KHILAFAH WAJIB DIPERJUANGKAN, BUKAN HANYA DIAM DAN BERPANGKU TANGAN - Tinta Media

Kamis, 12 Mei 2022

KHILAFAH WAJIB DIPERJUANGKAN, BUKAN HANYA DIAM DAN BERPANGKU TANGAN


Tinta Media  - Saat saya menulis artikel dengan judul 'INI BUKAN SOAL MENCARI PRIBADI YANG SEMPURNA, TAPI SOAL SISTEM DEMOKRASI. SIAPAPUN PEMIMPINNYA, OLIGARKI YANG PUNYA KUASA', di tab komunitas channel YouTube saya ada yang berkomentar agar saya diam. Khilafah, menurut komentator ini tidak perlu diperjuangkan, cukup diam Khilafah pasti datang.

Sebenarnya tidak fair juga saran dari komentator tersebut. Dia meminta saya untuk diam, sementara dia tidak saya halangi untuk berkomentar. Semua unggahan video maupun artikel di tab komunitas YouTube saya setting publik, jadi siapapun bisa mengakses dan mengomentari.

Namun, sebenarnya apa sikap kita pada janji dan kabar gembira akan kembalinya Khilafah ala Minhajin Nubuwah ?

Kita simak dan ikuti teladan generasi terdahulu, yakni generasi para sahabat dan para pejuang generasi salaf.

Adalah Abu Ayub Al Anshori, sahabat Rasulullah Saw yang mengetahui kabar Nubuwah Penaklukan Konstantinopel tidak hanya diam bersangku tangan, seraya menunggu-nunggu kabar penaklukan.

لَتُفتَحنَّ القُسطنطينيةُ ولنِعمَ الأميرُ أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيشُ

“Sesungguhnya akan dibuka kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu“.

[HR : Ahmad]

Ketika diketahuinya balatentara Islam tengah bergerak ke arah Konstantinopel, Abu Ayub Al Anshori segera memegang kuda dan membawa pedangnya, menyongsong kabar penaklukan konstantinopel sekaligus memburu syahid yang sejak lama ia dambakan.

Dalam pertempuran inilah ia menderita luka berat. Ketika komandannya datang menjenguk, nafasnya tengah berlomba dengan keinginannya menghadap Ilahi. Maka bertanyalah panglima pasukan waktu itu, Yazid bin Muawiyah,

"Apakah keinginan anda wahai Abu Ayub?"

Abu Ayub meminta kepada Yazid, bila ia telah meninggal agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh, dan di sanalah ia akan dikebumikan.

Kemudian Yazid berangkat dengan balatentaranya sepanjang jalan itu, sehingga terdengar olehnya bunyi telapak kuda Muslimin di atas kuburnya, dan diketahuinya bahwa mereka telah berhasil mencapai kemenangan.
Dan sungguh, wasiat Abu Ayub itu telah dilaksanakan oleh Yazid.

Walaupun saat itu konstantinopel belum dapat ditaklukkan, namun seluruh kaum muslimin dari generasi ke generasi, dari era kekhilafahan yang satu menuju kekhilafahan lainnya, berusaha sekuat tenaga untuk merealisasikan kabar dan janji Allah SWT tentang penaklukan konstantinopel.

Perjuangan para pendahulu itu diteruskan oleh generasi selanjutnya. Konstantinopel kembali dikepung tentara kaum muslimin.

Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur.

Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan al-Ghazi Muhammad berhasil memasuki dan menaklukkan Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid.

Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lalu akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.

Selain itu, Sultan Muhammad al-Fatih juga memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wafat saat menyerang Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.

Begitulah, para sahabat dan generasi terdahulu tidak hanya diam berpangku tangan setelah mendengar kabar kemenangan. Mereka, berusaha berjuang sekuat tenaga untuk merealisasikan kabar penaklukan konstantinopel.

Dan saat ini, kita kaum muslimin di era saat ini memiliki kesempatan yang sama untuk merealisasikan kabar kembalinya Daulah Khilafah, nubuwah Khilafah yang telah disampaikan oleh lisan mulia yang tak pernah berdusta, Baginda Nabi Muhammad Saw pernah bersabda :

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً عَاضّاً فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ» ثُمَّ سَكَتَ

“Di tengah kalian ada masa kenabian, yang akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada kekuasaan yang mengigit (mulkan ‘âdhdhan) dan akan ada tetap sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. kemudian akan ada kekuasaan yang memaksa (mulkan jabriyyatan) dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. *Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian*”, kemudian Beliau diam.
[HR : Ahmad]

Jadi kita harus mengikuti langkah yang telah ditempuh oleh Sahabat Abu Ayub al Anshori yang berjuang untuk menaklukkan konstantinopel setelah mengetahui kabar kota tersebut akan ditaklukkan, dari lisan Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Kita juga wajib meneladani Muhammad al Fatih yang juga menempuh jalan perjuangan sebagaimana ditempuh oleh sahabat Abu Ayub Al Anshori.

Khilafah bukan datang sendiri, tetapi harus diperjuangkan. Khilafah bukan Nabi yang diturunkan dari langit. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam, yang dahulu pernah ada selama 13 abad, lalu diruntuhkan oleh Mustofa Laknatullah di Turki pada tahun 1924 M. Khilafah wajib kita perjuangkan kembali, bukan dengan diam berpangku tangan.

Adapun Imam Mahdi memang akan datang, tapi setelah kembalinya Khilafah di muka bumi. Khilafah tegak itu kewajiban kita untuk memperjuangkannya, sementara kedatangan al Mahdi itu sepenuhnya hak Allah SWT. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :