Tinta Media - Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia makin masiv, hutan dihabisi, bahkan hutan lindung juga dimakan, lahan hutan telah habis untuk menanam sawit dan menambang Batubara. Sebelum menanam sawit terlebih dahulu telah ditebangi pohonnya, kayu bernilai ratusan triliun dibabat habis.
Tapi kemana uang hasil jual sawit, Batubara, minyak dan gas yang dieksploitasi habis habiskan dari bumi Indonesia ini? Kemana uang hasil ekspor ini mengalir? Kemana kekayaan hasil penjarahan bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya ini dibawa kabur? Hingga tidak ada sepeserpun yang disimpan di Indonesia, di bank bank di dalam negeri.
Bayangkan saja cadangan devisa indonesia menurun disaat mabok SDA oligarki Indonesia. Cadangan devisa boro-boro turun. Sesuatu yang selalu diusahakan diperjuangkan oleh presiden Jokowi. Cadangan devisa alias uang masuk hasil ekspor lah kok malah menurun.
*Data Bank Indonesia menunjukkan cadangan devisa april 2022 senilai 135,7 miliar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa april 2021 sebesar 138,8 miliar dollar AS.* Turun kakang Mas!
Seharusmya cadangan devisa bertambahlah barang _ceban_ atau _gopek_ ditengah hingar hingar kenaikan harga komoditas global, terutama kenaikan harga komoditas menjadi andalan Indonesia. Harga Batubara lompat ke 400 dolar per ton, yang dulu hanya 60 dolar per ton. Harga sawit melompat ke 6700 ringgit seton, yang tahun lalu hanya 4000 ringgit per ton.
Astaga! Uang dari dua komoditi itu saja yakni Batubara bisa senilai 240 miliar dolar dan dari sawit bisa mencapai 335 miliar ringit. Dari batubara bisa dapat cuan devisa 3480 triliun dan dari sawit bisa dapat kepeng 1115 triliun rupiah. Ini belum Nickel, Timah. Emas, perak, tembaga. Luar biasa besar uang hasil keruk SDA negeri ini.
Kita memang hanya bisa meneteskan air liur. Oleh karena SDA ini bukan punya negara tapi punya oligarki dan taipan maka uang hasil keruk SDA memang tidak ada hubungannya dengan negara. Uang hasil keruk SDA tidak dibagi pada negara. Walaupun demikian presiden bisa minta tolong pada oligarki dan taipan untuk simpan uangnya di dalam negeri, ditaru di bank bank dalam negeri, ditaru di bank bank BUMN. Dengan demikian uang tidak terlalu kering seperti sekarang ini.
Nantinya kalau bank bank banyak uang, BUMN bisa minjam ke bank. Selain itu bank bisa menyisihkan untuk anak yatim. fakir miskin, janda janda tua. Jadi dengan demikian tidak ada satu anak Indonesia yang kelaparan pagi pagi mengais makanan dari sisa sisa. *Ayo lah negara bikin Kementerian Anak Yatim Fakir Miskin dan Janda Tua yang dananya disisihkan 10 persen dari hasil eksplotasi SDA.* Insha Allah kekayaan alam Indonesia akan tambah banyak dan tak habis habisnya.
Oleh: Salamuddin Daeng
Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)
Tapi kemana uang hasil jual sawit, Batubara, minyak dan gas yang dieksploitasi habis habiskan dari bumi Indonesia ini? Kemana uang hasil ekspor ini mengalir? Kemana kekayaan hasil penjarahan bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya ini dibawa kabur? Hingga tidak ada sepeserpun yang disimpan di Indonesia, di bank bank di dalam negeri.
Bayangkan saja cadangan devisa indonesia menurun disaat mabok SDA oligarki Indonesia. Cadangan devisa boro-boro turun. Sesuatu yang selalu diusahakan diperjuangkan oleh presiden Jokowi. Cadangan devisa alias uang masuk hasil ekspor lah kok malah menurun.
*Data Bank Indonesia menunjukkan cadangan devisa april 2022 senilai 135,7 miliar dolar. Bandingkan dengan cadangan devisa april 2021 sebesar 138,8 miliar dollar AS.* Turun kakang Mas!
Seharusmya cadangan devisa bertambahlah barang _ceban_ atau _gopek_ ditengah hingar hingar kenaikan harga komoditas global, terutama kenaikan harga komoditas menjadi andalan Indonesia. Harga Batubara lompat ke 400 dolar per ton, yang dulu hanya 60 dolar per ton. Harga sawit melompat ke 6700 ringgit seton, yang tahun lalu hanya 4000 ringgit per ton.
Astaga! Uang dari dua komoditi itu saja yakni Batubara bisa senilai 240 miliar dolar dan dari sawit bisa mencapai 335 miliar ringit. Dari batubara bisa dapat cuan devisa 3480 triliun dan dari sawit bisa dapat kepeng 1115 triliun rupiah. Ini belum Nickel, Timah. Emas, perak, tembaga. Luar biasa besar uang hasil keruk SDA negeri ini.
Kita memang hanya bisa meneteskan air liur. Oleh karena SDA ini bukan punya negara tapi punya oligarki dan taipan maka uang hasil keruk SDA memang tidak ada hubungannya dengan negara. Uang hasil keruk SDA tidak dibagi pada negara. Walaupun demikian presiden bisa minta tolong pada oligarki dan taipan untuk simpan uangnya di dalam negeri, ditaru di bank bank dalam negeri, ditaru di bank bank BUMN. Dengan demikian uang tidak terlalu kering seperti sekarang ini.
Nantinya kalau bank bank banyak uang, BUMN bisa minjam ke bank. Selain itu bank bisa menyisihkan untuk anak yatim. fakir miskin, janda janda tua. Jadi dengan demikian tidak ada satu anak Indonesia yang kelaparan pagi pagi mengais makanan dari sisa sisa. *Ayo lah negara bikin Kementerian Anak Yatim Fakir Miskin dan Janda Tua yang dananya disisihkan 10 persen dari hasil eksplotasi SDA.* Insha Allah kekayaan alam Indonesia akan tambah banyak dan tak habis habisnya.
Oleh: Salamuddin Daeng
Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)