Ustaz Iwan Januar Ungkap Lima Perkara Seseorang Tinggalkan Jamaah - Tinta Media

Sabtu, 07 Mei 2022

Ustaz Iwan Januar Ungkap Lima Perkara Seseorang Tinggalkan Jamaah


Tinta Media - Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengungkap lima perkara umum seseorang meninggalkan jamaah.

"Sekurangnya ada lima perkara yang umumnya dilakukan seseorang hingga akhirnya ia merasa jengah hidup berjamaah, lalu meninggalkan kawan-kawan seperjuangannya," tuturnya kepada Tinta Media, Jumat (6/5/2022).

Pertama adalah hilangnya sikap pemaaf. Tidak ada manusia tanpa kesalahan dan kekhilafan. "Kawan-kawan dalam jamaah bukan malaikat. Mereka bisa salah, tapi juga bisa begitu baik. Dengan terus menerus komplain kekeliruan, kesalahan atau keburukan seorang atau beberapa orang kawan anda dalam jamaah dan suasana hati Anda akan lebih baik," ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa kewajiban saat melihat perilaku atau perkataan negatif beberapa orang dalam jamaah adalah berakar Maruf nahi mungkar. "Ingatkan, ingatkan dan ingatkan secara personal, lalu setelah itu serahkanlah urusan itu kepada Allah SWT," jelasnya.

"Andai mereka bergeming setelah diberikan peringatan, Maka laporkan kepada pihak yang berwenang oleh jamaah, jangan terus menerus mengkomplain tanpa mengambil solusi tepat," ulasnya.

Kedua adalah sikap tidak mau mengalah. Jamaah bukanlah arena kompetisi, tapi justru tempat mengasah keikhlasan. Termasuk ikhlas dalam menerima pendapat kawan. Apalagi bila keputusan sudah diambil oleh jamaah, maka harus diterima dengan penuh kesadaran.

"Tentu sulit membuat keputusan yang tepat 100 persen dan memuaskan semua pihak. Kalau kita bisa mengalah, kenapa tidak berusaha menerima keputusan jamaah? Apalagi bila tak ada cacat menurut syariat Islam," bebernya.

Ketiga adalah mencari kawan senasib. Biasanya ketika sudah mulai merasa tidak betah dengan jamaah, ada saja yang kemudian kasak-kusuk untuk mencari kawan senasib. Sama-sama komplain dan kecewa terhadap jamaah. "Tahukah, biasanya kawan seperti itu selalu ada! Ini membuat kita menjadi buta bahwa sebenarnya masih banyak kebaikan-kebaikan dalam jamaah. Akumulasi kekecewaan akhirnya membesar dan melahirkan sikap apatis lalu keluar dari jamaah," paparnya.

"Ingatlah kewajiban dan kemuliaan dakwah. Ingat pula, Allah SWT adalah tujuan kita berdakwah. RidhaNya yang kita cari, buka ridha rekan dakwah, ridha atasan," tambahnya.

Keempat, sibuk sendiri. Cinta akan semakin dalam bisa karena kebersamaan. Manakala sudah sibuk sendiri, jarang menghadiri liqo'-liqo', atau acara-acara jamaah seperti masiroh, tabligh Akbar, dan sebagainya. Lama-lama akan mati rasa terhadap jamaah. "Maka luangkan waktu untuk hadiri acara liqo', tabligh, aksi masiroh dan sebagainya. Insya Allah gelora kebersamaan dan perjuangan akan semakin kuat. Jangan sampai kesibukan duniawi merampas hidayah yang Allah sudah karuniakan kepada kita," ungkapnya.

Kelima adalah adanya anggapan hidup sendiri itu enak. Orang yang sudah merasa tereliminasi dalam kelompok, biasanya akan berpikir demikian. Menimbang-nimbang untung rugi untuk segera memutuskan hubungan dari jamaah. "Ketika ia merasa jamaah sudah tak memuaskan lagi, sering membuat kecewa, ia pun sudah mulai sibuk dengan dunianya sendiri, maka ia akan mantap untuk menuju pintu keluar," tukasnya.

"Hal yang tidak diketahui oleh mereka yang berpikir untuk keluar adalah tidak mudah mempertahankan sikap istiqomah dalam syariat dan dakwah jika berjuang sendirian," ulasnya.

Ia menilai bahwa mungkin ada sedikit orang yang kemudian eksis bergerak di jalan dakwah secara sendirian, tetapi sebagian besar fitur. Rontok digerus roda kehidupan kapitalisme yang kejam. "Masih mempertahankan keislaman secara individu saja sudah alhamdulillah, tidak sedikit malah yang seperti hilang bekas-bekas pembinaan keislamannya. Anda akan pangling saat bertemu mereka, seolah belum pernah tersentuh dakwah Islam," simpulnya.

"Tidak gampang mempertahankan kepribadian Islam saat hidup sendiri, apalagi keluar dari kehidupan berjamaah dengan perasaan dendam. Celakanya dendam itu ditumpahkan bukan saja kepada rekan-rekan jamaah yang telah melukai perasaannya, tapi justru kepada diri sendiri dan kepada Islam," cecarnya.

Ia menambahkan bahwa memang tidak mudah menata diri dalam jamaah. "Perlu keterampilan jiwa untuk menerima kehadiran orang lain dalam hidup kita. Bersabar, saling bersangka baik dan saling menghormati adalah beberapa skill yang harus disiapkan dalam kehidupan berjamaah. Janganlah menjadi insan yang gampang patah harapan terhadap jamaah, tetapi juga janganlah menjadi sosok yang suka mematahkan harapan orang lain," tegasnya.

"Bagaimanapun juga, hidup berjamaah jauh lebih baik. Akan selalu ada kawan yang menyertai kita dalam kehidupan. Siap meluruskan manakala ada kesalahan, dan siap membantu dalam kebenaran," pungkasnya.[] Ajirahb
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :