Tinta Media - Anda, Iya anda yang membaca tulisan ini pasti tidak ridlo saya perintah dan saya larang. Apalagi, saya berikan sanksi kepada Anda karena telah melanggar larangan yang saya berikan atau mengabaikan perintah yang saya sampaikan.
Enak saja, siapa saya ? kok seenaknya memberikan perintah dan larangan kepada anda ? wong statusnya sama-sama makhluk.
Anda tidak mau diatur saya, sebaliknya saya juga demikian ogah diatur dan diperintah Anda, yang demikian itu adalah sifat yang fitrah. Fitrah manusia ogah diatur manusia lainnya.
Saat ini, sistem demokrasi telah memberikan wewenang kepada manusia untuk mengatur manusia lainnya. mengatur, memerintah, melarang dan memberikan sanksi kepada manusia berdasarkan aturan manusia.
Saya alihkan, perintah itu bukan dari saya, tapi dari manusia yang ada di DPR.
Pertanyaannya, siapa mereka ? DPR itu apa ? kok seenaknya, memerintah, melarang dan memberikan sanksi bagi manusia lainnya melalui produk legislasi yang mereka buat ?
Tunduk pada aturan manusia bukanlah Fitrahnya manusia. Fitrah manusia, itu diatur dengan hukum pencipta manusia, Dia lah Allah SWT.
Di Hari Idul Fitri ini, saya mengajak kepada Anda, siapapun yang berpredikat sebagai manusia, untuk kembali kepada fitrah, kembali kepada aturan Allah SWT selaku pencipta manusia, kehidupan dan pencipta alam semesta.
Saat kekuasaan diatur dengan hukum Allah SWT, penguasa mewajibkan sholat, mewajibkan zakat, mengharamkan tambang dikuasai asing dan aseng, saat kita taat kepada penguasa seperti ini hakekatnya kita sedang mentaati hukum Allah SWT. Sebab, kewajiban sholat itu dari Allah SWT, penguasa mendapatkan wewenang untuk memberikan sanksi (ta'jier) bagi yang meninggalkan sholat, berasal dari Allah SWT.
Singkatnya, kembali kepada fitrah, kembali kepada Allah SWT, hakekatnya kembali kepada hukum Allah SWT dengan menegakkan Khilafah. Institusi Khilafah lah, yang kelak akan mengadopsi aturan dari Allah SWT untuk mengatur manusia.
Di momen idul Fitri ini saya maafkan seluruh kesalahan Anda, lahir batin. Adapun jika anda masih percaya aturan manusia, memperbudak diri untuk mentaati manusia lainnya melalui sistem demokrasi, saya hanya prihatin. Semoga, Anda tersadar dan segera bertaubat agar status manusia Anda kembali menjadi mulia dengan mengambil aturan dari Allah SWT. []
Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik