Inilah Penyakit Hati yang Bikin Juru Dakwah Tergelincir - Tinta Media

Kamis, 19 Mei 2022

Inilah Penyakit Hati yang Bikin Juru Dakwah Tergelincir


Tinta Media  - Direktur Siyasah Institute Iwan Januar mengungkap penyakit yang membuat juru dakwah tergelincir di jalan dakwah.

"Ada beberapa penyakit hati yang bisa membuat seorang juru dakwah tergelincir di jalan dakwah, lepas kendali dan lepas dari orbit dakwah berjamaah," tuturnya kepada Tinta Media, Senin (16/5/2022)

Ia menyebutkan bahwa awalnya dengan meremehkan amal jama'i. Karena keasyikan dakwah secara pribadi, tak jarang seorang hamba meremehkan amal jama'i, liqo, kontak dan segenap agenda dakwah berjamaah. "Jarang hadir dalam agenda bersama bahkan mulai melanggar komitmen dakwah berjamaah. Inilah simpul awal yang terlepas dari kehidupan dakwah berjamaah," ujarnya.

"Ketika seorang pengemban dakwah mulai meremehkan kedisiplinan hidup berjamaah meski dengan alasan berdakwah pribadi. Untuk ini mereka punya alasan yang seperti benar bahwa saya juga berdakwah! Ironi," tukasnya.

Kemudian lanjutnya, sibuk dengan citra diri. Tak jarang mereka yang terlibat dalam dakwah juga ikut berlomba membangun brand image. "Ingin menunjukkan dirinya adalah sosok penting, bahkan sampai menampilkan hal-hal yang sebenarnya tak penting ke hadapan umat," ungkapnya.

"Marilah kita renungkan bahwa yang harus kita muliakan dan agungkan adalah agama dan pribadi Nabi kita Muhammad Saw., bukan diri kita, keluarga kita atau bahkan orang tua kita. Sesungguhnya kemuliaan adalah milik Allah dan ia akan berikan pada siapa saja yang ia kehendaki," ulasnya.

Lalu, lanjutnya, penyakit bahaya kelas. Yaitu ketika sebuah jamaah merasa lebih hebat dan ingin dilayani umat. Ini disebutkan oleh Alamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Takattul Hizbiy. "Penyakit hati ini menyebabkan ia meremehkan segala keterikatan dengan jamaah, meremehkan nasihat dan teguran dari kawan-kawannya yang berada dalam jamaah. Ia merasa lebih penting berdiri di panggung dakwah di tempat lain, ketimbang duduk dalam agenda dakwah bersama," bebernya.

Ia melanjutkan bahwa penyakit hati berikut adalah tak merasa bersalah. Bila hati telah ternoda dosa lalu tak dimintai ampunan, lama kelamaan hati akan membeku. Berbagai pengabaian amanah dan agenda dakwah dalam berjamaah tak lagi menjadi perhatian. "Bahkan ketidakdisiplinannya dalam kehidupan berjamaah sudah dianggap biasa, ironinya ia sendiri marah ketika ada orang tidak menepati akad dengannya," ulasnya.

Ia menjelaskan bahwa penyakit hati berikut yakni mencari kesalahan jamaah. Level lebih jauh dari bergesernya seorang dai dari orbit dakwah adalah mulai banyak mengeluhkan kondisi jamaah, seolah mencari pembenaran bahwa memang layak meninggalkan jamaah. "Sedari awal kita harus sudah menyadari bahwa jamaah dakwah diisi oleh manusia biasa, yang tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan. Dimana pun kita berada, selalu akan bertemu sosok-sosok yang penuh dosa dan khilaf," bebernya.

"Namun itu bukan alasan kita menyalahkan jamaah lalu berpaling dari mereka, kecuali bila mereka sepakat melakukan kemungkaran," tuturnya.

"Bukankah bila rumah kita kurang layak maka tugas kita adalah ikut membenahinya, bukan malah meninggalkannya apalagi membumihanguskannya," tegasnya.

Ia pun mengingatkan bahwa semua karena dorongan rasa cinta pada Allah. Luangkan waktu sejenak untuk merenungkan bahwa panggung demi panggung dakwah yang telah dibangun semua adalah karunia Allah SWT yang dilimpahkan melalui perjuangan kawan-kawan dalam jamaah. "Ada jasa guru-guru kita, ada jasa kitab-kitab yang telah dikaji bertahun-tahun. Saatnya menurunkan ego diri, membuang bahaya kelas, merendahkan hati dan menyemai lagi keikhlasan untuk menggelar tikar lalu duduk bersama kawan-kawan dalam jamaah," ucapnya.

"Karena rumah kita adalah jamaah dakwah, kita berasal dari sana dan kita pun ingin berkumpul bersama orang-orang saleh dalam jamaah kita," tambahnya.

Ia juga mengingatkan bahwa andai pun kaki melangkah tuk pergi berlalu dan tak kembali, rumah itu takkan runtuh karena didalamnya masih banyak orang-orang yang jauh lebih ikhlas, lebih bagus dalam beramal dibanding kita. "Malah bisa jadi akan datang penghuni-penghuni baru yang lebih bersih dibandingkan hati dan tangan kita ini," imbuhnya.

"Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan jamaah. Mari kembali rapatkan hati dan barisan dalam rumah ini untuk memenangkan agama Allah SWT bersama-sama," pungkasnya.[] Ajirah
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :