Sebut Khilafah Utopia, Penentang Khilafah Bertentangan dengan Tindakannya - Tinta Media

Rabu, 11 Mei 2022

Sebut Khilafah Utopia, Penentang Khilafah Bertentangan dengan Tindakannya


Tinta Media  - “Sikap para penentang khilafah yang menyebut khilafah utopia bertentangan dengan tindakannya,” tutur Sastrawan Politik Ahmad Khozinuddin pada Tinta Media, Selasa (10/5/2022).

Menurutnya, sebagai sesuatu yang utopia, semestinya para penentang khilafah tak perlu risau bahkan secara sistematis, masif dan brutal menghadang kampanye penegakkan khilafah.

Ahmad memisalkan khilafah yang dianggap utopia itu seperti seorang gadis merindukan memeluk bulan. “Maka, tak perlu risau dengan ikhtiar sang gadis yang berusaha membangun tangga, menyusuri gunung-gunung untuk dapat mencapai rembulan. Sudah dapat dipastikan, ikhtiar mencapai rembulan dan memeluknya adalah sia-sia belaka. Karena visi memeluk bulan itu utopia adanya,” ujarnya.

“Sayangnya, sikap penentang khilafah, termasuk rezim yang membubarkan ormas Islam yang memperjuangkan khilafah justru mengonfirmasi khilafah serius dapat ditegakkan dan bukanlah utopia. Khilafah bukanlah utopia seperti cerita gadis yang rindu memeluk rembulan,” ungkapnya.

Ia memberikan argumen bahwa secara faktual, realitasnya sistem tidak pernah ada yang usang. Setiap sistem hanya menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sistem kerajaan misalnya, dari dulu sudah ada, dan hingga kini masih tetap eksis. Dari sejak era Kerajaan Sulaiman, Kerajaan Persia dan Romawi, semuanya menggunakan sistem kerajaan.

“Hari ini, ada Kerajaan Inggris, Kerajaan Saudi Arabia, Kerajaan Malaysia, Kerajaan Kuwait, Kerajaan, Liechtenstein, Kerajaan Qatar, Kerajaan Uni Emirat Arab (UEA), Kerajaan Belanda, Kerajaan Swaziland, Kerajaan Brunei Darussalam dan yang lainnya, masih tetap eksis di era now,” paparnya.  

Ia menilai, sistem Republik Demokrasi yang diklaim modern, pada faktanya adalah kelanjutan dari sistem pemerintahan jadul (jaman dulu). Demokrasi telah eksis sejak abad ke-5 SM sebagai satu sistem politik negara-kota di Yunani, salah satunya Athena.

“Jadi, demokrasi itu modern hanyalah klaim, faktanya jadul. Bahwa demokrasi hari ini telah mengalami banyak penyesuaian iya, namun faktanya tidak lepas dari ide kedaulatan rakyat yang telah eksis sejak demokrasi ditelurkan di Yunani, pada era ke-5 SM,” ungkapnya.  

Menurutnya, posisinya sama dengan sistem kerajaan. Meskipun terdapat banyak kombinasi dan penyesuaian, ide utama sistem kerajaan tetap melekat yakni kedaulatan ada di tangan Raja.

Adapun sistem Khilafah, lanjutnya, justru kemunculannya jauh lebih modern ketimbang sistem kerajaan maupun republik demokrasi. Khilafah ada sejak mangkatnya Rasulullah SAW yaitu melanjutkan sistem pemerintahan Islam yang diwariskan Rasulullah Saw, dengan ide utama kedaulatan ditangan Syara'.

“Dalam sistem Islam, sistem negara Khilafah, yang berdaulat bukan raja, bukan pula rakyat, melainkan syariat Islam. Halal haram bukan ditentukan oleh raja, bukan pula oleh rakyat, melainkan berdasarkan ketetapan hukum Syara',” tegasnya.  

“Karena itu, dalam kehidupan ini yang terjadi bukanlah hilangnya sebuah peradaban secara permanen, melainkan hanya terjadi siklus perubahan peradaban,” simpulnya.

Ahmad mengutip teori Polibios, murid Aristoteles, yang menyatakan bahwa bentuk pemerintahan monarkhi, oligarkhi dan demokrasi berlangsung silih berganti berupa siklus, berputar dan pada gilirannya akan kembali ke asal. “Teorinya ini dikenal dengan nama Siklus,” tukasnya.  

“Sementara itu Rasulullah SAW  dalam hadis riwayat Imam Ahmad menyatakan kabar siklus kekuasaan, dari Zaman Kenabian, Zaman Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwah, Zaman Mulkan Adzon, Zaman Mulkan Jabariyatan, hingga akhirnya siklusnya kembali kepada Zaman Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwah. Kemudian, beliau SAW  terdiam,” imbuhnya.  

Tentu kedudukan Rasulullah SAW bukan sekedar berteori seperti Polibios, kata Ahmad melanjutkan, Rasulullah Saw membawa Wahyu, dan konsekuensi Wahyu adalah pasti benar. Berbeda dengan teori-teori manusia yang bisa benar bisa juga keliru.

Jadi, persiapkan diri anda untuk memasuki siklus Khilafah “ala Minhajin Nubuwah, di ujung kekuasaan zalim, kekuasaan diktator, kekuasaan mulkan jabariyatan sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw. “Dan pastikan, Anda menjadi bagian dari pejuang khilafah, bukan malah menjadi penentangnya,” himbaunya.  

“Sebab, penentangan Anda pada khilafah tidak bernilai. Takdir kembalinya khilafah, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah SAW akan segera bermula, dalam waktu dekat, dan tidak akan menunggu lama. Insya Allah,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :