Sambutan Elon Musk terhadap kedatangan Presiden Joko Widodo ke kantornya, dinilai Sastrawan Politik Ahmad Khozinudin sebagai pelecehan terhadap kewibawaan bangsa dan negara Indonesia.
“Menurut saya, posisi Pak Presiden yang mendatanginya, bukan dia yang dikunjungi, dengan segala perangkat negara ikut hadir mendampingi beliau, dan juga pakaian beliau resmi, tapi hanya diterima dengan kaos, dengan gaya apa adanya, ini menurut saya, pelecehan terhadap kewibawaan bangsa dan negara kita,” tuturnya pada acara live:Elon Musk, Jokowi & Imperialisme Kapitalis Global, Senin(16/05/2022) di kanal YouTube AK Channel, Ahmad Khozinudin Channel.
Menurutnya, Jokowi mewakili negara dengan penduduk 185 juta dengan luas negara yang luar biasa dari sabang sampai merauke, semestinya membawa entitas negara ini. "Tidak hanya mencari kesejahteraan berinteraksi dengan negara dan bangsa dunia tapi juga mencari wibawa. Justru kebutuhan basic yang lebih tinggi ketimbang sekedar urusan perut adalah harga diri, kewibawaan. Dan saya kira, hari ini Bapak Presiden telah menjatuhkan marwah dan wibawa bangsa Indonesia dalam kunjungannya ke kantor Elon Musk, terlepas kita belum tahu hasilnya apa,” nilainya.
Ia berpendapat bahwa pebisnis tidak butuh diyakinkan dengan simbol negara. “Pebisnis itu diyakinkan dengan prospek daripada bisnis itu sendiri. Nah sekarang apa prospektif yang akan ditawarkan?” tanyanya.
Ia memaparkan memang Indonesia negara terbesar ke-2 di dunia yang menghasikan nikel. "Sekarang nikel menjadi sumber energi yang luar biasa seiring dengan adanya migrasi sumber energi yang sebelumnya minyak, fosil yang menimbulkan polusi. Ada migrasi ke sumber energi listrik yang salah satu alat untuk penyipanannya adalah baterai. Bahan utama baterai untuk energi listrik itu memeang nikel. Elon Musk memang pemilik mobil Tesla. produsen terdepan kalau untuk mobil listrik. Itu mamang sangat membutuhkan bahan baku nikel untuk industri mobil dia," bebernya.
“Persoalannya, apakah kemudian, ketika tesla ditawari bahan baku nikel dari Indonesia lebih prospektif ketimbang pasokan bahan baku mobil tesla hari ini? kita kan belum hitung kebutuhan Tesla berapa. Segede-gedenya tentu dia tidak bisa menyerap seluruh hasil nikel kita yang begitu besar,” paparnya.
Menurutnya, Tesla akan mikir, membeli dari Indonesia itu sebagai penambang atau sebagai bahan baku? “Kalau membeli bahan baku, kan tidak harus dari Indonesia. Kalau menambang, dia kan harus berpikir lebih jauh lagi. Apakah segala hal yang berkaitan dengan proses penambangan, kalau dia mau masuk ke hulu, tidak sekedar beli untuk mobil listriknya, jadi penambang nikelnya,” jelasnya.
“Faktanya tambang sudah dikuasai Cina, mayoritas,” tambahnya.
Ia membaca Indonesia sedang marketing produk nikel dari Cina. “Bukan berarti untuk kepentingan bangsa dan negara kita. Kecuali nikel itu milik Indonesia semua, BUMN yang kuasai, barulah bisa. Ini kan nikelnya bukan milik kita,” tuturnya.
“Saya juga tidak terlalu respektif terhadap Tesla untuk beli nikel Indonesia. Karena dia punya standar yang lumayan, dalam menentukan bahannya benar-benar diambil dengan proses yang tinggi, pengambilan dan ramah terhadap alam,” lanjutnya.
Tapi, menurutnya bisa jadi Tesla tidak peduli dengan prosesnya, tapi harga yang murah. “Namun, jika itu terjadi, siapa yang diuntungkan? Apakah rakyat Indonesia, atau perusahaan-perusahaan Cina, atau kapitalis-kapitalis pribumi, yang juga ikut nyambi dapat selisih-selisih biaya?” ungkapnya.
“Ini yang sebenarnya Indonesia tidak dapat apa-apa. Ini merupakan bagian dari imperialisme global yang justru dikasih karpet merah. Kalau memang itu nanti terjadi, ini memberi karpet merah baik bagi penambang yang mayoritas dikuasai cina, dan juga kapitalisme global yang butuh pasokan bahan baku,” bebernya lebih lanjut.
Ia mengingatkan tentang visi untuk membangun. “Katanya harus memberikan keunggulan bagi bangsa kita, kalau memang punya visi untuk membangun, ya tidak ngundang Tesla, tapi mendorong anak bangsa kita untuk bisa melakukan penelitian untuk memproduksi sendiri baterai bahkan mobil listriknya,” tegasnya.
Ahmad Khozinudin juga mengingatkan peran negara untuk melayani rakyat, mensejahterakan rakyat, memberikan perlindungan dan keamanan bagi rakyat.
“Itu substansi atau inti daripada fungsi negara. Melayani rakyat untuk mensejahterakan dan melindungi. Kalau perlindungan kan berarti keamanan, kalau mensejahterakan berarti memenuhi hajat rakyat, sandang, pangan, papan, itu kan hajat yang kemudian harus dipenuhi oleh negara,” jelasnya.
Menurutnya, sekarang negara sudah ditunggangi kapitalisme. “Maka fungsi negara sudah melenceng dari fungsi awal yang harusnya menjadi pelayan rakyat menjadi pelayan korporasi,” ungkapnya.
“Nah dalam konteks Elon Musk nanti kan berarti negara menjadi sales untuk menghubungkan kepentingan kapitalisme global dengan kapitalisme lokal domestik,” tandasnya.[]Raras
“Menurut saya, posisi Pak Presiden yang mendatanginya, bukan dia yang dikunjungi, dengan segala perangkat negara ikut hadir mendampingi beliau, dan juga pakaian beliau resmi, tapi hanya diterima dengan kaos, dengan gaya apa adanya, ini menurut saya, pelecehan terhadap kewibawaan bangsa dan negara kita,” tuturnya pada acara live:Elon Musk, Jokowi & Imperialisme Kapitalis Global, Senin(16/05/2022) di kanal YouTube AK Channel, Ahmad Khozinudin Channel.
Menurutnya, Jokowi mewakili negara dengan penduduk 185 juta dengan luas negara yang luar biasa dari sabang sampai merauke, semestinya membawa entitas negara ini. "Tidak hanya mencari kesejahteraan berinteraksi dengan negara dan bangsa dunia tapi juga mencari wibawa. Justru kebutuhan basic yang lebih tinggi ketimbang sekedar urusan perut adalah harga diri, kewibawaan. Dan saya kira, hari ini Bapak Presiden telah menjatuhkan marwah dan wibawa bangsa Indonesia dalam kunjungannya ke kantor Elon Musk, terlepas kita belum tahu hasilnya apa,” nilainya.
Ia berpendapat bahwa pebisnis tidak butuh diyakinkan dengan simbol negara. “Pebisnis itu diyakinkan dengan prospek daripada bisnis itu sendiri. Nah sekarang apa prospektif yang akan ditawarkan?” tanyanya.
Ia memaparkan memang Indonesia negara terbesar ke-2 di dunia yang menghasikan nikel. "Sekarang nikel menjadi sumber energi yang luar biasa seiring dengan adanya migrasi sumber energi yang sebelumnya minyak, fosil yang menimbulkan polusi. Ada migrasi ke sumber energi listrik yang salah satu alat untuk penyipanannya adalah baterai. Bahan utama baterai untuk energi listrik itu memeang nikel. Elon Musk memang pemilik mobil Tesla. produsen terdepan kalau untuk mobil listrik. Itu mamang sangat membutuhkan bahan baku nikel untuk industri mobil dia," bebernya.
“Persoalannya, apakah kemudian, ketika tesla ditawari bahan baku nikel dari Indonesia lebih prospektif ketimbang pasokan bahan baku mobil tesla hari ini? kita kan belum hitung kebutuhan Tesla berapa. Segede-gedenya tentu dia tidak bisa menyerap seluruh hasil nikel kita yang begitu besar,” paparnya.
Menurutnya, Tesla akan mikir, membeli dari Indonesia itu sebagai penambang atau sebagai bahan baku? “Kalau membeli bahan baku, kan tidak harus dari Indonesia. Kalau menambang, dia kan harus berpikir lebih jauh lagi. Apakah segala hal yang berkaitan dengan proses penambangan, kalau dia mau masuk ke hulu, tidak sekedar beli untuk mobil listriknya, jadi penambang nikelnya,” jelasnya.
“Faktanya tambang sudah dikuasai Cina, mayoritas,” tambahnya.
Ia membaca Indonesia sedang marketing produk nikel dari Cina. “Bukan berarti untuk kepentingan bangsa dan negara kita. Kecuali nikel itu milik Indonesia semua, BUMN yang kuasai, barulah bisa. Ini kan nikelnya bukan milik kita,” tuturnya.
“Saya juga tidak terlalu respektif terhadap Tesla untuk beli nikel Indonesia. Karena dia punya standar yang lumayan, dalam menentukan bahannya benar-benar diambil dengan proses yang tinggi, pengambilan dan ramah terhadap alam,” lanjutnya.
Tapi, menurutnya bisa jadi Tesla tidak peduli dengan prosesnya, tapi harga yang murah. “Namun, jika itu terjadi, siapa yang diuntungkan? Apakah rakyat Indonesia, atau perusahaan-perusahaan Cina, atau kapitalis-kapitalis pribumi, yang juga ikut nyambi dapat selisih-selisih biaya?” ungkapnya.
“Ini yang sebenarnya Indonesia tidak dapat apa-apa. Ini merupakan bagian dari imperialisme global yang justru dikasih karpet merah. Kalau memang itu nanti terjadi, ini memberi karpet merah baik bagi penambang yang mayoritas dikuasai cina, dan juga kapitalisme global yang butuh pasokan bahan baku,” bebernya lebih lanjut.
Ia mengingatkan tentang visi untuk membangun. “Katanya harus memberikan keunggulan bagi bangsa kita, kalau memang punya visi untuk membangun, ya tidak ngundang Tesla, tapi mendorong anak bangsa kita untuk bisa melakukan penelitian untuk memproduksi sendiri baterai bahkan mobil listriknya,” tegasnya.
Ahmad Khozinudin juga mengingatkan peran negara untuk melayani rakyat, mensejahterakan rakyat, memberikan perlindungan dan keamanan bagi rakyat.
“Itu substansi atau inti daripada fungsi negara. Melayani rakyat untuk mensejahterakan dan melindungi. Kalau perlindungan kan berarti keamanan, kalau mensejahterakan berarti memenuhi hajat rakyat, sandang, pangan, papan, itu kan hajat yang kemudian harus dipenuhi oleh negara,” jelasnya.
Menurutnya, sekarang negara sudah ditunggangi kapitalisme. “Maka fungsi negara sudah melenceng dari fungsi awal yang harusnya menjadi pelayan rakyat menjadi pelayan korporasi,” ungkapnya.
“Nah dalam konteks Elon Musk nanti kan berarti negara menjadi sales untuk menghubungkan kepentingan kapitalisme global dengan kapitalisme lokal domestik,” tandasnya.[]Raras