Pangkal Masalah Penumpukan Sampah Akibat Pola Hidup Konsumtif - Tinta Media

Kamis, 19 Mei 2022

Pangkal Masalah Penumpukan Sampah Akibat Pola Hidup Konsumtif


Tinta Media - “Penumpukan sampah bukan hanya lahir dari kegiatan manusia, peningkatan jumlah penduduk, momen tertentu atau musim tertentu. Pangkal dari permasalahan ini muncul dari pola hidup konsumtif masyarakat,” tutur narator dalam serba-serbi MMC: Gaya Hidup Konsumtif Kapitalisme Menimbulkan Masalah Sampah di kanal Youtube Muslimah Media Center, Senin  (16/5/2022).

Pola perilaku konsumtif seperti itu sebenarnya dampak turunan sebuah cara pandangan kehidupan, lanjut narator. Cara pandang hidup masyarakat saat ini dipengaruhi oleh ideologi kapitalisme. Ideologi barat ini menjadikan kepuasan individual sebagai tolak ukur kebahagiaan sehingga muncullah pola hidup konsumtif. “Tak terbersit sedikitpun mereka berpikir bahwa harta yang dimiliki dan dikonsumsi ada pertanggungjawabannya kelak di hari akhirat,” paparnya.

Ideologi kapitalis lahir dari aqidah sekulerisme, sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan, sambung narator. Sehingga apabila solusi sampah hanya berputar diantisipasi dampak tanpa mengatasi akar masalah, yaitu mindet konsumtif solusi tersebut seperti solusi tambah sulam. “Faktanya sudah beragam solusi dan inovasi ditawarkan, namun sampah saat ini belum ada yang efektif menangani permasalahan sampah,” tegasnya.

Oleh karena itu, pola konsumtif masyarakat harus diubah dan diganti dengan pola konsumsi yang tepat dan benar. Konsep pola konsumsi itu ada dalam islam, jelas narator. Islam mendorong produktivitas dan tidak melarang konsumsi, namun, islam mendorong manusia memiliki gaya hidup bersahaja. Mengkonsumsi sesuai kebutuhan dan melarang menumpuk barang tanpa pemanfaatan. “Semua itu dilakukan bukan berdasarkan manfaat yang mereka rasakan. Lebih dari itu, mereka melakukan karena keimanan,” paparnya.

Dari sisi individu, lanjut narator, Islam mengajarkan mereka memiliki kesadaran terhadap pola konsumsi mereka karena apa yang mereka belanjakan dan konsumsi ada pertanggungjawaban di akhirat. Dan dari segi masyarakat dan negara, tak akan menyuburkan pola konsumtif masyarakat kapitalis. “Tolak ukur kebahagiaan bukan kepuasan dengan membeli barang apapun melainkan bisa bersedekah kepada yang lain, membantu mereka yang membutuhkan untuk meraih ridho Allah,” pungkasnya.

Industri periklanan dan media akan diatur oleh negara agar tak menampilkan tayangan  persuasive pola hidup konsumtif, jelas narator, masyarakat akan diajak mengkonsumsi produk sesuai dengan kebutuhan. Masyarakat juga akan diedukasi untuk memiliki kesadaran memilah sampah berdasarkan jenisnya. Selanjutnya negara akan mengatur kota dan desa agar sampah dari hasil konsumsi normal masyarakat  bias dikumpulkan di tempat khusus. “Dengan teknologi canggih, sampah akan dikelola oleh negara agar tidak mencemari lingkungan. Inilah solusi yang ditawarkan oleh Islam, namun, individu, masyarakat dan negara yang demikian tak akan terwujud kecuali dalam sistem islam yang menerapkan islam kaffah, yaitu daulah khilafah,” pungkasnya.[] Khaeriyah Nasruddin
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :