Tinta Media - Ada narasi yang kembali digulirkan oleh salah seorang tokoh yang pernah menjadi saksi ahli sebagai pembela seorang penista agama. Padahal, apa yang dikatakan tersebut bukanlah sebuah fakta, melainkan hanya sebuah pengarusutamaan opini semata, seolah-olah sedang mencoba kembali menaikkan suhu dalam memusuhi perjuangan menegakkan kemuliaan Islam.
Dia mengatakan di salah satu akunnya bahwa menegakkan khilafah dan syari'at Islam adalah mimpi. Sebagai seorang yang sudah ditokohkan oleh sebuah ormas Islam, apakah mungkin dia tidak tahu bahwa khilafah itu adalah janji Allah (wa'dullah) dan juga kabar gembira yang dibawa Rasulullah (busyra Rasulillah)? Rasanya tidak mungkin, bukan?
Mengimani apa yang disampaikan oleh Allah Swt. dalam kitabullah seharusnya menjadi sebuah kepastian yang kita yakini kebenarannya.
Allah Swt. berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan) dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata" (TQS. Al Baqarah: 208).
Bagaimana mungkin masalah pokok (akidah) tidak dia ketahui?
Nah untuk mewujudkan kehidupan Islam secara kaafah dibutuhkan sebuah prasyarat berupa institusi legal yang melaksanakannya. Sebuah kaidah fiqih menyatakan:
"Apabila sebuah kewajiban tidak dapat terlaksana karena ketiadaan sesuatu maka keberadaan sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya."
Oleh karena itu, menegakkan khilafah ini adalah hukum syara' yang dibangun dari keyakinan pokok (akidah) Islam.
Menyerang pejuang khilafah dengan narasi bahwa khilafah adalah perkara akidah itu juga salah alamat. Justru hal itu semakin memperlihatkan bahwa orang tersebut tidak mau tahu perbedaan perkara akidah dan syari'ah, dikarenakan kebenciannya yang sangat terhadap penerapan Islam secara kaffah. Mengatakan bahwa khilafah dan syari'at sebagai mimpi jelas bukan pemikiran Islam.
Lalu, apa konsep lain yang dia tawarkan sebagai untuk melaksanakan kewajiban menerapkan Islam secara kaffah selain dengan khilafah? Tentu saja dia tidak punya. Ini karena secara akidah sudah sangat terbaca bahwa dia diduga kuat sebagai pengusung akidah sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Mana mungkin ia akan menerapkan Islam secara kaffah?
Bagaimana dengan konsep khilafah, apakah selain yang diperjuangkan oleh pengusung Islam ideologis selama ini, dia punya konsep selainnya? Lagi-lagi dia tidak akan punya. Hal itu karena dia bukan seorang mujtahid sehingga tidak memiliki fikrah dan thariqah penegakannya. Lagi pula, sebenarnya dia sedang mempertegas posisinya sebagai pembebek demokrasi yang dijajakan Barat, yaitu sebuah konsep kenegaraan kuno dari Yunani, alih-alih konsepnya sendiri.
Oleh karena itu, ketika saat ini pihak-pihak yang memusuhi penerapan syari'at Islam dengan metode penerapan yang keliru dan dangkal semakin ditampakkan Allah Swt., maka sesungguhnya hal tersebut merupakan cara Allah untuk memuliakan Islam dan para pejuangnya. Memusuhi syari'at Islam dan khilafah bagaikan menepuk air didulang lalu terpercik muka sendiri. Wallahu a'lam bishshawwab.
Oleh: Trisyuono Donapaste
Sahabat Tinta Media