Tinta Media - Menanggapi masih langkanya minyak goreng curah di pasaran, Ekonom dari Forum Analis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA), Muhammad Hatta, S.E, M.M, menyampaikan bahwa ada yang lebih jahat dari mafia, yaitu kapitalis.
"Nah, ada yang lebih jahat lagi, saya pikir ini bukan mafia. Siapa itu? Kapitalis, para pemilik modal," tuturnya dalam acara Kabar Petang: Mafia Sudah Ditangkap, Minyak Goreng Kok Masih Langka? Di Kanal Youtube Khilafah News, Rabu (11/5/2022).
Menurutnya, FAKKTA (Forum Analis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran) memiliki data terkait para pemilik modal tersebut dari hulu ke hilir.
"Kami punya data, ada beberapa data yang kami kumpulkan, misalnya di sektor hulu. Di sisi hulu, persoalan CPO ini misalnya, 62% produksi CPO itu datang dari perkebunan besar swasta. Sementara, negara sendiri (perkebunan besar negara) itu hanya 5%, perkebunan rakyat 34%," terangnya.
Ia melanjutkan, ada data dari Transformasi untuk Keadilan Indonesia yang melakukan riset (penelitian) pada tahun 2013, bahwa ada 25 grup bisnis kelapa sawit yang dikendalikan oleh 29 Taipan.
"Nah, 29 grup bisnis inilah yang kemudian menguasai mayoritas bisnis CPO tadi, kelapa sawit itu di sektor hulu.
Di sektor hilir itu, menurut data Out Look dari Teknologi Pangan 2019 yang diterbitkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 70% kapasitas pemurnian CPO tadi itu kan setelah diolah ya, dikupas, dipabrik, kemudian dimurnikan, diolah lagi menjadi produk antara dan produk hilir. Itu, 70% kapasitasnya secara internasional itu hanya dikuasai oleh 8 pemain," paparnya.
"Jadi, kalau kemudian kita ingin mencari, kenapa ini (minyak goreng curah) bisa langka, coba tengok ke mereka. Berapa produksi mereka, berapa produksi mereka dalam akhir-akhir ini, beberapa bulan terakhir ini," tambahnya.
"Coba tengok produksi mereka, berapa ekspor mereka (kalau persoalan langka). Kalau persoalan mahal, ini beda lagi. Kalau persoalan langka, maka coba tengok produksi mereka. Apakah produksi mereka nambah, tetap, atau berkurang. Nah, inilah yang harus kita lakukan," tegasnya.
Hatta menuturkan, kalau ingin mencari siapa yang membuat masalah, menurutnya ada 8 pemain di sisi hilir. Sementara di sisi hulunya ada 25 grup bisnis yang dipegang oleh 29 Taipan.
"Nah, itu data-datanya. Jadi, kalau baru satu, dua, tiga, kayaknya itu perlu dikejar lagi," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka
"Nah, ada yang lebih jahat lagi, saya pikir ini bukan mafia. Siapa itu? Kapitalis, para pemilik modal," tuturnya dalam acara Kabar Petang: Mafia Sudah Ditangkap, Minyak Goreng Kok Masih Langka? Di Kanal Youtube Khilafah News, Rabu (11/5/2022).
Menurutnya, FAKKTA (Forum Analis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran) memiliki data terkait para pemilik modal tersebut dari hulu ke hilir.
"Kami punya data, ada beberapa data yang kami kumpulkan, misalnya di sektor hulu. Di sisi hulu, persoalan CPO ini misalnya, 62% produksi CPO itu datang dari perkebunan besar swasta. Sementara, negara sendiri (perkebunan besar negara) itu hanya 5%, perkebunan rakyat 34%," terangnya.
Ia melanjutkan, ada data dari Transformasi untuk Keadilan Indonesia yang melakukan riset (penelitian) pada tahun 2013, bahwa ada 25 grup bisnis kelapa sawit yang dikendalikan oleh 29 Taipan.
"Nah, 29 grup bisnis inilah yang kemudian menguasai mayoritas bisnis CPO tadi, kelapa sawit itu di sektor hulu.
Di sektor hilir itu, menurut data Out Look dari Teknologi Pangan 2019 yang diterbitkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 70% kapasitas pemurnian CPO tadi itu kan setelah diolah ya, dikupas, dipabrik, kemudian dimurnikan, diolah lagi menjadi produk antara dan produk hilir. Itu, 70% kapasitasnya secara internasional itu hanya dikuasai oleh 8 pemain," paparnya.
"Jadi, kalau kemudian kita ingin mencari, kenapa ini (minyak goreng curah) bisa langka, coba tengok ke mereka. Berapa produksi mereka, berapa produksi mereka dalam akhir-akhir ini, beberapa bulan terakhir ini," tambahnya.
"Coba tengok produksi mereka, berapa ekspor mereka (kalau persoalan langka). Kalau persoalan mahal, ini beda lagi. Kalau persoalan langka, maka coba tengok produksi mereka. Apakah produksi mereka nambah, tetap, atau berkurang. Nah, inilah yang harus kita lakukan," tegasnya.
Hatta menuturkan, kalau ingin mencari siapa yang membuat masalah, menurutnya ada 8 pemain di sisi hilir. Sementara di sisi hulunya ada 25 grup bisnis yang dipegang oleh 29 Taipan.
"Nah, itu data-datanya. Jadi, kalau baru satu, dua, tiga, kayaknya itu perlu dikejar lagi," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka