Tinta Media - Terkait rasa lelah yang muncul karena rutunitas rumah tangga, Aktivis Muslimah Ustazah Dedeh Wahidah Achmad mengungkap strategi untuk mengatasinya.
"Ada strategi untuk mengatasi rasa lelah," tuturnya dalam rubrik Tsaqafah Islam (Keluarga): Mengatasi Rasa Lelah dalam Rutinitas Rumah Tangga, Sabtu (14/5/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center.
Pertama, harus memahami apa saja yang menjadi kewajiban. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. "Jika seseorang menyadari perannya sebagai seorang istri, ibu dan pengatur rumah tangga maka ia akan memahami seluruh aktivitasnya adalah ibadah. Yakinlah Allah selalu ada bersama kita. Yakinlah karena Allah memiliki sifat Ya Rahman dan Ya Rahim. Maka perlu adanya sifat qonaah," ujarnya.
Kedua, berusaha membuat persiapan dan managerial. "Perlu adanya rancangan aktivitas agar aktivitas yang dilakukan lebih siap dan tidak terburu-buru," tegasnya.
Ketiga, semua permasalahan tentang rasa lelah dalam rumah tangga butuh adanya peran negara yang membantu. "Hadirnya negara sebagai periayah rakyatnya dapat menjamin kesejahteraan ekonomi, misalnya menjamin lapangan pekerjaan kepada kepala rumah tangga, dengan demikian beban mencari nafkah tidak diberatkan kepada perempuan," bebernya.
Menurutnya, perasaan lelah kerap kali menghampiri siapa pun. Lelah dengan sebuah atau beberapa aktivitas bahkan lelah karena menghadapi rutinitas sebagai seorang ibu rumah tangga.
"Bukan hanya dirasakan ibu rumah tangga bahkan rasa lelah bisa dirasakan oleh orang yang tidak memiliki kegiatan apa pun seperti duduk dan termenung di tempat tidur. Namun ketika kita merasakan lelah, yang dipermasalahkan bukan rasa lelahnya, tetapi bagaimana kita mengatur rasa lelah tersebut tanpa terjerumus kepada hukum syara," jelasnya.
Faktor Penyebab
Ustazah Dedeh Wahidah Achmad juga menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kelelahan.
Pertama, pekerjaan yang terlalu banyak sehingga menjadi beban yang tidak sesuai dengan kemampuan. "Sebagai contoh, kita mampu melakukan 10 aktivitas dalam sehari, namun realitanya kita dibebankan lebih dari 10 aktivitas . Tentunya dalam kondisi seperti ini energi yang kita miliki tidak sesuai dengan yang kita keluarkan," bebernya.
Kedua, adanya sikap tidak siap atau menolak terhadap aktivitas tersebut. "Sebagai seorang Muslimah yang beriman, akan beranggapan bahwa aktivitas menjadi seorang istri, ibu, dan pengatur rumah tangga (ummun wa robbatul bait) merupakan aktivitas yang mulia dan bernilai ibadah. Maka ia akan bergembira menjalankan aktivitas rumah tangga tersebut. Namun sebaliknya, jika seseorang tersebut tidak siap bahkan menolak perannya maka semua rutinitas yang dihadapi seolah-olah menjadi beban," imbuhnya," ungkapnya.
Ustazah Dedeh Wahidah Achmad juga menjelaskan, ketika tidak siap atau menolak menjalani rutinitas sebuah pekerjaan, tentunya akan menjadi kejenuhan, apalagi terlalu memikirkan tumpukan pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu berat, maka tanpa disadari hormon-hormon di dalam tubuh juga merasakan penolakan.
Ketiga, menjalankan aktivitas yang tidak semestinya dilakukan. "Contohnya seorang ibu rumah tangga dibebankan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga" katanya.
Ia mengatakan, dalam sistem kehidupan saat ini yakni kapitalisme-sekuler, nilai seseorang itu diukur dari sisi materi. Sehingga penghargaan kepada perempuan dinilai dari berapa banyak uang yang dihasilkan. Hal ini tentunya membuat peran perempuan semakin bertambah.
"Saat Islam tidak diterapkan maka aspek pendidikan, kesehatan, keamanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara kini menjadi tanggung jawab individu bahkan dibebankan kepada perempuan. Tentu hal ini semakin menambah rasa lelah bagi perempuan," pungkasnya. [] Reni Adelina
"Ada strategi untuk mengatasi rasa lelah," tuturnya dalam rubrik Tsaqafah Islam (Keluarga): Mengatasi Rasa Lelah dalam Rutinitas Rumah Tangga, Sabtu (14/5/2022) di kanal Youtube Muslimah Media Center.
Pertama, harus memahami apa saja yang menjadi kewajiban. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. "Jika seseorang menyadari perannya sebagai seorang istri, ibu dan pengatur rumah tangga maka ia akan memahami seluruh aktivitasnya adalah ibadah. Yakinlah Allah selalu ada bersama kita. Yakinlah karena Allah memiliki sifat Ya Rahman dan Ya Rahim. Maka perlu adanya sifat qonaah," ujarnya.
Kedua, berusaha membuat persiapan dan managerial. "Perlu adanya rancangan aktivitas agar aktivitas yang dilakukan lebih siap dan tidak terburu-buru," tegasnya.
Ketiga, semua permasalahan tentang rasa lelah dalam rumah tangga butuh adanya peran negara yang membantu. "Hadirnya negara sebagai periayah rakyatnya dapat menjamin kesejahteraan ekonomi, misalnya menjamin lapangan pekerjaan kepada kepala rumah tangga, dengan demikian beban mencari nafkah tidak diberatkan kepada perempuan," bebernya.
Menurutnya, perasaan lelah kerap kali menghampiri siapa pun. Lelah dengan sebuah atau beberapa aktivitas bahkan lelah karena menghadapi rutinitas sebagai seorang ibu rumah tangga.
"Bukan hanya dirasakan ibu rumah tangga bahkan rasa lelah bisa dirasakan oleh orang yang tidak memiliki kegiatan apa pun seperti duduk dan termenung di tempat tidur. Namun ketika kita merasakan lelah, yang dipermasalahkan bukan rasa lelahnya, tetapi bagaimana kita mengatur rasa lelah tersebut tanpa terjerumus kepada hukum syara," jelasnya.
Faktor Penyebab
Ustazah Dedeh Wahidah Achmad juga menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kelelahan.
Pertama, pekerjaan yang terlalu banyak sehingga menjadi beban yang tidak sesuai dengan kemampuan. "Sebagai contoh, kita mampu melakukan 10 aktivitas dalam sehari, namun realitanya kita dibebankan lebih dari 10 aktivitas . Tentunya dalam kondisi seperti ini energi yang kita miliki tidak sesuai dengan yang kita keluarkan," bebernya.
Kedua, adanya sikap tidak siap atau menolak terhadap aktivitas tersebut. "Sebagai seorang Muslimah yang beriman, akan beranggapan bahwa aktivitas menjadi seorang istri, ibu, dan pengatur rumah tangga (ummun wa robbatul bait) merupakan aktivitas yang mulia dan bernilai ibadah. Maka ia akan bergembira menjalankan aktivitas rumah tangga tersebut. Namun sebaliknya, jika seseorang tersebut tidak siap bahkan menolak perannya maka semua rutinitas yang dihadapi seolah-olah menjadi beban," imbuhnya," ungkapnya.
Ustazah Dedeh Wahidah Achmad juga menjelaskan, ketika tidak siap atau menolak menjalani rutinitas sebuah pekerjaan, tentunya akan menjadi kejenuhan, apalagi terlalu memikirkan tumpukan pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu berat, maka tanpa disadari hormon-hormon di dalam tubuh juga merasakan penolakan.
Ketiga, menjalankan aktivitas yang tidak semestinya dilakukan. "Contohnya seorang ibu rumah tangga dibebankan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga" katanya.
Ia mengatakan, dalam sistem kehidupan saat ini yakni kapitalisme-sekuler, nilai seseorang itu diukur dari sisi materi. Sehingga penghargaan kepada perempuan dinilai dari berapa banyak uang yang dihasilkan. Hal ini tentunya membuat peran perempuan semakin bertambah.
"Saat Islam tidak diterapkan maka aspek pendidikan, kesehatan, keamanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara kini menjadi tanggung jawab individu bahkan dibebankan kepada perempuan. Tentu hal ini semakin menambah rasa lelah bagi perempuan," pungkasnya. [] Reni Adelina
