Tinta Media - Terkait dengan pergaulan remaja saat ini yang sedemikian memprihatinkan, Pengasuh Kajian Keluarga Samara Ustaz Muhammad Rizky Nafis mengungkapkan bahwa penyebab utamanya adalah masalah pemahaman edukasi.
"Tentunya masalah utama adalah terkait dengan pemahaman edukasi. Dan kita harus melihat bahwa faktor pendidikan itu sangat dominan," tuturnya dalam acara Kajian Malam (Kalam) : Kajian Keluarga SAMARA - Bentengi Anak Dalam Pergaulan Masa Kini di kanal YouTube Kaffah Channel, Rabu (25/5/2022).
Menurutnya, apabila pendidikan ini hanya sekedar transfer ilmu. Setelah ilmu disampaikan, selesai sudah. Ini Karena mengabaikan proses pembinaan. "Kalau dalam Islam itu di dalam pendidikan ada proses pembinaan, sehingga kita dibina. Jadi secara internal generasi kita harus dibina. Apabila tanpa ada pembinaan semacam ini tidak akan berhasil," ungkapnya.
Ia menjelaskan, kondisi sekarang ini sungguh sangat luar biasa. "Mungkin lebih baik saya mengawali dari data . Data ini cukup membuat kita miris ya, karena menurut data nanti bisa dicek datanya, bahwa remaja kita ini angkanya 63% itu sudah melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan. Ini sangat miris bagi kita. Belum lagi itu tidak hanya dari angka-angka begitu saja, tetapi ini juga diikuti dengan adanya 20% dari wanita itu yang hamil di luar nikah, dan dari kelompok remaja itu sekitar 21%nya diantaranya melakukan aborsi. Jadi ini membuat kita merasa sedih, merasa bahwa kita sedang menghadapi suatu problem. Dan angka ini semakin tahun bukannya semakin menurun, tetapi semakin meningkat," bebernya.
"Kita tidak tahu nanti tahun ke depan itu berapa angkanya, sampai sejauh mana. Tentu ini sangat miris bagi kita. Dan kalau kita lihat, tidak cukup hanya itu saja, dalam rentan waktu 3 bulan sebanyak 10.203 kasus terinfeksi HIV, itu angkanya sudah sedemikian fantastis. Bagaimana apabila dalam waktu yang sama angkanya juga tidak cenderung menurun terus? Dan mungkin ini menunjukkan bahwa kita perlu berhati-hati. Dan mestinya kita juga berfikir, kenapa kok bisa menjadi seperti ini. Kemudian setelah kita bertanya mengapa, lantas solusinya apa yang kita ambil jika kita melihat angka saja," ungkapnya.
Ia mempertanyakan, menilai pergaulan remaja saat ini yang sedemikian memprihatinkan, berarti tidak ada upaya yang signifikan yang membuat angka tersebut semakin menurun. Bisa saja ada acara agenda-agenda untuk sosialisasi dan lain sebagainya. Apabila angkanya terus naik, berarti antara usaha dan kenyataan yang terjadi itu tidak sinkron.
Inilah mengapa kemudian angka-angka terjadinya pergaulan bebas seperti ini terus meningkat.
"Banyak kemudian mengatakan bahwa salah satu faktornya adalah dari segi rumah tangga yang broken. Mungkin bapak dan ibunya berpisah, sehingga anaknya tidak ada perhatian, sehingga mencari perhatian yang lain. Bisa jadi seperti itu. Ada juga faktor yang lain, misal faktor ekonomi dan lain sebagainya. Bisa juga keluarganya tidak ada masalah, tetapi faktor eksternal yaitu faktor media sosial saat ini, atau informasi yang sampai kepada para remaja. Sehingga akses pada pornografi, pornoaksi itu sangat mudah sekali. Dan ini membuat kemudian anak-anak remaja ini melakukan tindakan tersebut," jelasnya.
Faktor kedua, yang tidak kalah seru dan trendingnya, angka HIV yang tadi disebutkan dalam waktu 3 bulan terus meningkat. Dan tentu saja kemudian ditelusuri ini terjadi dikarenakan adanya faktor L98T. "Ini sangat ngeri juga, artinya dalam satu sisi pergaulan pria dan wanita itu memiriskan, ditambah lagi sekarang tidak hanya pria wanita, tetapi pria dan pria, wanita dan wanita. Ini kan semakin ngeri kehidupan. Jika melihat seperti ini angkanya semakin naik. HIV, belum yang tidak terlaporkan, belum yang tidak terdeteksi. Maka ini sangat memilukan. Dan dikatakan angka aborsi di Indonesia sampai 2 juta per tahunnya. Ini kan cukup mengerikan", ungkapnya.
Ia melihat banyak sekali faktor, untuk dicarikan solusinya. Maka perlu saling bekerjasama satu sama lain. Jika tidak ada kerjasama antara komponen satu dengan yang lain, maka akan susah sekali. Dan faktanya sekarang tidak akan pernah selesai. Jadi tidak bisa hanya dari satu sisi saja, maka harus dari berbagai macam hal.
"Bagaimana kita bisa melahirkan generasi yang betul-betul generasi pilihan, sementara yang terlahir generasi kita bukan dari anak-anak yang baik, shaleh dan shaleh?" ungkapnya.
Menurutnya, terjadinya penyimpangan-penyimpangan, tentunya akan terjadi kerusakan generasi jika abai. Bahkan sudah seperti itu kehancuran umat manusia. "Tentunya kita tidak ingin umat ini hancur bahkan harus kita selamatkan walaupun mungkin terasa berat. Bagaimana menyelamatkannya?" tanyanya.
Ia pun menjelaskan, perlu dipahami manusia ini memiliki potensi, salah satunya adalah gharizah. Manusia memiliki 3 naluri (gharizah), yaitu gharizah Nawu, gharizah Baqo, gharizah tadayyun.
Gharizah yang pertama itu naluri manusia untuk untuk melestarikan jenis. Jadi manusia ini pada dasarnya mereka memiliki naluriah itu untuk menginginkan keberlangsungan kehidupan manusia. Itu namanya naluri (gharizah) nau. Wujud dari naluri ini adalah mencintai lawan jenis. Wujud yang lain adalah mencintai orang tua, cinta kepada ibu dan bapak, orang tua cinta kepada anak, saudaranya, kerabatnya, itu gharizatul nau. Termasuk juga cinta terhadap lawan jenis.
"Berarti ini naluriah manusia seperti ini. Hanya saja naluri ini munculnya dari luar, harus dirangsang. Jadi bukan dari dalam tapi justru dari luar. Maka apabila yang terjadi adalah tidak dipenuhi naluri ini, maka manusia tidak akan mati, hanya saja menjadi gelisah," pungkasnya.[] Willy Waliah
"Tentunya masalah utama adalah terkait dengan pemahaman edukasi. Dan kita harus melihat bahwa faktor pendidikan itu sangat dominan," tuturnya dalam acara Kajian Malam (Kalam) : Kajian Keluarga SAMARA - Bentengi Anak Dalam Pergaulan Masa Kini di kanal YouTube Kaffah Channel, Rabu (25/5/2022).
Menurutnya, apabila pendidikan ini hanya sekedar transfer ilmu. Setelah ilmu disampaikan, selesai sudah. Ini Karena mengabaikan proses pembinaan. "Kalau dalam Islam itu di dalam pendidikan ada proses pembinaan, sehingga kita dibina. Jadi secara internal generasi kita harus dibina. Apabila tanpa ada pembinaan semacam ini tidak akan berhasil," ungkapnya.
Ia menjelaskan, kondisi sekarang ini sungguh sangat luar biasa. "Mungkin lebih baik saya mengawali dari data . Data ini cukup membuat kita miris ya, karena menurut data nanti bisa dicek datanya, bahwa remaja kita ini angkanya 63% itu sudah melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan. Ini sangat miris bagi kita. Belum lagi itu tidak hanya dari angka-angka begitu saja, tetapi ini juga diikuti dengan adanya 20% dari wanita itu yang hamil di luar nikah, dan dari kelompok remaja itu sekitar 21%nya diantaranya melakukan aborsi. Jadi ini membuat kita merasa sedih, merasa bahwa kita sedang menghadapi suatu problem. Dan angka ini semakin tahun bukannya semakin menurun, tetapi semakin meningkat," bebernya.
"Kita tidak tahu nanti tahun ke depan itu berapa angkanya, sampai sejauh mana. Tentu ini sangat miris bagi kita. Dan kalau kita lihat, tidak cukup hanya itu saja, dalam rentan waktu 3 bulan sebanyak 10.203 kasus terinfeksi HIV, itu angkanya sudah sedemikian fantastis. Bagaimana apabila dalam waktu yang sama angkanya juga tidak cenderung menurun terus? Dan mungkin ini menunjukkan bahwa kita perlu berhati-hati. Dan mestinya kita juga berfikir, kenapa kok bisa menjadi seperti ini. Kemudian setelah kita bertanya mengapa, lantas solusinya apa yang kita ambil jika kita melihat angka saja," ungkapnya.
Ia mempertanyakan, menilai pergaulan remaja saat ini yang sedemikian memprihatinkan, berarti tidak ada upaya yang signifikan yang membuat angka tersebut semakin menurun. Bisa saja ada acara agenda-agenda untuk sosialisasi dan lain sebagainya. Apabila angkanya terus naik, berarti antara usaha dan kenyataan yang terjadi itu tidak sinkron.
Inilah mengapa kemudian angka-angka terjadinya pergaulan bebas seperti ini terus meningkat.
"Banyak kemudian mengatakan bahwa salah satu faktornya adalah dari segi rumah tangga yang broken. Mungkin bapak dan ibunya berpisah, sehingga anaknya tidak ada perhatian, sehingga mencari perhatian yang lain. Bisa jadi seperti itu. Ada juga faktor yang lain, misal faktor ekonomi dan lain sebagainya. Bisa juga keluarganya tidak ada masalah, tetapi faktor eksternal yaitu faktor media sosial saat ini, atau informasi yang sampai kepada para remaja. Sehingga akses pada pornografi, pornoaksi itu sangat mudah sekali. Dan ini membuat kemudian anak-anak remaja ini melakukan tindakan tersebut," jelasnya.
Faktor kedua, yang tidak kalah seru dan trendingnya, angka HIV yang tadi disebutkan dalam waktu 3 bulan terus meningkat. Dan tentu saja kemudian ditelusuri ini terjadi dikarenakan adanya faktor L98T. "Ini sangat ngeri juga, artinya dalam satu sisi pergaulan pria dan wanita itu memiriskan, ditambah lagi sekarang tidak hanya pria wanita, tetapi pria dan pria, wanita dan wanita. Ini kan semakin ngeri kehidupan. Jika melihat seperti ini angkanya semakin naik. HIV, belum yang tidak terlaporkan, belum yang tidak terdeteksi. Maka ini sangat memilukan. Dan dikatakan angka aborsi di Indonesia sampai 2 juta per tahunnya. Ini kan cukup mengerikan", ungkapnya.
Ia melihat banyak sekali faktor, untuk dicarikan solusinya. Maka perlu saling bekerjasama satu sama lain. Jika tidak ada kerjasama antara komponen satu dengan yang lain, maka akan susah sekali. Dan faktanya sekarang tidak akan pernah selesai. Jadi tidak bisa hanya dari satu sisi saja, maka harus dari berbagai macam hal.
"Bagaimana kita bisa melahirkan generasi yang betul-betul generasi pilihan, sementara yang terlahir generasi kita bukan dari anak-anak yang baik, shaleh dan shaleh?" ungkapnya.
Menurutnya, terjadinya penyimpangan-penyimpangan, tentunya akan terjadi kerusakan generasi jika abai. Bahkan sudah seperti itu kehancuran umat manusia. "Tentunya kita tidak ingin umat ini hancur bahkan harus kita selamatkan walaupun mungkin terasa berat. Bagaimana menyelamatkannya?" tanyanya.
Ia pun menjelaskan, perlu dipahami manusia ini memiliki potensi, salah satunya adalah gharizah. Manusia memiliki 3 naluri (gharizah), yaitu gharizah Nawu, gharizah Baqo, gharizah tadayyun.
Gharizah yang pertama itu naluri manusia untuk untuk melestarikan jenis. Jadi manusia ini pada dasarnya mereka memiliki naluriah itu untuk menginginkan keberlangsungan kehidupan manusia. Itu namanya naluri (gharizah) nau. Wujud dari naluri ini adalah mencintai lawan jenis. Wujud yang lain adalah mencintai orang tua, cinta kepada ibu dan bapak, orang tua cinta kepada anak, saudaranya, kerabatnya, itu gharizatul nau. Termasuk juga cinta terhadap lawan jenis.
"Berarti ini naluriah manusia seperti ini. Hanya saja naluri ini munculnya dari luar, harus dirangsang. Jadi bukan dari dalam tapi justru dari luar. Maka apabila yang terjadi adalah tidak dipenuhi naluri ini, maka manusia tidak akan mati, hanya saja menjadi gelisah," pungkasnya.[] Willy Waliah