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah dan generasi terbaik umat islam," pungkasnya.
[] 'Aziimatul Azka
Menurutnya, umat hari ini hidup dalam sistem yang membuat mereka sulit menjadi pribadi yang benar-benar bertakwa.
"Sistem politik yang diterapkan masih demokrasi yang tak kenal Tuhan dan halal haram. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem kapitalisme liberalisme dengan riba dan transaksi derivatif sebagai jantungnya. Sistem sosialnya juga serba permisif, sehingga masyarakat menjadi rusak, dan kemaksiatan merajalela," paparnya.
Maka, lanjutnya, ada kebutuhan bagi kita untuk terjun dalam kancah perjuangan untuk melakukan amar makruf dan nahi munkar. Agar kondisi rusak dan merusak ini, bisa berubah ke arah kebaikan yakni ke arah Islam.
"Maka, hemat saya, aktivitas inilah (amar makruf nahi munkar) yang menjadi aktivitas utama yang harus dilakukan untuk mewujudkan takwa sebenarnya. Bukan hanya takwa di level individu saja, tapi juga di level masyarakat," tandasnya.
Ibadah Makin Masif
Jika menilik kehidupan Rasulullah dan para sahabat, Ramadhan sungguh-sungguh menjadi bulan perjuangan. Dakwah dan jihad justru massif dilakukan saat Ramadhan, lalu terefleksi dalam kehidupan pasca Ramadhan.
Ia memandang, memelihara ibadah sebagaimana Ramadhan, tentu bukan hal yang mudah, pasti banyak tantangannya. Namun, ia memberikan kiat-kiat untuk membantu menghadapi tantangan tersebut
Pertama, Selalu ingat bahwa tujuan ibadah shaum adalah mendidik kita agar menjadi pribadi yang takwa. Yakni pribadi yang siap tunduk dan patuh pada seluruh syariat Allah SWT kapan dan di mana pun. "Maka, lekatnya kesadaran ini insyaa Allah akan menjadi energi pendorong bagi kita untuk terus berusaha istiqomah menjalankan ketaatan sebagaimana di bulan Ramadhan," harapnya.
"Tak lain, karena kita ingin agar Ramadhan yang kita lewati kemarin, benar-benar sukses menjadikan kita pribadi bertakwa, bukan sekadar mendapat haus dan dahaga," imbuhnya.
Kedua, Selalu ingat akan hakekat dan visi hidup, juga terhadap kematian. "Kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput. Apakah kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan atau tidak. Maka, kesadaran ini in syaa Allah akan mendorong kita untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, serius berbekal untuk kehidupan di akhirat sana," urainya.
Ketiga, berusaha dekat dengan lingkungan yang menguatkan. "Karena, tak dimungkiri, bahwa suasana iman kita yaziid wa yankutsu (kadang bertambah kuat, kadang melemah). Artinya kita mudah lalai dan tergoda dengan keadaan, hingga semangat taat kita kendor bahkan bisa hilang. Maka kita butuh suasana yang kondusif dan orang-orang yang selalu siap mengingatkan dan menguatkan," ujarnya.
Keempat, terus menambah ilmu dan terlibat dalam pembinaan yang intensif. Sehingga, akal dan jiwa kita senantiasa terjaga dalam fitrah kehanifan. Selalu cenderung pada kebaikan dan kebenaran.
Kelima, tentu saja jangan lupa berdoa meminta kepada Allah. "Agar senantiasa memberi kita taufik hidayah. Terlebih kita hidup di masa-masa yang penuh fitnah, dimana hak dan batil sudah tercampur-campur dan kemaksiatan pun merajalela krn umat tak berpenjaga," terangnya.
Terakhir, Ustazah Siti Nafidah berpesan,
"Semoga kita bisa mengimplementasikan spirit Ramadhan sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah dan generasi terbaik umat islam," pungkasnya.
[] 'Aziimatul Azka