Kiai Khozin: Inti Nasaihul Ibad adalah Nasihat-Nasihat - Tinta Media

Sabtu, 14 Mei 2022

Kiai Khozin: Inti Nasaihul Ibad adalah Nasihat-Nasihat


Pengasuh MT Nurul Iman Tanggulangin, Sidoarjo, Kiai Khozin Mubarok menerangkan, inti dari kitab Nashaihul Ibad adalah nasihat-nasihat.

"Kitabnya berupa nasihat, pencucian jiwa dalam bahasa yang lain, juga tergantung yang menamai dari sisi apa, tetapi intinya itu berupa nasihat-nasihat," terangnya dalam Kajian Perdana Kitab Nashaihul Ibad bersama Teman Yuk Ngaji Sidoarjo, Kamis (12/5/2022) di Mushalla Baburrayan.

Sebelumnya, berkenaan pencucian jiwa dimaksud, kata Kiai Khozin, bisa disebut juga dengan tasawuf atau nafsiyah (pola sikap).

Lebih lanjut, di dalam kajian yang rencananya digelar setiap bulan, Kamis pekan kedua tersebut, ia menerangkan Nashaihul Ibad dari segi nama yang merupakan jamak dari kata nashiha. Sehingga nashaihu berarti nasihat-nasihat.

Sedangkan ibad, lanjutnya, dari kata abdun, yang bermakna hamba. "Asal katanya abada, ya'budu, ibadata," jelasnya seraya menambahkan bahwa orang yang melakukan disebut abidun, dengan jamaknya ibadun.

"Sama dengan kayak nashiha, itu nasihat satu. Kalau nasihat-nasihat menjadi nashaihu. Dua kata yang dijadikan satu, nashaihul ibad, jadi nasihat-nasihat atas para hamba," tegasnya.

Kitab Nasaihul Ibad, menurut Kiai Khozin adalah kitab yang tidak asing. Bahkan menjadi andalan serta rujukan di pesantren-pesantren.

Penulisnya adalah Syekh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani, ulama besar yang lahir pada 1815 M di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. "Beliau ini salah satu ulama Jawa Nusantara yang kemudian sampai akhir hayat beliau menamatkan keilmuannya di Arab Saudi," sebutnya.

"(Pun) sampai menjadi imam Masjidil Haram," imbuhnya dengan mengatakan, ketika wafat, beliau dimakamkan di Al Ma'la, sebelah timur Masjidil Haram, yang juga merupakan komplek pemakaman istri Rasulullah SAW, Syayidatina Khadijah RA.

Semasa hidup, keilmuan Syekh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani tidak diragukan lagi. "Bahkan para ulama ada yang menggelarinya sebagai An Nawawi ats tsani (kedua). Di mana Imam An Nawawi yang pertama itu, beliau yang mensyarah Sahih Muslim," ungkapnya.

Atas dasar itu Kiai Khozin menuturkan, Imam An Nawawi asal Nusantara dimaksud pun tidak kalah cerdas dan 'alim. "Beliau juga kitabnya sangat produktif ternyata. Ratusan judul kitab telah beliau lahirkan. Bahkan pernah diuji di Al Azhar," bebernya.

Selain itu, lanjutnya, karya beliau juga sangat banyak. Mulai di bidang tafsir, tauhid, syarah hadits, termasuk Kitab Nasaihul Ibad, berikut kumpulan hadits Rasulullah SAW yang terkandung di dalamnya.

Beliau, Syekh Muhammad Imam Nawawi Al-Bantani, ia katakan juga banyak mencuplik maqalah para sahabat khulafaur rasyidin hingga tabi'in atau generasi setelah para sahabat.

Sebutlah masalah keilmuan dan ketakwaan yang secara ditimbang, kata Kiai Khozin seperti yang pernah disampaikan Rasulullah SAW, keimanan seluruh penduduk di dunia belum bisa menandingi beratnya keimanan Abu Bakar as-Shiddiq.

Belum lagi dari sisi keberanian, kedermawanan para sahabat dan generasi setelahnya. "Layak kalau Rasul sampai menyebut khairu ummatiy qarni (generasi terbaik di masa beliau SAW)" ucapnya.

Lantas menegaskan definisi generasi terbaik, tandasnya, tidak lain adalah generasi para sahabat yang memang dibina langsung oleh Rasulullah.

Namun di sisi lain, Kiai Khozin mengungkapkan, terdapat salah satu riwayat hadits yang menyatakan ada generasi jauh setelah tabi'in yang justru dianggap sebagai saudara oleh Rasulullah SAW, serta dipastikan mendapat ihtiram kemuliaan.

"Sungguh beruntung orang yang bisa menyaksikanku, dan beriman kepadaku. Tetapi dikatakan lagi, sungguh beruntung (sampai 7 kali Rasul mengatakan) bagi orang yang tidak menyaksikan aku tetapi mau beriman kepadaku," kutipnya dari hadist riwayat Bukhari.

Artinya, yang punya peluang sebagai umat dibanggakan di hadapan para sahabat, yang notabene Rasul membanggakan sahabat dengan sebaik-baiknya generasi adalah orang-orang yang menempuh jalan, 'ala manhaj an nubuwwah di masa setelah tabi'in hingga sekarang.

"Padahal belum ada waktu itu kan, masih nanti, masih jauh. Alhamdulillah kita ini (semoga) menjadi generasi terbaik," harapnya.

Berlanjut mengawali kajian Kitab Nasaihul Ibad, Kiai Khozin di dalam muqaddimah berharap, para pengemban dakwah Islam kafah senantiasa menjadi pribadi-pribadi seperti halnya dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.

"Mempunyai sifat-sifat yang bagus nantinya, yang ini juga kita butuhkan dalam rangka untuk li i'la'i kalimatillah, yang mengagungkan kalimat Allah SWT. Terutama dalam memahami Islam dengan benar yang tidak berhenti di situ, juga nanti kita sampaikan kepada masyarakat banyak, terutama di lingkungan sekitar kita," pungkasnya.[] Zainul Krian
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :