Tinta Media - Prabowo maju pilpres? jelas kartu mati. Semua yang pernah dikecewakan, bukan hanya tidak akan memilih. Mereka, juga akan berkampanye masif agar tidak ada yang memilih Prabowo.
Kampanye dengan tendensi dendam seperti ini, lebih efektif dan tanpa butuh biaya. Kemarahan orang yang disakiti, yang telah berkorban banyak hal untuk Prabowo, akan membimbing mereka untuk berkorban sekali lagi agar Prabowo tidak terpilih.
Hal ini, juga akan dimanfaatkan oleh pesaing Prabowo. Lawan Prabowo, akan mendapatkan bahan kampanye gratis, bahkan gerakan politik yang memeloroti elektabilitas Prabowo tanpa perlu mengeluarkan duit.
Sementara itu, kubu Prabowo tak dapat membendung arus ini. Semakin dibendung, arus ini semakin meluap. Ibarat ular, Prabowo sedang melilit gergaji, semakin dililit semakin berdarah.
Sayangnya, pendukung Prabowo tak paham atas realitas politik ini. Jika mereka sadar, mereka tentu akan mengambil pilihan diam sambil mencari sekoci penyelamatan. Membangun relasi dengan kaum tua, diyakini akan dapat menjadi sekoci penyelamat, ketimbang melawan narasi penolakan terhadap Prabowo.
Apalagi, dalam politik era now, peserta politik bukan hanya partai politik. Ada jutaan netizen yang akan berkampanye secara mandiri, untuk menyalurkan aspirasi mereka.
Kalau tidak pandai memetakan arus perlawanan, salah mengambil strategi, Prabowo akan digulung arus kontra Prabowo, dengan menyanyikan kembali syair pengkhianatan pada pilpres 2019. Apalagi, bukti pengkhianatan itu tersimpan rapih dalam arsip sosial media.
Politik era now berbeda dengan politik era old. Politik era now lebih dinamis, dan kendali patron tidak mutlak seperti politik era old.
Politik yang sangat heterogen dan cair, dengan berbagai kepentingan dan dinamika politik, baik politik berbasis gerakan partai maupun gerakan keumatan. Siapapun yang memahami politik era now, tidak akan pernah berani menganggap sepele narasi yang beredar di sosial media.
Untuk menguliti elektabilitas Prabowo sangat mudah. Tinggal buka arsip lama, aransemen sedikit, terbitkan dengan nyanyian baru.
Tidak sulit bagi lawan politik Prabowo untuk menyerang dan mengeksploitasi kelemahan Prabowo. Diantara kelemahan yang paling nampak, adalah bahwa 'seekor kambing selamanya tidak akan pernah menjadi macan, hingga unta masuk ke lobang jarum'. [].
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik