Tinta Media - Pengasuh Majelis Baitul Quran, Tapin, Guru Luthfi menyatakan tafsir al-Baqarah ayat ke 111-112 tentang bantahan Allah SWT terhadap angan-angan Ahlul Kitab yang mengklaim hanya mereka saja yang masuk surga.
“Dalam tafsir al-Baqarah ayat ke 111 dan 112, Allah SWT membantah angan-angan Ahlul Kitab Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa hanya mereka saja yang masuk surga,” tuturnya dalam Jumat Bersama al-Quran: Angan-angan Ahlul Kitab Hanya Mereka Masuk Surga, Jumat (20/5/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Quran.
Firman Allah SWT:
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Sekali-kali tidak akan pernah masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi dan Nasrani.” Demikian itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, “Tunjukkan kebenaran kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar.”
Tidak demikian bahwa barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang dia berbuat kebaikan maka baginya pahala pada sisi Rabb-Nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
(Q.S. al-Baqarah, [2]: 111-112)
Ia memaparkan komentar dari Imam Ibnu Katsir terhadap ayat yang mulia ini bahwa Allah SWT menjelaskan ketertipuan orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh apa yang ada pada diri mereka di mana setiap kelompok dari keduanya, Yahudi dan Nasrani mengaku bahwasanya tidak akan ada yang masuk surga kecuali dari pemeluk agama mereka.
“Yahudi dan Nasrani mengaku bahwasannya tidak akan ada yang masuk surga kecuali dari pemeluk agama mereka, sebagaimana yang diberitakan Allah SWT melalui firman-Nya dalam surat al-Maidah ayat ke-18, artinya bahwa mereka mengatakan, 'Kami adalah anak-anak dan kekasih Allah',” paparnya.
Ia menuturkan bahwa Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan tentang ayat tersebut. “Bahwa orang-orang Yahudi mengatakan tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi. Sebagaimana orang-orang Nasrani juga mengklaim mengatakan tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Nasrani,” tuturnya.
Ia memaparkan penjelasan dari Imam Ibnu Katsir bahwa pengakuan mereka (Yahudi dan Nasrani) mendapat bantahan dari Allah SWT. “Berikut ini adalah bantahan Allah Ta’ala berkenaan dengan pengakuan mereka yang tidak berdasarkan dalil, hujah, dan keterangan yang jelas,” paparnya.
Ia pun menambahkan Firman Allah, Tilka amāniýuhum artinya “Yang demikian itu hanya angan-angan mereka.”
“Abu Aliyah mengatakan artinya angan-angan yang mereka dambakan dari Allah tanpa alasan yang benar,” ucapnya.
Hal senada dikemukakan olah Qatadah dan Ar Rabi bin Anas. Sementara menurutnya Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan kalimat tersebut bahwa itu adalah khayalan dan mimpi kosong mereka.
Ia menerangkan firman Allah selanjutnya yang artinya, “Katakanlah, Tunjukkan kebenaran kalian jika kalian orang-orang yang benar.” (Q.S al-Baqarah, [2]: 111).
Penjelasan dari Imam al-Ghazali, “Katakanlah kepada mereka, wahai Muhammad, datanglah kepada-Ku bukti nyata mengenai kalian jika kalian orang-orang yang benar terhadap anggapan kalian.”
Ia menegaskan bantahan dari Allah SWT atas angan-angan mereka dan memberikan penjelasan yang sebenarnya dengan Firman-Nya, “Orang-orang yang masuk surga justru adalah orang-orang yang menyerahkan diri dan patuh, dan mengikhlaskan dirinya hanya kepada Allah.” (Q.S. al-Baqarah, [2]: 112)
“Yaitu orang-orang yang beriman, yang membenarkan Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasalam,” tegasnya.
Ia membeberkan perkataan Abu Sa’id bin Jubair bahwa amal perbuatan yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi dua syarat, yakni:
Pertama, harus didasarkan kepada ketulusan karena Allah Ta’ala semata.
“Kedua, harus benar dan sejalan sesuai dengan syariat Allah SWT,” bebernya.
Ia berpendapat jika suatu amalan sudah didasarkan kepada keikhlasan hanya karena Allah Ta’ala.
“Namun jika tidak sesuai dan tidak benar dengan syariat maka amal itu tidak akan diterima,” ucapnya.
Kemudian ia menerangkan dari Imam Ali Ash Sabuni maksudnya adalah bahwa baginya perbuatannya, tidak ada kekhawatiran bagi mereka di akhirat, dan tidak ditimpakan kesedihan atas mereka pula di akhirat. Mereka menerima kenikmatan dan tetap tinggal di dalamnya.
Demikianlah ia memaparkan surat al-Baqarah ayat 111-112 tentang bantahan Allah atas klaim pengakuan yang mengada-ada, angan-angan bahwa hanya orang-orang Yahudi dan Nasrani semata yang masuk surga.
“Mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak mampu memberikan bukti yang bisa menjadikan pijakan keyakinan atas apa yang mereka klaim. Kemudian Allah menjelaskan mereka yang layak masuk surga yakni mereka yang beramal ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
“Dalam tafsir al-Baqarah ayat ke 111 dan 112, Allah SWT membantah angan-angan Ahlul Kitab Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa hanya mereka saja yang masuk surga,” tuturnya dalam Jumat Bersama al-Quran: Angan-angan Ahlul Kitab Hanya Mereka Masuk Surga, Jumat (20/5/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Quran.
Firman Allah SWT:
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Sekali-kali tidak akan pernah masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi dan Nasrani.” Demikian itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, “Tunjukkan kebenaran kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar.”
Tidak demikian bahwa barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang dia berbuat kebaikan maka baginya pahala pada sisi Rabb-Nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.”
(Q.S. al-Baqarah, [2]: 111-112)
Ia memaparkan komentar dari Imam Ibnu Katsir terhadap ayat yang mulia ini bahwa Allah SWT menjelaskan ketertipuan orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh apa yang ada pada diri mereka di mana setiap kelompok dari keduanya, Yahudi dan Nasrani mengaku bahwasanya tidak akan ada yang masuk surga kecuali dari pemeluk agama mereka.
“Yahudi dan Nasrani mengaku bahwasannya tidak akan ada yang masuk surga kecuali dari pemeluk agama mereka, sebagaimana yang diberitakan Allah SWT melalui firman-Nya dalam surat al-Maidah ayat ke-18, artinya bahwa mereka mengatakan, 'Kami adalah anak-anak dan kekasih Allah',” paparnya.
Ia menuturkan bahwa Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan tentang ayat tersebut. “Bahwa orang-orang Yahudi mengatakan tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Yahudi. Sebagaimana orang-orang Nasrani juga mengklaim mengatakan tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama Nasrani,” tuturnya.
Ia memaparkan penjelasan dari Imam Ibnu Katsir bahwa pengakuan mereka (Yahudi dan Nasrani) mendapat bantahan dari Allah SWT. “Berikut ini adalah bantahan Allah Ta’ala berkenaan dengan pengakuan mereka yang tidak berdasarkan dalil, hujah, dan keterangan yang jelas,” paparnya.
Ia pun menambahkan Firman Allah, Tilka amāniýuhum artinya “Yang demikian itu hanya angan-angan mereka.”
“Abu Aliyah mengatakan artinya angan-angan yang mereka dambakan dari Allah tanpa alasan yang benar,” ucapnya.
Hal senada dikemukakan olah Qatadah dan Ar Rabi bin Anas. Sementara menurutnya Imam Ali Ash Shabuni menjelaskan kalimat tersebut bahwa itu adalah khayalan dan mimpi kosong mereka.
Ia menerangkan firman Allah selanjutnya yang artinya, “Katakanlah, Tunjukkan kebenaran kalian jika kalian orang-orang yang benar.” (Q.S al-Baqarah, [2]: 111).
Penjelasan dari Imam al-Ghazali, “Katakanlah kepada mereka, wahai Muhammad, datanglah kepada-Ku bukti nyata mengenai kalian jika kalian orang-orang yang benar terhadap anggapan kalian.”
Ia menegaskan bantahan dari Allah SWT atas angan-angan mereka dan memberikan penjelasan yang sebenarnya dengan Firman-Nya, “Orang-orang yang masuk surga justru adalah orang-orang yang menyerahkan diri dan patuh, dan mengikhlaskan dirinya hanya kepada Allah.” (Q.S. al-Baqarah, [2]: 112)
“Yaitu orang-orang yang beriman, yang membenarkan Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasalam,” tegasnya.
Ia membeberkan perkataan Abu Sa’id bin Jubair bahwa amal perbuatan yang diterima oleh Allah SWT harus memenuhi dua syarat, yakni:
Pertama, harus didasarkan kepada ketulusan karena Allah Ta’ala semata.
“Kedua, harus benar dan sejalan sesuai dengan syariat Allah SWT,” bebernya.
Ia berpendapat jika suatu amalan sudah didasarkan kepada keikhlasan hanya karena Allah Ta’ala.
“Namun jika tidak sesuai dan tidak benar dengan syariat maka amal itu tidak akan diterima,” ucapnya.
Kemudian ia menerangkan dari Imam Ali Ash Sabuni maksudnya adalah bahwa baginya perbuatannya, tidak ada kekhawatiran bagi mereka di akhirat, dan tidak ditimpakan kesedihan atas mereka pula di akhirat. Mereka menerima kenikmatan dan tetap tinggal di dalamnya.
Demikianlah ia memaparkan surat al-Baqarah ayat 111-112 tentang bantahan Allah atas klaim pengakuan yang mengada-ada, angan-angan bahwa hanya orang-orang Yahudi dan Nasrani semata yang masuk surga.
“Mereka (Yahudi dan Nasrani) tidak mampu memberikan bukti yang bisa menjadikan pijakan keyakinan atas apa yang mereka klaim. Kemudian Allah menjelaskan mereka yang layak masuk surga yakni mereka yang beramal ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam,” pungkasnya. [] Ageng Kartika