Tinta Media - Sing dianggap khilafah iku opo... Yg gak suka khilafah ala HTI bkn berarti bukan Islam. Model khilafah iku akeh. Ono koyo RRC, RUSIA, SAUDI, IRAN, ato ala NKRI... Tanya gus @Yoga Inderayana yg lebih paham...
[Komentar Anggota GWA Tokoh Nasional, 14/5]
Saya bahagia, diskursus Khilafah ditengah masyarakat terus bergulir tidak kecuali dikalangan para tokoh. Itu menunjukkan, bahwa upaya rezim Jokowi memonsterisasi Khilafah gagal total.
Kalau rezim merasa bangga karena telah berhasil mencabut BHP HTI, boleh saja. Tapi rezim tidak akan pernah sanggup untuk mencabut keyakinan Khilafah dari benak dan hati umat Islam. Alasannya, sederhana saja : Karena Khilafah ajaran Islam, bukan ajaran HTI.
Khilafah telah ada sejak era Kulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, hingga terakhir di Turki. Khilafah telah eksis hampir 13 Abad, menaungi dunia dan menjaga peradaban manusia.
Sedangkan HTI adalah bagian dari HT (Hizbut Tahrir) Yang baru berdiri pada tahun 1953, didirikan oleh seorang ulama di Palestina bernama Asy Syaikh Taqiyuddin an Nabhani. HT berdiri untuk merespons kejatuhan Khilafah dan keterpurukan dunia Islam, dengan berupa mengembalikan hukum Allah SWT melalui tegaknya institusi Khilafah.
Terlepas diskusi khilafah ada yang pro dan kontra itu biasa. Diskusi tentang komunisme, sosialisme, kapitalisme hingga demokrasi juga ada yang pro dan kontra.
Hanya saja, saya melihat yang kontra Khilafah tidak gentle. Hanya bernarasi sepihak (monolog), ketika diajak berdialog dengan pejuang Khilafah ngacir.
Misalnya saja, Menkopolhukam Mahfud MD berulang kali menyatakan Khilafah tak baku, hingga menyatakan haram mendirikan negara seperti Nabi Muhammad Saw. Begitu didatangi, diajak diskusi, dimintai tabayun, tidak mau dengan dalih sudah banyak melakukan diskusi terkait Khilafah.
Kalau berdiskusi Khilafah dengan sesama kontra Khilafah itu namanya bukan diskusi tetapi 'ngerasani' (Jawa : Gosip). Diskusi itu menyampaikan persepsi dan perspektif berbeda agar para pihak saling mengerti basis argumentasinya.
Dalam diskusi tidak selalu harus diakhiri dengan kata sepakat, namun minimal peserta diskusi dapat memahami basis argumentasi yang disampaikan. Sehingga diketahui, kenapa memiliki pandangan berbeda.
Saya ingin diskusi dengan Menkopolhukam Mahfud MD juga bukan dalam rangka agar Mahfud MD pro Khilafah. Tetapi setidaknya, Mahfud MD dapat memahami basis argumentasi pejuang Khilafah yang tentu pro Khilafah. Saya juga berkepentingan untuk memahami, apa sih dasar pernyataan haram mendirikan negara nabi Muhammad Saw ? dasar menyatakan Khilafah tak baku ?
Nah, dalam konteks itulah seluruh elemen anak bangsa sebaiknya terbuka dengan diskursus Khilafah. Jangan menutup diri, mengunci hati dan pikiran dengan jargon 'Khilafah anti NKRI', 'Khilafah memecah belah' atau stigma negatif lainnya.
Mari duduk bersama untuk berdiskusi, siapa tahu setelah diskusi Anda justru semakin paham dan yakin bahwa masa depan bangsa Indonesia adalah Khilafah? Lagipula, berdiskusi tidak membutuhkan biaya atau tenaga, cukup sediakan akal sehat untuk menyerap argumentasi. [].
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik & Pejuang Khilafah