Tinta Media - Bahagia sekali pada ahad (22/5) penulis bisa berkunjung dan bersilaturahmi dengan segenap pejuang syariah Islam dan Khilafah di Bogor. Bahkan, ada rasa haru dan sikap batin yang sedikit terisak, bukan karena sedih namun karena saking bahagianya, melihat keluarga pejuang begitu rukun, saling menyayangi, bersatu bagaikan satu bangunan yang kokoh.
Sesekali, terlihat anak-anak pejuang Syariah & Khilafah hilir mudik meramaikan suasana. Tanda, bahwa perjuangan ini sudah berumur, dan tanda Allah SWT berikan pemuliaan dengan keistiqomahan tetap berada dalam barisan pejuang, tetap Istiqomah menegakkan Islam, mendakwahkan syariah & Khilafah.
Biasa saja, ada sebagian yang kadang merasa capai, menepi dan sesekali istirahat. Namun, setelah raga kembali pulih, jiwa kembali menyala, kobaran semangat perjuangan kembali menuntunnya untuk kembali mengarungi samudera dakwah.
Bahkan, ada beberapa buah busuk yang rontok. Kadang, pohon dakwah ini memang harus digoyang dengan kuat, agar buah busuk itu rontok dan terpisah dari buah yang baik. Bagian dari eliminasi dan seleksi yang alamiah, hingga yang tetap bertahan adalah mereka yang terpilih dan telah memilih untuk komitmen dalam jama'ah dakwah.
Rasanya, penulis ingin menyampaikan kembali beberapa pesan dan nasehat yang sejatinya bukan hanya dibaca dan berguna untuk pembaca, melainkan juga berlaku sebagai bahan kontemplasi dan muhasabah bagi diri penulis sendiri.
Secara umum, ada beberapa hal yang ingin kembali penulis tegaskan dan tambahkan, yaitu :
*Pertama,* ukuran kesuksesan dakwah kita adalah manakala kita mampu melalui seluruh ujian dakwah dan akhirnya mampu melangkahkan kaki kita ke surga, bersama segenap keluarga yang kita cintai. Karena itu, selama masih dalam alam dunia, harus selalu hadir sikap waspada, ada ruh yang selalu mengontrol kehidupan kita, dan tidak mudah puas dengan capaian amal.
Sebaliknya, kita harus tamak dan loba terhadap amal. Setelah satu amal dilakukan, segera untuk merencanakan amal yang lain. Begitu seterusnya.
Pendek kata, tidak ada kata istirahat dalam dakwah. Kita, hanya akan beristirahat setelah kaki kita memasuki pintu surga, insyaallah.
*Kedua,* tidak ada dakwah tanpa ujian. Apalagi, dakwah menegakkan syariah & Khilafah. Namun yakinlah, tidak ada ujian yang berat, sebab Allah SWT telah menakar kemampuan hamba-Nya.
Setiap Allah SWT berikan ujian, harus ada keyakinan bahwa Allah SWT pasti berikan pertolongan, dan ujian tersebut mampu atau masih dalam takaran kapasitas yang kita miliki. Dalam hal ini, kita tidak perlu meminta dijauhkan dari ujian, tetapi teruslah memohon agar Allah SWT selalu berikan pertolongan.
Seberapa besar ujian yang didalamnya terdapat pertolongan Allah SWT ? Jangan dianggap kecil ujian, yang tidak ada pertolongan Allah SWT didalamnya. Lagipula, semakin diuji, kapasitas diri semakin teruji.
*Ketiga,* kepada para istri pejuang syariah & Khilafah, ketahuilah suamimu adalah pejuang. Jadilah bahan bakar yang menambah semangat dan laju perjuangan, bukan malah menambah beban.
Persiapkan diri menjadi istri pejuang yang siap setiap saat ditinggal pergi untuk berdakwah, berjihad di jalan Allah SWT. Dan persiapkan diri dengan kabar baik, bahwa setiap pahala dakwah dan jihad yang diperoleh suami, ada bagian istri didalamnya.
*Keempat,* kepada para suami, istrimu adalah pakaian mu, tanggung jawab mu, ibu dari anak-anakmu. Engkau telah memilih mereka menjadi ibu dari anak-anakmu, yang menjadi hak anak-anak mu.
Jika ingin memiliki istri yang Sholehah, anak yang Sholeh dan Sholehah, jadilah suami yang Sholeh. Jika ingin memiliki anak-anak pejuang, jadilah ayah yang pejuang.
*Kelima,* kepada segenap keluarga pejuang Islam yang tangguh, kita memiliki visi besar yakni menegakkan hukum Allah SWT. Menegakkan khilafah dan menaklukkan kota Roma.
Berbagilah peran, engkau yang menegakkan Khilafah dan sisakan kota Roma untuk ditaklukkan oleh anak-anak mu. Muhammad al Fatih telah berbaik hati, menyisakan kota Roma untuk ditaklukkan. Karena itu, segera tegakkan khilafah, agar engkau dapat mengirimkan anak-anak mu untuk pergi berjihad menaklukkan kota Roma.
Masyaallah, rasanya masih ingin terus bersama, bercengkrama dalam semangat persaudaraan karena dakwah. Namun, apa daya perpisahan tak terelakkan. Semoga, ini adalah konfirmasi pertemuan dan perpisahan karena Allah SWT.
Jadi teringat, salah satu hadits yang disampaikan oleh Guru kita dalam acara tersebut :
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ: أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . رواه أبو داود
Bahwa Umar bin Al Khathab berkata, “Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para nabi dan orang-orang yang mati syahid (syuhada). Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala.”
Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.”
Dan beliau membaca ayat ini: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (HR Abu Daud).
Semoga, kita termasuk orang-orang yang ada dalam keterangan hadist tersebut. Bertemu, berkumpul, dan berpisah karena Allah. Bertemu dan berkumpul dalam aktivitas dakwah untuk menegakkan syariah dan Khilafah. Amien. [].
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik